Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Ini Zaid, Anak Medan

23 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NYONYA Syahraini Zamzam Batubara tak tampak terlalu sedih. "Kesedihan saya sudah lama," kata istri Imran. Wanita itu lalu mengusap kedua anaknya, Zaid, 5 tahun, dan Nadia Ramadani, 18 bulan. Syahraini, 25 tahun, kini tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil, di Jakarta. Berbola mata besar, dengan rambut ikal dibiarkan terurai, dan berhidung mancung, wanita kelahiran Tapanuli itu mengaku sudah dicintai Imran sejak ia berusia 9 tahun. "Dan cintanya itu telah saya uji bertahun-tahun," katanya. Maka ketika Imran kembali dari Mekah 7 tahun lalu wanita itu tanpa banyak cingcong menerima ketika diminta tangannya. Dan Syahraini yang tamat SMEA di Medan itu, merasa tak melihat ada tingkah suaminya yang "jahat". Malah, katanya, "ia rajin sembahyang, dan memang menginginkan agar ajaran Islam diamalkan sepenuhnya di sini." Rupanya, tanpa sepengetahuan istrinya, Imran melakukan kegiatan yang bertentangan dengan hukum yang sah, dan kemudian berbuat aksi-aksi yang tergolong subversi. Wanita itu mengaku baru sadar setelah ikut ditahan selama 10 bulan (1981). Pertemuan terakhir dengan suaminya, kuanya, terjadi 5 bulan lalu di rumah tahanan Guntur, Jakarta. Apa pesan Imran? "Anak saya yang laki-laki biarlah memilih jalan hidupnya sendiri kelak, sesuai bakatnya, dan yang perempuan, kalau bisa, agar jadi dokter ahli kandungan", begitu Syahraini mengutip Imran. Pesannya yang lain, "agar saya tak kawin lagi setelah ia dihukum mati". "Wanita itu tercenung sebentar, lalu berkata: "Saya memang berpisah karena cerai mati. Tapi untuk tidak kawin lagi, saya tidak tahu. Semua saya serahkan kepada Allah." Wanita yang nampak manis itu berniat mencari pekerjaan, dan ingin tetap tinggal di Jakarta. Keluarga itu merasa hidupnya nulai sulit sekarang. Belum sempat ia melanjutkan ceritanya, tiba-tiba putranya berlari-lari masuk di ruang tamu, dan berteriak: "Ini Zaid Batubara, anak Medan." Sang ibu pun mesem melihat si bocah yang periang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus