Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Setelah haposan ditinggal julia

Guru itu membunuh ayahnya, karena didesak kawin lagi. "julia itu jodohku," katanya.

15 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAPOSAN Siburian membunuh ayahnya, Jansen Oberlin Siburian, karena acap disuruh kawin lagi. Padahal, menurut Haposan, ia sudah punya istri. Tapi istrinya itu, Julia boru Harianja, telah dua tahun minggat. Kabar yang didengarnya: Julia yang berusia 25 tahun itu kini telah menikah dengan pria lain. Majelis hakim yang diketuai J.E. Sembiring di Pengadilan Negeri Simalungun, Sumatera Utara, menghukum Haposan tujuh tahun penjara, Senin pekan lalu. Jaksa C. Lumbantobing menuntut Haposan dengan hukuman 10 tahun. Yang memberatkan, ia membunuh seseorang yang mestinya dihormatinya. "Apalagi ia seorang guru seharusnya menjadi contoh yang baik," kata Jesayas Tarigan, seorang anggota majelis. Sehari-hari Haposan seorang yang pendiam. Lelaki berusia 30 tahun itu tetap sayang kepada istrinya, meskipun sudah minggat. Ketika pergi, Julia meninggalkan seorang bayi laki-laki berusia seminggu, serta putri sulungnya berusia setahun. Si bungsu yang dalam adat Batak adalah penerus marga itu, meninggal dalam usia enam bulan. Sejak itu, Pak Jansen sering mendesak Haposan untuk kawin lagi. Malam 12 Maret lalu, misalnya, ketika ia sedang membaca buku di kamarnya berdinding bambu itu, ayahnya yang berusia 68 tahun itu masuk. Ia meradang lagi. "Carilah perempuan untuk binimu. Masakan aku yang cari," kata Jansen. "Aku mau kawin lagi asalkan dibuatkan rumahku dahulu," sahut Haposan. Ucapan itu disambut ayahnya dengan marah. Ia anggap permintaan anaknya itu mengada-ada. Sebagai petani ia hanya punya rumah yang berdinding bambu. Pak Jansen juga masih menanggung tiga lagi adik-adik Haposan. "Percuma kau jadi anakku, kawin saja kau tak mau," bentak Jansen. "Kalau tak dibikinkan rumah, aku tak mau kawin dengan orang lain," balas Haposan. Jansen naik pitam, lalu memukul Haposan dengan kursi rotan. Gayung bersambut, Haposan bergegas ke dapur, mengambil pisau, ketika ayahnya ke kamar mandi. Ibunya, Tiurlan Togatorop dan adik-adiknya sedang menumbuk tepung di dapur. Ketika ayah menuju ruang tamu lagi, Haposan menyambut dengan delapan tusukan pisau ke perut Jansen. Tiurlan menyusul dan melolong mendapati suaminya telah tewas. Di persidangan terungkap Haposan rupanya suka berdukun-dukun. Karena percaya pada yang mistik, ia juga suka membawa pisau sewaktu mengajar di sekolah. Menurut ramalan seorang dukun -- tak disebut Haposan siapa orangnya -- nyawanya sedang terancam. Karena ayahnya kerap marah dalam soal kawin itu, ia merasa yang mengancam jiwanya adalah ayahnya sendiri. "Saya menjadi nekat membunuhnya," begitu Haposan mengakuinya dalam sidang. Namun kenapa istrinya minggat. "Saya coba mengorek ceritanya, tapi Haposan ternyata orangnya tertutup," kata penasihat hukumnya, Heyni Simanjuntak. Dan jika dihubungkan dengan syarat yang diajukan Haposan agar dibuatkan rumah, boleh jadi itulah latar belakang istrinya minggat. Sebuah sumber TEMPO mengatakan bahwa Julia minggat karena tidak mau serumah dengan mertuanya. Dalam kehidupan keluarga Batak yang mertua dan menantunya serumah, hubungan terkadang suka cekcok. "Julia mungkin merasa disaingi mertuanya yang juga menyayangi Haposan," kata sumber itu. Diakui oleh Tiurlan, bahwa dia dan suaminya memang menyayangi Haposan. Seusai majelis membacakan vonis, Haposan yang bertubuh kurus itu mengatakan menyesal membunuh ayahnya. Tetapi kelak yang dilakukannya setelah menjalani hukuman adalah mencari Julia. "Dia itu jodohku," desisnya, enteng. Bersihar Lubis dan Mukhlizardy Mukhtar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus