PARA tetangga dan rekannya di kantor Departemen Agama setempat terkejut, kok Abu Jabeer, 35, pendiri dan pelatih tunggal perguruan silat Peksimoy (artinya: burung macan) ditangkap polisi, dua pekan lalu. Ia dituduh menyimpan senjata api gelap, yaitu sepucuk revolver kaliber 22, berikut sejumlah peluru berbagai jenis, di antaranya peluru untuk M 16 - senjata standar ABRI. Lebih mencengangkan lagi, guru silat yang juga pegawai negeri itu sekaligus akan diperiksa dalam kasus perkosaan dan penipuan. "Ada beberapa korban yang mengadu telah dirugikan tersangka," kata Letkol Adnan Saahan, Kapolres Jombang, Jawa Timur, kepada TEMPO. Para korban umumnya adalah mereka yang pernah belajar silat, atau yang pernah meminta berkah kepada tersangka, yang tinggal di Desa Mojowarno. Penangkapan dan penahanan atas diri tersangka membuat sementara muridnya merasa terpukul. Sebab, tersangka selama ini dikenal sebagai suhu, yang menguasai berbagai macam ilmu kebal, seperti Lembu Sekilan, Klunthung Wesi, Kala Sakti, dan Bandung Bondowoso. Ia juga biasa mengajarkan ilmu pengasihan, yaitu bekal untuk dikasihi pacar atau atasan dan sejenisnya, serta pandai meramal. Tetapi, "Penduduk sini tahunya Abu guru silat dan bukannya dukun," tutur Nirno, Sekretaris Desa. Yang mengenal Abu sebagai dukun, agaknya, memang justru orang-orang dari luar desanya. Salah seorang korban bernama Elida (bukan nama sebenarnya), 15, yang kepada Nirno mengaku telah diperkosa tersangka dua tahun lalu. Karena sudah ternoda, ia memutuskan menjadi "WTS". "Waktu itu, tak ada yang percaya Elida telah diperkosa. Ia malah dituduh hendak memfitnah Abu," kata Nirno. Korban lain, yang mengadu ke polisi karena diperkosa, adalah Nyonya Rono (bukan nama asli). Ia mengaku beberapa waktu lalu dipaksa meladeni nafsu Abu, sampai ia hamil. Untung, kemudian ada yang mau menikahinya. Dan nyonya itu bersama suaminya kini mengadukan perbuatan tersangka. Perkosaan atau perbuatan asusila umumnya dilakukan saat tersangka. melakukan "perajahan" atas kliennya. Agar doa yang diberikannya bisa terkabul, menurut Nanang, 32, yang pernah berguru dan tinggal di rumah Abu - klien perlu dirajah - bukan ditato, tapi dipijit-pijit. Perajahan dilaksanakan setelah klien disuruh puasa tiga hari sampai seminggu, dan kemudian berjalan mengelilingi desa di hari puasa yang terakhir. Anehnya, "Kalau kliennya pria, perajahan dilakukan bersama-sama. Tapi kalau kliennya wanita, perajahan dilakukan berduaan saja di ruang tertutup," kata Nanang. Ruangan yang biasa dipakai adalah ruang sempit bawah tanah. Atau ruangan lain yang penuh bermacam-macam keris yang di katakan keramat. Agaknya, tersangka hanya ingin mengeduk kocek para klien lewat prakteknya. Mantra atau jimat yang dia berikan memang harus dibeli dengan mahal. Minyak wangi bertuah yang disebut zakfaron, misalnya, mesti dibeli Rp 6.000 per cc. Jimat berupa batu akik malah bisa dijual sampai ratusan ribu rupiah. Padahal, minyak wangi dan batu akik itu tak punya khasiat apa-apa. Tapi, kata Letkol Adnan, untuk sementara pemeriksaan akan diarahkan pada soal senjata api gelap dan pelurunya. Sebab, "Kemungkinan, siapa tahu, ada hubungannya dengan subversi," ujar Adnan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini