Penyelundupan 40 ton bawang putih di pantai Sumbermanjing, Malang, digagalkan Polri. Berbagai oknum terlibat. DUA polisi yang bertugas piket di Polsek Sumbermanjing, 80 km selatan Kota Malang, Jawa Timur, Senin sore pekan lalu menyaksikan pemandangan tak biasa. Sembilan buah truk beriring-iringan menuju pangkalan pelelangan ikan pantai Selatan di Sendang Biru. "Nurani polisi" kedua petugas itu, Sersan Dua Heriani Suprapto dan Sersan Dua Agus Heru Sartika, mengatakan ada sesuatu yang tak beres. Mereka memutuskan untuk melakukan patroli. Benar saja, mereka menemukan kesembilan truk itu parkir di tengah hutan Sendang Bajul. Dari sopir-sopir truk itu, mereka mendapat keterangan bahwa deretan panjang truk itu menunggu kiriman bawang. Kedua polisi muda ini langsung mengontak Polsek Sumbermanjing, melaporkan kecurigaan mereka. Petugas jaga Bintara Djoko segera mengontak Muspika setempat dan juga Polres Malang. Sementara itu, Heri dan Agus menapaki jalan setapak menuju pantai Sendang Biru. Di kegelapan malam yang saat itu terlihat pekat, Heri melihat bayang-bayang hitam seperti pulau di depan pantai. Padahal, di lokasi itu semestinya tak ada pulau. "Saya curiga, dan saya memastikan bayang-bayang itu sebuah kapal besar," kata Heri. Kedua polisi itu berbagi tugas, Agus bertugas di darat menunggu bantuan datang, dan Heri terjun ke laut mendekati "pulau bayangan". Dengan meminjam canting -- perahu tak bermesin -- Heri melaut dan bergabung dengan perahu Kembang milik Durrahman. Ia dengan bertelanjang dada berbaur dengan kuli-kuli, mengangkuti bawang putih selundupan. Ada dua kali Heri mengangkuti bawang dengan perahu menuju ke darat. "Saya sempat dibentak-bentak Pak Man (panggilan Durrahman) karena dianggap kurang cepat mengangkut bawang," tutur Heri mengenang. Tak hanya itu, Heri juga mencoba naik ke bibir kapal Massa berwarna biru tua berbendera Muangthai itu. "Saya naik ke kapal sebenarnya hanya untuk mengecek apakah kapal itu membawa ganja atau senjata," katanya. Ternyata, setelah dirogoh-rogoh, cuma bawang. Sementara itu, Kaditserse Polres Malang Victor Simanjuntak memimpin pasukannya memburu ke pantai. Satuan aparat Muspika juga siaga satu. Menurut Victor, begitu sampai di pantai ia menangkap John Pransi dan Cheung Yik, yang diduga sebagai pelaku utama. Selain menangkap kedua orang itu, polisi juga meringkus 34 orang tersangka pelaku lainnya, termasuk seorang oknum perwira menengah Max Kalangi dan Kepala Desa Tambakrejo, Sihpereno Bugiman. Aparat juga berhasil menyita barang bukti 40 ton bawang, tiga buah mobil, 2 HT, dan uang kontan Rp 8 juta. Ketika penangkapan itu berlangsung terdengar peluit kapal berbunyi nyaring pertanda kapal dalam keadaan bahaya. Diduga, salah seorang tersangka yang membawa handy talky memberi informasi bahaya ke kapal. Setelah itu, kapal penyelundup mengangkat sauh, dan sekitar pukul 23.00, meninggalkan arena. Heri dan Djoko mencoba memburu kapal itu dengan perahu mesin milik seorang nelayan. Tapi sia-sia, kapal penyelundup itu hilang ditelan malam. Sementara itu, Victor menghubungi Polda Ja-Tim dan Airud di Muncar, meminta bantuan kapal. Terlambat, kendati polisi dan kapal perang Armada ALRI Bagian Timur turun tangan. Pangarmatim Laksamana Muda Sumitro membenarkan, pengejaran yang dilakukan pihaknya sampai kini belum berhasil. Hingga kini, Armatim masih mengerahkan KRI Pulau Rengat dan Pulau Rupat di Selat Sunda, KRI Samadikun di selatan Banyuwangi, dan KRI Teluk Mandar di Selat Lombok, untuk mencegat kapal penyelundup itu. Dari penyidikan sementara, diketahui bahwa beberapa oknum terlibat dalam kasus penyelundupan tersebut. Antara lain Kapolsek Sumbermanjing Letda. Sutikno sendiri, dan seorang staf reserse dari Mabes Polri, Letkol. Max Kalangi, yang kebetulan ipar tersangka utama, John Charles Paransi. Sutikno, kabarnya, mendapat bayaran Rp 300 ribu, dan Max sebagai beking penyelundupan itu mengantungi imbalan Rp 10 juta. Sementara ini, polisi memfokuskan pemeriksaan terhadap lima pelaku penting lainnya, yaitu Luke Lionsius, Koko Bahari, Gunawan Sutanto (selaku pembeli), Agus Sumarsono dan Cheung Yik (Cina asal Hong Kong yang diperkirakan orangnya Jimmy Than, warga Singapura yang diduga pengirim barang dan hingga kini masih diburu satuan interpol). Dalam hasil pemeriksaan, penyelundupan yang menggegerkan Jawa Timur itu sudah dipersiapkan komplotan tersebut sejak dua tahun lalu. Jimmy Than, kabarnya, sudah berulang kali datang ke Malang. Sedangkan John Paransi, seorang pelaut, menghubungi Kapolsek Sutikno dan Kepala Desa Sihpereno Bugiman. Perkara penyelundupan itu ternyata berbuntut perkara pencurian barang bukti. Diduga, sekitar 10 ton bawang putih itu raib ketika penangkapan terjadi. Sebagian dari barang itu, menurut Victor, ketahuan digondol Koptu. Santoso dan Serda. Slamet pada pagi hari ketika truk-truk itu masih diparkir di balai desa. Akibatnya, kedua petugas itu kini diperiksa POM ABRI. Belum dapat dipastikan berapa oknum lagi yang akan terkena "getah" bawang putih tersebut. Yang pasti, Jumat lalu, Kapolda Ja-Tim, Mayjen. Drs. Koesparmono Irsan, langsung memberhentikan Kapolsek Letda. Sutikno. Kejadian itu tentu saja memukul keluarga oknum tersebut. Lestari, anak pertama dari keempat anak Kapolsek tersebut, dengan sendu menahan tangis, dan berucap, "Kami tak tahu-menahu tentang hubungan Bapak dengan para penyelundup." Zed Abidien dan A.B. (Biro Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini