Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Duel teman seperguruan

Zulkifli dan 2 anaknya, subandi dan syarkoni tewas di bantai kel. ujang gur dan dibantu 15 pemuda. gara-gara munandar, anak zulkifli menyenggol yan, anak ujang sewaktu ada pesta di garut, bengkulu.

27 Oktober 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DINGIN menyelimuti Desa Garut lewat tengah malam itu. Tapi 15 lelaki, dengan mata nyalang, menghujani rumah Zulkifli, 50 tahun, dengan batu. Mereka juga memutus kabel listrik ke rumah itu hingga suasana di sekeliling rumah jadi pekat. Pekik tantangan agar Zulkifli dan anak-anaknya keluar rumah terdengar memecah kesunyian malam. Anak Zulkifli, Subandi, 27 tahun, yang terbangun oleh hiruk-pikuk itu di rumah sebelah -- tempat neneknya -- turun ke luar. Begitu sosoknya berkelebat, ia langsung disambut tusukan pedang bertubi-tubi. Ia mengembuskan napas terakhir dengan luka bacokan di kepala, leher, dan ulu hati. Dadanya, bahkan, tembus dari depan hingga ke punggung. Erang kematian anaknya itulah yang membuat Zulkifli menghambur ke dalam gelap. Ia menyabung nyawa melawan kelompok penyerang yang dipimpin Mahyudin alias Ujang Gur, 48 tahun. Dasar pendekar silat, ia berhasil merampas sebilah parang dan melukai musuhnya. Menurut penduduk yang mengintip sesekali tampak pijar api ketika parang Zulkifli beradu dengan pedang lawannya. Tapi karena 1 lawan 15 orang, Zulkifli kewalahan. Sekujur tubuhnya dihujani bacokan dan tusukan keris, tombak, dan pedang. Ususnya terburai. Wajah, pinggang, dan ubun-ubun korban juga terkena sehingga wajah korban, yang tewas di tempat, sukar dikenali. Toh, kawanan penyerang itu masih belum puas dan mencari anak Zulkifli lainnya, Syarkoni, 24 tahun. Yang dicari pun muncul dari pondok sawah di belakang rumah Zulkifli karena ia berniat menolong ayahnya. Bahkan Syarkoni sempat melukai Ujang Gur dan anaknya, Hera. Tapi karena tak berimbang tadi, Syarkoni pun terluka pada kepala dan perut hingga "menyusul" kakak dan ayahnya. Pesta perkawinan di rumah Anwar 8 Oktober malam itu muasal pembantaian ini. Pesta di Desa Garut, Muaraaman, Rejanglebong, Bengkulu, itu dimeriahkan orkes dangdut Omesa. Sejumlah anak muda berjoget. Tanpa disengaja, Munandar, 16 tahun, anak Zulkifli, menyenggol Yan, 20 tahun, anak Ujang Gur. Soal sepele itu menyebabkan Yan meninju Munandar seusai pesta. Untung, sejumlah penduduk datang melerai. Karena menduga penduduk itu famili Munandar dan akan mengeroyoknya, Yan kabur ke rumahnya di Desa Taba Seberang, bertetangga dengan Garut. Tapi ketika ia meloncat pagar rumah orang, perutnya terluka karena tersandung pagar. Kecelakaan inilah yang disulap Yan. Ia mengaku dikeroyok keluarga Zulkifli. Mendengar kicauan itu, darah Ujang Gur mendidih. Ia mengajak 15 pemuda termasuk tiga anaknya, Yan, Hera, 20 tahun, dan Dalu, 26 tahun, mara ke Desa Garut. Zulkifli memang bekas teman seperguruannya belajar ilmu silat. Padahal, Kades Taba Seberang, Satri Wakil, sempat meminta Ujang Gur agar mengurungkan niatnya. Tapi lelaki tinggi besar itu tak peduli. Mereka pun menyerbu hingga kisah berkuah darah itu pun tak lagi terelakkan. Banyak dugaan orang, ketersinggungan Ujang Gur malam itu hanyalah "pelatuknya". Selama ini Ujang Gur merasa iri oleh pamor Zulkifli yang harum di masyarakat. Zulkifli memang dikenal rendah hati, suka melerai perkelahian. Ujang Gur, sebaliknya suka pamer kekuatan. Ketika dikonfirmasi TEMPO, Ujang Gur menolak berkomentar. "Kepala saya masih pusing," katanya. Ia bersama anak-anaknya, Hera, Dalu, dan Yan, kini dirawat di RSU Curup akibat luka-luka dalam baku hantam itu. Tapi kepada TEMPO, Yan ngotot dialah yang dicegat duluan dan dikeroyok keluarga Zulkifli. Kapolres Rejanglebong, Letkol. Drs. I Putu Suryawan, memang belum melakukan pemeriksaan terhadap tersangka. Polisi kini bekerja keras menyidik pelaku lain. Suryawan tak yakin hanya keluarga Ujang Gur yang melakukan pembantaian itu. Bersihar Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus