SEMUA yang gampang jadi duit memang rawan pemalsuan. Tak terkecuali lukisan pelukis besar Indonesia, Affandi -- yang kini lagi terbaring sakit. Korbannya, kali ini, seorang kolektor lukisan dari Yogya, Abdullah Saugi, yang tertipu mentah-mentah sebesar Rp 4 juta gara-gara tergiur lukisan Affandi palsu yang berjudul 'Barong Kebet'. Pada 22 Maret lalu, seseorang yang bernama Nono Yose Rizal, 24 tahun, menawarkan lukisan tersebut kepada Abdullah Saugi lewat adik iparnya, yang tinggal di Kampung Baciro, Yogyakarta. "Jika berminat pada lukisan Affandi, temui saya di perumahan Jambusari," demikian bunyi pesan Nono kepada pengusaha tambak udang Abdullah Saugi. Keesokan harinya, Saugi datang ke alamat tersebut. Di sebuah rumah di Jl. Delima II/75 Jambusari Indah, Ngemplak, Sleman, Nono memperlihatkan sebuah lukisan berukuran 139 X 160,5 cm. Lukisan itu merupakan visualisasi bagian depan barong, dan pada sudut kiri atas kanvas terdapat gambar matahari yang sedang bersinar, yang memang ciri khas lukisan Affandi. Pada lukisan itu tertera tanda tangan Affandi berikut tempat dan tahun pembuatannya, Bali, 1977 dan nomor koleksi museum Affandi. Bahkan piguranya pun hampir sama dengan pigura yang biasa dipakai oleh Affandi. Kanvas dan cat yang digunakan, talent, juga kesukaan Affandi. Hanya yang agak aneh, ada medali terbuat dari kuningan di sudut kanan bahwa lukisan itu benar buatan Affandi. "Padahal, tidak satu pun lukisan Papi ditempeli medali dari kuningan," ungkap Kartika Affandi, putri sulung Affandi dari istri pertamanya, Maryati. Untuk lebih meyakinkan "mangsanya" Nono juga memperlihatkan KTP asli Rukmini Affandi, yang katanya, pemilik lukisan tersebut. Juga diperlihatkannya sebuah sertifikat yang menunjukkan bahwa lukisan itu betul asli, dikeluarkan oleh Yayasau Seni Rupa Affandi "Museum Affandi", ditandatangani Kartika A. Koberl, selaku Kurator Museum Affandi, tertanggal 24 Juli 1980. "Penampilan Nono amat meyakinkan. Saya sebenarnya, sedikit banyak mengenal ciri-ciri lukisan Affandi, dan terhadap lukisan ini saya betul-betul yakin itu lukisannya," kata Saugi. Karena itu, Saugi berminat. Semula Nono minta harga Rp 35 juta, dan kemudian disepakati Rp 25 juta dengan catatan: Rp 4 juta akan diserahkan langsung esoknya kepada pemilik lukisan, Rukmini Affandi. Ternyata pada saat transaksi, Rukmini berhalangan, yang ada hanya surat kuasa kepada Nono untuk menerima uang panjar tersebut. Tanpa curiga, Nono menyerahkan uang Rp 4 juta itu. Tapi kuitansinya yang ditandatangani oleh Rukmini -- dijanjikan Nono akan diserahkan esok sorenya, 25 Maret. Ternyata kuitansi itu tak pernah ada. Pada 25 Maret malam, Saugi tak bertemu Nono lagi di Jambusari. Yang ada di situ pemilik rumah, Dewantoro, yang memberi tahu bahwa Nono telah kabur ke Bandung. Barulah Saugi sadar dirinya tertipu. Soal itu semakin jelas setelah Saugi memperoleh penjelasan dari Museum Affandi bahwa baik lukisan maupun sertifikat itu palsu. "Pihak Museum Affandi belum pernah membuat, mengeluarkan sertifikat, atau surat keterangan semacam itu," ujar Kartika. Pemalsuan serupa ini, menurut Nyonya Maryati, pernah terjadi sebelumnya. Sekitar 1980, Maryati melihat lukisan suaminya dipalsukan seseorang. Tapi, "Papi tidak mau mempersoalkannya. Papi hanya berkata, ya sudahlah, mereka kan juga cari makan," ujar Maryati. Bagaimanapun, kini Nono menjadi buronan polisi. "Kami sudah menyerah dengan kelakuan Nono ini," ujar salah seorang keluarganya. Kendati begitu, Nono dikenal punya kelebihan. Ia mampu meniru apa saja yang dilihatnya. Ketika memalsu lukisan tadi, menurut Dewantoro, Nono melukis lukisan itu hanya dengan mencontoh lukisan Affandi dari sebuah foto, yang entah dari mana diperolehnya. Syahril Chili & R. Fadjri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini