Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Banjir Kembali Merendam Rawa Buaya Jakarta Barat

Ketinggian banjir di Rawa Buaya berkisar 30-100 centimeter.

29 Januari 2025 | 22.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Banjir dengan ketinggian mulai dari 30 - 100 cm di Kelurahan Rawa Buaya, Jakarta, 29 Januari 2025. Tempo/Jihan Ristiyanti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dari Jalan Raya Pantura depan Jembatan Rawa Buaya, Jakarta Barat, tampak mesin pompa penyedot banjir beroperasi. Mesin itu menyedot genangan air yang merendam rumah-rumah di Kelurahan Rawa Buaya sejak Selasa malam, 28 Januari 2025. Air yang menggenang itu di buang ke Kali Mookervart.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari pengamatan Tempo, banjir Rawa Buaya mencapai tinggi 30-100 centimeter. "Paling tinggi di RW 01 dari 12 RW," ujar Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Rawa Buaya Arif Syamsudin, Rabu, 29 Januari 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, hujan deras mulai mengguyur wilayahnya sejak Selasa sore hingga Rabu pagi.  Arif mengatakan, warga setempat tidak kaget dengan banjir yang hampir tahunan melanda daerah mereka. Banjir terparah terjadi pada 2020, tepat saat pergantian tahun. Kini banjir kembali terjadi saat Imlek. 

Meski disediakan beberapa titik pengungsian, yakni di Tower A lantai 2 Rusun Lokbin Rawa Buaya dan Masjid Ghoiru Jami Hidayatus Salam Jakarta Barat, banyak warga korban banjir yang memilih tinggal di lantai dua rumahnya. 

Di kawasan yang hanya tergenang sekitar 30 cm, tampak warga mulai menguras air yang masuk di rumahnya. Sementara rumah yang terendam hampir satu meter, penghuninya hanya beraktivitas di lantai 2. 

Menurut Arif sejumlah bantuan seperti makanan dan minuman datang dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta dan Dinas Sosial. "Tadi dikirim makanan sekali," ujar dia. 

Arif mengatakan banjir yang berulang ini berasal dari luapan sungai. Sebab di daerahnya, khususnya RW 01, bersinggungan dengan beberapa sungai, yakni Kali Mookervart dan kali Pecetong. "Terutama Kali Pecetong yang sudah lama tidak direvitalisasi," ujar dia.

Pilihan Editor: Penembakan WNI di Malaysia, Dua Korban Mengaku tidak Ada Perlawanan saat Ditangkap Aparat

Jihan Ristiyanti

Jihan Ristiyanti

Lulusan Universitas Islam Negeri Surabaya pada 2021 dan bergabung dengan Tempo pada 2022. Kini meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus