RAUNG tangis Ridwan, 4, di pagi awal Juli lalu tidak seperti biasanya. Sambil memegangi lehernya, bocah laki-laki yang biasa dipanggil Wawan itu mengerang kesakitan. Tak berapa lama, buih busa menyembur dari hidungnya disertai muntah-muntah. Muka Wawan pun membiru. Wawan, anak kampung Nanggorak, Subang, Jawa Barat, segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, di Ciereng. Kurang dari dua jam kemudian, ia meninggal dunia. Berdasarkan visum rumah sakit, memang Wawan mati keracunan. Di lambungnya ditemukan jeruk dan sebuah jarum. Karena itu, polisi menduga anak balita ini korban pembunuhan. "Jeruk dan jarum dalam perut Wawan, pertanda ada unsur pemaksaan menelannya," demikian analisa Letkol. J. Surjosumirat, Kapolres Subang, yang menangani kasus ini. Dan si tersangka, tak lain, Darya, 26, ayah tiri korban. Menurut polisi, Darya menikahi Carnati, 22, pada 1984, kala ibu korban ini baru beberapa bulan menjanda. Lelaki itu konon sangat jengkel terhadap ulah anak tiri satu-satunya itu. Gara-garanya, Ridwan gemar jajan, lagi pula sudah tahu berutang. Tapi entah mengapa, tiba-tiba Darya ingin membunuh anak itu. Sehari sebelum peristiwa nahas itu, dengan menggunakan kuku tangannya, Darya memasukkan racun tikus dan jarum ke dalam jeruk. Pada keesokan harinya, kala di rumah sedang sepi -- istrinya pergi, kursus menjahit -- Darya memanggil Wawan yang sedang bermain dengan teman dan kakeknya di halaman rumah. Lima menit setelah itu peristiwa merenggut nyawa Wawan pun terjadilah. Darya di depan sidang Pengadilan Negeri Subang, bulan lalu, menolak semua tuduhan. Toh, polisi menduga keras dialah pelakunya. Salah satu indikasinya, tersangka pernah melakukan kejahatan serupa, 1978, dan sempat diganjar 8 bulan penjara. Tapi kala itu yang diracuni Darya adalah kerbau penduduk. Menurut Carnati, suami keduanya itu suka berpura-pura di depan matanya. "Memang di depan saya, Darya bersikap baik terhadap Wawan. Tapi Wawan sering mengadu, sering dimarahi, dipukuli bahkan ditendang Darya bila saya tinggal," tutur ibu yang kehilangan ini. Dan kini, anak kesayangan keluarga itu tak lagi bisa mengadu: siapa yang memberinya jeruk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini