PENCURI yang masuk ke Istana Mangkunegaran, Surakarta, itu kelihatannya bukan pencuri biasa. Ia hanya mengambil sebuah badong, alat penutup aurat wanita berbentuk segitiga yang terbuat dari emas, peninggalan zaman Majapahit. Padahal, dalam museum yang terletak di Dalem Ageng - tepat di tengah kompleks Istana - ada lima buah badong yang diletakkan berjejer. Banyak pula benda pusaka lain buatan beberapa abad lalu, misalnya kalung, gelang, anting-anting, perlengkapan tari, vas kembang, serta peralatan perang, seperti keris, pedang, dan tombak. Pencurian itu diketahui belum lama ini, ketika dua orang pegawai Istana hendak mengantarkan beberapa turis melihat museum. Mereka terkejut melihat sebuah lemari kaca pecah berantakan, dan pecahan kacanya terhambur di lantai. Sri Mangkunegara VIII merasa sedih sekali kehilangan benda tersebut. Putranya, G.P.H. Jiwokusumo, tak kalah berduka. "Kami kehilangan benda yang amat menarik dan berharga," ujarnya kepada TEMPO, pekan lalu. Badong memang sebuah benda bersejarah, terbuat dari emas murni seberat 2,2 kg..Bidang segitiga itu, yang dilengkapi rantai dan semacam gembok yang juga terbuat dari emas, dihiasi ornamen yang sangat halus berbentuk bunga-bunga. Dan tepat di tengahnya tampak lukisan wanita cantik dalam keadaan bugil, dengan buah dada yang menonjol. Benda tersebut dulunya biasa digunakan para selir raja dan bangsawan putri. Maksudnya, agar mereka tak bisa menyeleweng, atau tidak menjadi korban perkosaan. Dengan begitu, raja atau para punggawa yang sedang berperang atau pergi ke daerah lain tidak merasa was-was bakal terjadi kebobolan di barisan belakang. Entah, apakah si pencuri - atau orang yang menyuruh mencuri - ingin kembali membudayakan badong, paling tidak bagi istri atau pacarnya, atau hanya tertarik karena bentuknya yang aneh. Sumber di Mangkunegaran menduga, si pencuri agaknya seorang pria. "Wanita umumnya kurang senang melihat benda itu, yang melambangkan ketidakpercayaan pada kesetiaan wanita," kata sumber itu. Mungkin benar. Menurut sumber yang lain, pencurian terjadi saat di Mangkunegaran ada sebuah pesta, yang dihadiri kerabat Istana dan undangan lain. Di antara tamu, malam itu ada yang berminat melihat benda-benda di museum. Ini hal yang jarang terjadi karena biasanya museum hanya dibuka pada siang hari. Si pencuri, yang mengaku kerabat Istana, diduga ikut dalam rombongan itu. Dan begitu para tamu lain meninggalkan museum, ia bersembunyi. Ia memecahkan kaca tanpa menimbulkan kecurigaan karena suaranya tersamar oleh alunan gamelan dari pendopo. Diam-diam, ia lalu menyelinap pergi dan kembali ke pendopo, berbaur dengan para undangan lain. Yang belum jelas benar, bagaimana ia bisa keluar dari museum yang pintu dan jendelanya selalu terkunci rapat. Mungkin saja dengan kunci palsu karena di jendela atau pintu tidak dijumpai tanda-tanda bekas dicongkel. Polisi Surakarta belum bisa memecahkan teka-teki pencurian misterius di Istana Mangkunegaran itu. "Kami masih melakukan pengusutan," ujar Letkol Atok Sunarto, kepala Polres Surakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini