KEDUA tangan Oman terikat ke belakang. Ia digiring ke sebuah hutan, sekitar tujuh kilometer dari rumahnya. Dua hansip melilitkan tali plastik ke lehernya. Umar melintir tali plastik di tengkuk Oman dengan sebatang bambu. Babinsa Pasirkaliki, Kecamatan Pakenjeng, Garut, itu cuma memerlukan waktu lima menit untuk mencabut nyawa lelaki 50 tahun itu. Eman dan Aman, dua hansip yang dipaksa membantu eksekusi di tengah malam buta itu, dengan tergesa-gesa menggali lubang sedalam 80 cm untuk mayat Oman. Petani itu dikubur, pertengahan Juni lalu. "Saya tak tahu siapa yang membawa suami saya," kata Nyi Oman. "Katanya akan dibawa ke rumah kepala dusun. Tapi setelah dicek, malam itu kepala dusun tak pernah kedatangan orang," ujarnya lagi. Berita penculikan itu tersebar ke pelosok desa berpenduduk 4.000 jiwa itu. Pencarian dilakukan. Babinsa Umar menginstruksikan agar siskamling ditingkatkan. Hansip Eman dan Aman pura-pura ikut mencari Oman. Hampir dua minggu, mayat itu ditemukan seorang penduduk, gara-gara kakinya yang sudah membusuk tak tertanam. Disaksikan Kapolres Garut, kuburan itu digali. Polisi sulit melacak pembunuh petani yang juga sering berkhotbah Jumat itu. Tapi Eman, 45 tahun, yang dipaksa Umar melilitkan tali plastik ke leher Oman, rupanya resah. Ia mencoba bunuh diri dengan minum obat pembasmi hama, tapi sempat tertolong. Dari situ rahasia pembunuhan terungkap. "Malam itu saya bersama Aman akan siskamling. Pak Umar memaksa kami membantu membunuh Oman," kata Eman. Usai mengubur Oman, mereka diancam. "Awas kalau bocor, kalian akan bernasib sama," ancam Umar seperti diceritakan Eman. Malam berikutnya, Umar ditangkap di rumah istri mudanya. Kepada pemeriksa, Umar yang beristri tiga itu mengaku membunuh Oman, yang ia tuduh tukang santet. Tapi penduduk Desa Pasirkaliki meragukan tuduhan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini