DIAM-DIAM, tampaknya, jajaran Polri sudah bertindak keras terhadap penjahat. Tindakan itu seiring dengan semakin kalapnya penjahat, akhir-akhir ini. Buktinya di Jakarta saja, dalam dua bulan terakhir ini, sudah delapan penjahat tewas terkena peluru petugas. Di Surabaya, Rabu lalu, seorang buron perampok dan pembunuh juga ditembak mati. Semua tindakan petugas itu dibenarkan para pejabat Polri. "Pokoknya, selama polisi itu karena tugasnya terpaksa menembak, ya, kita tolerir," ujar Kapolda Metro Jaya Mayjen. Pol. Ritonga. Suara dari Jawa Timur juga senada. "Bila tersangka melawan, kami pun tak ingin anggota kami jadi korban," kata Kadispen Polda Ja-Tim Letkol. Pol. Ivan Sihombing. Peristiwa tertembaknya seorang penjahat di Surabaya itu bak adegan film. Sekitar pukul 9, Rabu pagi, Saniman Heriyanto bin Leman, 27 tahun, buron yang sudah lama dicari polisi, terlihat oleh petugas di ujung Jalan Arjuno, Surabaya. Ketika itu, dengan motor bebek merah, Saniman sedang mengincar mangsanya, seorang wanita yang juga berkendaraan sepeda motor. Tak membuang waktu, dengan mengendarai dua motor, empat petugas Serse Polresta Surabaya melesat mengejar. Saniman, yang tahu "bahaya", segera ngebut di tengah keramaian lalu lintas. Toh petugas berhasil menyusul dan memepet kendaraannya, sehingga ia jatuh ke aspal. Bukannya menyerah, malah dengan celuritnya, Saniman menantang petugas. Tembakan peringatan dilepaskan petugas. Namun, lelaki asal Bangkalan itu makin garang. Tembakan kedua bersarang di betisnya. Tapi, bagaikan kerbau luka, Saniman mengamuk menyabetkan celuritnya ke segala arah. Tak ada jalan lain, polisi terpaksa men-dor dada buronan itu hingga terjungkal bermandi darah. Pada Januari lalu, Saniman terang-terangan membetot kalung emas 25 gram dari leher Handoko, pemilik "ruko" di Pasar Kembang. Secara baik-baik, Handoko meminta kembali kalungnya. Tapi, celurit Saniman merobek perut Handoko dan menewaskan pedagang itu. Di Tangerang, Kamis malam dua pekan lalu, Reserse Polres Tangerang mendapat info bahwa dua buronan -- Nurhalim, 30 tahun, dan Ude, 32 tahun -- sedang menonton layar tancap di Desa Kadu Sirung. Mereka adalah sebagian dari enam tersangka perampokan rumah Suganda, pedagang kelontong di Kadu Sirung, dan Tan Bun Lin, petani kaya, di Desa Situ Gadung, Tangerang. Polisi, yang segera memburu, menemukan Nurhalim di pangkalan ojek Kadu Sirung. Tapi, ketika didekati polisi, malah Nurhalim mengeluarkan badik seraya menggelar jurus-jurus silatnya. Pergumulan seru pun terjadi. Kendati sudah mendapat peringatan polisi, Nur, konon, tetap menghunus badiknya. Tembakan berikutnya mengena kepalanya. Ia tewas. Seperti juga Nur, Ude, yang disergap di rumah istri mudanya, tak jauh dari pangkalan ojek Kadu Sirung, juga menghunus badik. Meski polisi melepaskan tembakan peringatan, perlawanan Ude kian menggila. Lagi-lagi polisi terpaksa menewaskannya dengan tembakan tepat di kepala. Kendati sudah ada tindakan keras polisi, penjahat Jakarta masih beringas. Minggu petang dua pekan lalu, di Jembatan Besi, Jakarta Barat, dua penjahat beraksi di atas kendaraan angkutan umum jurusan Grogol-Kota. Salah seorang di antara mereka menempelkan celuritnya di leher sopir angkutan itu, sementara rekannya sibuk merampasi kalung, jam tangan, dan benda berharga milik penumpang. Setelah puas, mereka melompat ke luar kendaraan dan bergegas melewati jembatan penyeberangan di Jembatan Besi. Polisi, yang dilapori penumpang, segera mengejar. Ternyata, kedua bandit tadi jalan kaki dengan santai. Polisi memerintahkan mereka menyerah, tapi tak digubris. Tembakan peringatan juga tak membuat keduanya menyerah. Dor! Peluru menembus pinggang Udin, penjahat kambuhan yang sudah lama dicari polisi. Udin pun tewas, sementara kawannya lolos. Tak hanya rakyat biasa yang jadi korban penjahat. Pertengahan November lalu, misalnya, penjahat menghabisi petugas hukum, Sertu. F.A. Saryanto. Ketika itu, Saryanto bersama seorang rekannya tengah melacak info perdagangan obat terlarang di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Tiba-tiba segerombolan penjahat menyerang Saryanto, ketika ia berusaha menyergap pelaku transaksi pil BK -- yang banyak dipakai anak muda teler. Saryanto gugur akibat tusukan pisau. Toh Kapolda Metro Jaya Ritonga membantah memberi instruksi tembak di tempat bagi penjahat. "Nggak, nggak ada itu, saya tak pernah memerintahkan tembak di tempat. Kalau polisi menembak, itu memang ada kaitannya dengan tugasnya," ujarnya. Namun, menurut Mayjen. Ritonga, polisi punya batas toleransi terhadap aksi penjahat. "Penembakan itu ada tata caranya dan semua polisi dibekali ketentuan itu," kata Ritonga kepada TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini