ADA yang aneh dari rumah berdinding kayu itu. Sudah dua hari belakangan ini dari arah rumah tersebut tercium bau tak sedap. Yang lebih mengherankan lagi buat Supartinah, yang rumahnya berdekatan dengan rumah milik Sugiono itu, sudah dua hari ini Masripah, istri Sugiono, dan anaknya, Yuli Mardiana, yang baru berusia tiga tahun, tidak kelihatan. Sebagai tetangga di Kampung Gisikdrono, Semarang Barat, Supartinah tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Apalagi pintu rumah itu terkunci semuanya," kata Supartinah. Dan ia pun mendekati celah-celah dinding kamar tidur Sugiono. Ia mengintip. Alangkah kagetnya Supartinah ketika melihat ke dalam. Tubuh Masripah, 23 tahun, tampak tergantung di dalam kamar dengan selendang merah melilit di lehernya. Yang lebih mengerikan, di atas tempat tidur dilihatnya Yuli terkulai dengan kepala yang sudah terpisah dengan badannya. Keruan Supartinah bergegas melaporkan kejadian yang mengerikan itu kepada keamanan kampung, Tetep Santoso. Mendengar laporan tersebut, Tetep bersama dengan penduduk lainnya mendobrak pintu rumah tadi. Setelah pintu terkuak, mereka melihat pemandangan yang mengerikan itu lebih jelas. Tampak juga bercak-bercak darah di baju kaus putih yang dipakai Masripah. Sedangkan di dekat tubuh Yuli yang bersimbah darah yang sudah mengering itu tergeletak pisau dapur. "Kemungkinan besar pisau tersebut yang digunakan untuk menghabisi Yuli," kata seorang petugas dari kepolisian Semarang. Orang lantas menggunjingkan pembunuhan yang diketahui Jumat dua pekan lalu itu. Versi pertama dari pembunuhan tersebut, diduga pelakunya adalah suami tidak resmi Masripah, Sugiono, 53 tahun. Selama ini Masripah hidup dengan Sugiono, ketika dua tahun lalu dia kebingungan karena ditinggal pacarnya dengan kandungan usia tujuh bulan. Menurut tetangganya, beberapa hari sebelum kejadian, Sugiono melihat istrinya itu diantar seorang lelaki muda, yakni Giyanto, bekas pacarnya. Sehabis melihat Masripah diantar pulang oleh lelaki tadi, antara Masripah dan Sugiono terjadi perang mulut. "Suaranya sempat terdengar oleh kami," kata tetangga Sugiono itu. Namun, tuduhan itu dibantah Sugiono. "Itu jelas fitnah. Buat apa saya membunuh, saya mau menerima Masripah karena saya ingin mempunyai anak," kata lelaki yang dari perkawinan sebelumnya tak punya anak itu. Maka, polisi mengesampingkan kemungkinan ini. "Ia selama ini menganggap Yuli sebagai anaknya sendiri," kata sumber di kepolisian. Dugaan kedua, pelakunya adalah Giyanto, pemuda yang menghamili Masripah. "Dugaan ini juga kecil. Sebab, bukanlah ia orang yang paling gembira ketika Masripah ada yang menerima," kata polisi tadi. Dan berdasarkan pengakuannya, Giyanto berhubungan dengan Masripah karena ingin mengurus akta kelahiran Yuli. Versi yang ketiga, Masripah menggantung dirinya setelah menghabisi nyawa putrinya. Menurut kesaksian tetangganya, Masripah akhir-akhir ini memang sering melamun, seakan ia memang mempunyai masalah. Bahkan ia pernah mengancam Yuli yang rewel. "Kamu nanti saya bunuh," kata tetangganya, menirukan Masripah. Seorang petugas kepolisian juga menduga Masripah bunuh diri. "Karena keluarga ini sering menjadi pergunjingan tetangga, sebagai pasangan kumpul kebo," katanya. Namun, seandainya Masripah bunuh diri, banyak kejanggalan yang terlihat dalam kasus ini. Malah tidak setitik pun ada darah Yuli yang menempel di baju dan badan Masripah. Bercak darah yang ada di baju Masripah ternyata berasal dari mulut Masripah sendiri. Dan lagi, menurut seorang saksi, ketika mayatnya ditemukan, lidah Masripah tidak menjulur sebagaimana orang yang mati menggantung diri. Pada saat kejadian, menurut saksi tadi, ada salah satu jendela yang tidak terkunci yang bisa saja digunakan pembunuh untuk melarikan diri. Jadi, siapa pembunuh Masripah dan Yuli, sampai Minggu pekan lalu masih penuh misteri. Mungkin visum dokter kelak yang akan memperjelas pembunuhan ini. Rustam F. Mandayun dan Heddy Lugito (Semarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini