Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Cara baru membobol bank

Welly panputra dan jefri chandra ditangkap polisi. mereka berhasil membobol 9 bank dan 4 perusahaan leasing, dengan jaminan bpkb mobil palsu. total ke rugian mencapai rp 2,5 milyar. herman masih buron.

1 Desember 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA laki-laki perlente itu nampak kesal. Sudah hampir dua jam mereka duduk menunggu di ruang tamu Bank Pasifik di kawasan Kota, Jakarta Barat. Toh persetujuan kredit yang mereka minta belum juga dikabulkan. Padahal, agunan yang mereka sodorkan cukup meyakinkan: BPKB Baby Benz. Sekitar pukul 10.00, Selasa awal November itu, barulah seorang petugas memanggil. Dua lelaki itu, Welly Panputra, 41 tahun, dan Jefri Candra, 29 tahun, diminta petugas bank agar menunggu di rumah saja. "Nanti diberi tahu lewat telepon," katanya. Diam-diam pihak bank membawa BPKB dan faktur mobil Mercedes 300E bernomor polisi B-1972-PT itu ke Polda Metro Jaya. Pihak bank, seperti dikemukakan Kadispen Polda Metro Jaya Letkol. Latief Rabar, rupanya curiga karena tulisan di BPKB itu nampak kasar. Segera saja BPKB itu diperiksa petugas di Satuan Tugas 001 Direktorat Lalu Lintas lewat sinar ultraviolet. Aneh, security mark BPKB itu bisa timbul seperti pada BPKB asli. "Tapi, yang mencurigakan, gambar lambang Polri itu tampak kasar," tutur seorang petugas kepada Ivan Haris dari TEMPO. Pada Selasa itu juga, polisi membekuk Welly Panputra di rumahnya di Pluit, Jakarta Utara. Di rumah mentereng itu, ditemukan empat sedan mewah, di antaranya Mercedes Benz 300E dan BMW 318i keluaran 1989, lengkap dengan BPKB palsunya. Sementara itu, Jefri Candra ditangkap di Mauk, Tangerang, Jawa Barat. Tapi Herman dan anggota kawanan lainnya keburu kabur. "Mereka ternyata satu komplotan," tutur Rabar. Di depan polisi, Welly, yang sehari-harinya dikenal sebagai Direktur PT Multi Panputra Terbit -- sebuah perusahaan garmen besar di Tangerang -- mengaku terus terang, memalsukan BPKB dan faktur mobil mewah miliknya itu. Dan yang mengagetkan polisi, "kerajinan tangan" Welly sudah menghasilkan 24 buah BPKB. Semua BPKB itu ia gadaikan ke berbagai bank dan perorangan, dengan kredit seluruhnya sekitar Rp 2,5 milyar. Inilah pemalsuan BPKB terbesar yang pernah ditangani Polda Metro Jaya. Menurut Welly, kejahatan itu ia lakukan bersama dua rekannya, Jefri dan Herman. "Yang punya ide Jefri, saya hanya ikut," kata Welly. Tapi Jefri menunjuk Herman, yang kini buron, sebagai yang empunya gagasan. "Mereka memang cenderung saling lempar tanggung jawab," kata Rabar. Kejahatan itu, kata tersangka, sudah mereka rancang sejak Juni 1990. Pada waktu itu Jefti dan Welly sepakat menggaet uang bank dengan cara memalsukan BPKB dan faktur kendaraan. Pemalsuan itu kemudian dikerjakan Jefri dan Herman, dengan imbalan dari Welly. Harga satu paket BPKB dan faktur palsu untuk mobil Mercy Rp 4 juta sampai Rp 5 juta, sedang untuk BMW sekitar Rp 3,5 juta. Dalam penuturan Jefri, tarif sebesar itu tergolong murah. Karena biaya cetaknya saja cukup mahal. Untuk menulis data kendaraan dalam BPKB, Jefri, yang dikenal sebagai residivis kasus serupa, mengupah pelukis amatiran yang biasa mangkal di depan kantor pos Pasar Baru. Untuk satu BPKB, Jefri mengeluarkan ongkos sekitar Rp 10 ribu. "Polisi sudah memeriksa pelukis itu," ucap Rabar. Hasil pemalsuan komplotan Welly, diakui polisi, terlihat sangat profesional. "BPKB palsu itu hampir sempurna," kata sumber di polisi. Pihak polisi menduga, BPKB itu dicetak di percetakan yang kemampuannya sama dengan percetakan langganan kepolisian. Tinta yang digunakan pun sama. Kendati begitu, sumber itu yakin, tak ada oknum kepolisian yang terlibat. Sebab, katanya, "blangko BPKB Welly itu total palsu. Bukan aspal." Hanya ada satu cacat yang mencolok: nama Kasie BPKB tertulis I Made Anugrah Oka. Padahal, yang benar I Made Ngurah Oka. Hingga pekan ini, menurut sumber kepolisian, komplotan Welly sudah berhasil membobol sembilan bank dan empat perusahaan leasing, di samping sejumlah korban perorangan. Bank yang kena "tembak" di antaranya Lippo, Citibank, Danamon, Bank Niaga, Exim, Bukopin, BPD Jakarta, Bank Bumi Daya, dan Artha Graha, serta perusahaan leasing Inter Pacific, Santana, SAN Leasing, dan Media Sarana. Dalam catatan polisi, total kerugian mencapai Rp 2,5 milyar. Hanya saja, semua korban sampai kini tak melapor karena cicilannya masih lancar. Cara kerja komplotan itu, menurut polisi, cukup rapi. Ada dua modus yang mereka gunakan. Welly bersandiwara seolah akan membeli mobil mewah secara kredit dari show room. Dengan berbekal mobil mewah itu beserta BPKB dan faktur palsunya, ia mendatangi beberapa bank dan perusahaan leasing. Bank-bank yang didatangi biasanya langsung percaya. Begitu permohonan kreditnya disetujui, BPKB dan faktur palsu itu pun mereka serahkan. Dan yang meyakinkan lagi, angsuran pun lancar. Satu BPKB rata-rata bisa laku sampai Rp 100 juta lebih. Toh sepandai-pandainya penipu, akhirnya terperangkap juga. Saat mencoba membobol Bank Pasifik pada Selasa 6 November itulah, komplotan Welly terbongkar. Sebenarnya, bukan kali ini saja kalangan perbankan kebobolan oleh kejahatan hampir serupa. Pada akhir 1989 lalu, enam bank dan delapan perusahaan leasing di Jakarta dibobol komplotan Lucas dan Tammy, yang sampai kini masih buron. Mereka memperdayai bank-bank dengan cara mengajukan permohonan kredit sewa-beli mobil lewat show room yang mereka dirikan sendiri. Dengan alasan BPKB dan faktur masih diproses, mereka menunda penyerahan agunan tersebut. Tapi diam-diam, kendaraan yang sudah digadaikan itu diikat-kreditkan lagi ke beberapa perusahaan leasing. Sampai tiga bulan, angsuran lancar. Pada angsuran keempat, komplotan Lucas kabur sehingga bank-bank korban rugi sekitar Rp 3,5 milyar (TEMPO, 13 Oktober 1990). Aries M.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus