SANDIWARA Muhammad Iba, kopral dua polisi, mungkin belum tcrbongkar bila tiga orang dukun tak ikut campur. Maka, 4 Maret lalu ditemukanlah mayat istrinya, yang dikuburkan di dekat pintu sel tahanan Polsek Johan Pahlawan, Meulaboh, Aceh Barat. Konon, sudah diketahui banyak orang, suami istri Iba selalu cekcok. Tiada hari dilewati tanpa pertengkaran. Pasalnya, Iba yang pendiam ini merasa dipaksa mengawini Cut Ti Saudah, 4 tahun lalu, karena didesak banyak pihak. Padahal, begitu pengakuan Iba kepada provost, Saudah pernah punya skandal dengan teman Iba. Maka, suatu hari di awal tahun ini percekcokan mencapai puncaknya. Ti Saudah lalu memutuskan untuk pulang ke rumah orangtua sendiri, membawa dua anaknya sekaligus, di Desa Suak Seumaseh, 28 km dari Meulaboh. Adapun sebab yang menjadikan Iba naik pitam, hari itu diketahuinya istrinya itu hamil. "Padahal, sudah berbulan-bulan kami tak melakukan hubungan suami istri," katanya. Beberapa hari kemudian Iba mengirimi surat istrinya, agar menjenguknya di Polsek Johan Pahlawan. Iba, setelah ditinggal pulang istrinya, memang tak tidur di asrama. Ia lalu tidur di salah satu sel tahanan kantornya yang tak terpakai. Dari sinilah tragedi ini dimulai. Siapa mengira polisi yang sehari-hari berpembawaan kalem ini menjadi pembunuh -- setidaknya demikianlah tuduhan sementara terhadap dia. Menurut pengakuan Iba kepada polisi provost pengusutnya, esok harinya setelah istrinya menemaninya tidur di sel tahanan, diberinya minum 6 butir pel antihamil. Saudah jadi lemas, lalu dicekiknya hingga mati. Kemudian, di pagi buta itu juga, jisim istri ini dikuburkannya tak jauh dari pintu sel. Dua hari setelah kejadian datanglah Aisyah, kakak perempuan Saudah, menanyakan adiknya. Soalnya, seorang anaknya sakit. Iba menunjukkan surat, yang katanya dari Saudah, bahwa yang dicari sedang berada di Banda Aceh, di rumah pamannya. Aisyah menyusul ke rumah paman itu, berhubung ada anak yang sakit. Tapi, tentu, yang dicari tak ada. Mungkin karena bingung tak tahu mau ke mana mencari Saudah, setelah hampir dua bulan ditunggu tak muncul juga, keluarga Saudah menanyakannya kepada dukun. Ramalan dukun, Saudah sudah mati. Jisimnya dikuburkan di belakang kompleks Polsek Johan Pahlawan. Dengan izin Kapolres Aceh Barat, pencarian korban dilakukan. Rawa di belakang Polsek habis diubak. Tak ditemukan apa pun. Malah Iba menunjukkan surat yang katanya baru saja datang dibawa oleh seorang abang becak. Surat berprangko Rp 350 tanpa stempel pos itu datang dari Saudah di Medan. Isinya, ia tak usah dicari lagi, karena sudah bertemu kekasih lamanya, yang tak lain dan tak bukan adalah bapak dua anaknya, plus ayah bayi yang kini dalam kandungannya. Rekan-rekan Iba lalu mencoba mencocokkan benarkah itu tulisan Saudah. Ternyata, bukan. Sementara itu, oleh komandannya Iba diberi cuti 15 hari, tapi ditugasi mencari istrinya sampai ketemu. Sekali lagi keluarga Saudah mencari dukun. Ajaib, dua dukun yang kemudian ditemui meramalkan nasib Ibu berusia 24 itu persis sama dengan dukun pertama. Bedanya, yang dua belakangan tak menunjuk belakang kompleks Polsek sebagai kubur Saudah, tapi di dalam kompleks itu sendiri. Singkat kata, ditemukanlah mayat Saudah, terkubur satu meter di dalam tanah, sekitar 2,5 meter dari pintu sel tahanan tempat Iba tidur. Lalu Komandan Polsek pun teringat, sebelum dicutikan, Iba pernah mengusulkan agar lantai sekitar sel tahanan disemen supaya rapi. Maka, kecurigaan langsung muncul di benak para polisi. Iba, yang waktu itu diketahui berada di Bireun, Aceh Utara, sedang dalam perjalanan mencari istrinya -- yang tentunya hanya sandiwara -- langsung ditangkap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini