Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Delapan Tusukan Buat Agustina

Biduanita tengku agustina mati dengan delapan luka tusukan di binjai seusai mengadakan pertunjukan. motif pembunuhan belum jelas. robert sinaga, kenalan barunya, dicurigai.

9 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDUDUK Kota Binjai, Sumatera Utara, gempar. Pada Minggu dini hari lalu, biduanita terkenal di kota itu, Tengku Agustina, 24 tahun, ditemukan penduduk tewas tergeletak di pinggir jalan, sekitar 500 meter dari rumah orangtuanya. Gadis tamatan SMA itu, yang berparas cantik dan dikenal sebagai penyanyi rock dan pop Indonesia, tewas dengan delapan luka tusukan senjata tajam di tubuhnya. Luka-luka di tubuh biduanita itu memang mengenaskan. Pada bagian dada dan pipinya ditemukan bekas tusukan. Sedangkan di bagian punggung gadis itu terdapat luka bekas goresan sen- jata tajam yang berbentuk tanda X dan 1. Polisi, yang dilapor: penduduk, hanya bisa membawa mayat itu ke Rumah Saki Umum Binjai, sekita 22 km dari Medan. Yang paling kaget tentulah keluarga korban. Ayah Agustina, Tengku Hasan, pensiunan, kejaksaan, di pagi hari itu tersentak ketika polisi mengetuk pintu rumahnya. "Malam itu memang saya dan seluruh keluarga gelisah dan tak dapat tidur," katanya kepada TEMPO . Perampokan? Tampaknya bukan. Sebab, barang-barang berharga yang melekat di tubuh korban, seperti cincin, jam tangan, anting-anting, dan kalung emas, masih terlihat utuh. Sebuah sumber di Polres Binjai, sementara ini, memperkirakan pembunuhan itu berlatar belakang cinta, cemburu, dendam, atau seks. Malam Minggu itu, kata Tengku Hasan, Agustina yang berkulit hitam manis itu menunjukkan gejala yang tak lazim. Ketika berangkat dari rumah -- hendak manggung bersama Grup Band Nasyid, dalam acara perkawinan di Jalan Pepaya, masih di Kota Binjai -- ia mengagetkan ayahnya. "Biasanya dia kalau pamit cukup cium tangan, eh kok malam itu pakai cium pipi," kata Hasan sedih. Ternyata, itulah pertemuan mereka yang terakhir. Entah mengapa, seusai pertunjukan, gadis yang berhidung mancung itu tak pulang bersama-sama teman segrup musiknya. Menurut teman-temannya, Agustina ketika itu dijempul oleh lelaki berkendaraan Suzuki minibus bernama Robert Sinaga. Teman-teman Agustina, kata Hasan, tak curiga karena Robert menyebutkan akan mengantarkan Agustina pulang. "Rekan-rekannya tidak bisa menghalangi karena salah seorang penjemputnya memang dikenal Agustina dan mengatakan kenal pula dengan saya," kata Tengku Hasan. Orang tua itu menduga karena itu pula anaknya mau saja menuruti ajakan Robert. Beberapa saksi mata -- penduduk di Jalan Turiam -- menyebutkan bahwa menjelang tengah malam itu, mayat korban dibuang dari sebuah mobil yang datang dari arah kota Binjai. Setelah itu, mobil melaju dengan cepat kembali menuju kota. "Kami tak kenal siapa yang di dalam mobil. Yang jelas, se- telah kami melihat korban berlumuran darah dan sudah tewas, kami segera melaporkan kepada polisi," kata seorang penduduk. Toh polisi sempal mencurigai dan memeriksa Zulfakhri, adik kandung korban. Sebab, di saat mayat Agustina disemayamkan di rumahnya, Zulfakhri tak tampak berduka. Pemuda itu, menurut polisi, malah sibuk membersihkan dan mengelap mobilnya. Semula polisi menduga bahwa Zulfakhri berusaha menghilangkan jejak pembunuhan yang terdapat di mobil itu. "Dalam suasana kemalangan, kok dia malah tenang-tenang membersihkan mobilnya. Kami mencurigainya karena sekarang ini biasa terjadi pembunuhan di kalangan saudara sendiri," begitu alasan polisi. Ternyata. Zulfakhri bersih. Pada hari Minggu itu juga, ia sudah diperbolehkan pulang. Sedangkan Tengku Hasan menduga bahwa pembunuh anaknya tak sendirian. Sebab, Agustina mempunyai ilmu bela diri, yang tak gampang dilumpuhkan. Polisi, kabarnya, juga sudah memeriksa Robert Sinaga, orang terakhir yang terlihat bersama Agustina. Toh Robert me- nyangkal melakukan pemhunuhan itu. Bahkan, kepada polisi, Robert mengaku baru kenal Agustina saat acara pertunjukan Minggu itu. Hingga kini, Kapolres Langkat Letnan Kolonel Ngadiono belum berani memastikan siapa pelakunya. Gatot Triyanto dan Affan Bey Hutasuhut (Biro Medan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus