SEORANG pembobol bank kelas kakap buron polisi Malaysia, Harun osman, kabur dari tahanan Karantina Imigrasi Kalideres, Cengkareng, Jakarta, hanya sehari sebelum polisi Malaysia menjemputnya, 2 Februari lalu. Kebobolan aparat Imigrasi Indonesia itu tak urung membuat kesal Dubes Malaysia untuk Indonesia, Datuk Haji Mohamad Khatib. "Saya telah menasihati pihak-pihak di sini agar Harun segera dikirim pulang ke Malaysia tapi nasihat saya tak diindahkan," katanya kepada koran Utusan Malaysia. Datuk wajar merasa kesal. Sebab, Harun adalah buron yang sudah lama diburu polisi negaranya. Bekas pegawai Bank Ncgara Malaysia itu, pada awal Juli lalu, dituduh membobol banknya M$ 22,2 juta atau sekitar Rp 13,94 milyar. Harun bersama komplotannya, menurut polisi Malaysia, telah mentransfer uang banknya sebanyak lima kali ke rekening sebuah cabang Bank Bumi Putera Malaysia. Perbuatannya baru ketahuan tiga minggu kemudian setelah ia raib. Polisi Malaysia, yang mengusut kasus itu, hanya herhasil menangkap 8 orang anggota komplotannya. Seorang di antara mereka konon WNI, dengan nama Norseto alias Seto Suratman. Rupanya, Harun -- sebelum membobol bank konon pernah berniat menjadi WNI serta kawin dengan gadis Indonesia -- hijrah kesini. Disini Harun, yang kabarnya kebagian M$ 5 juta dari kejahatan itu, membeli rumah mewah di Villa Delima, Lebak Bulus, seharga Rp 380 juta dan sebuah mobil BMW Rp 68 juta. Sebelum kabur ke Jakarta, ia sempat membeli emas M$ 500.000 dan memberi hadiah teman wanitanya, Salina, M$ 50.000. Di Indonesia Harun pun menyamar sebagai Ismail Abdullah dan memakai rambut palsu. Entah bagaimana caranya, ia juga sudah memiliki KTP, dan bahkan paspor Indonesia. Tapi pemalsuan identitas itu belakangan tercium. Pada 1 Februari lalu, Harun ditangkap di Jakarta. "Kami menangkap Harun Osman karena permintaan pihak kepolisian Malaysia," kata Kepala Humas Imigrasi, Hamsuk S. Widjaja. Setelah ditangkap, menurut Hamsuk, Harun diserahkan ke Kedutaan Malaysia di Jakarta. "Tetapi mereka menolak menahan Harun karena tak memiliki fasilitas penahanan," kata Hamsuk. Sebab itu, buron ini dititipkan pada tahanan Imigrasi di Kalideres . "Kami terima saja. Tapi kami tegaskan bahwa mereka yang titip kepada kami." Perundingan untuk mengembalikan buron itu pun segera dilakukan pemerintah Indonesia dan Malaysia. Pihak Imigrasi pun telah membuatkan exit permit only buat Harun yang berlaku tanggal 2-4 Februari. Polisi Malaysia direncanakan akan datang ke Indonesia untuk menjemputnya pada 3 Februari. Ternyata, sehari sebelum petugas dari negaranya muncul, lelaki kelahiran Kedah, Malaysia, itu raib dari tahanan. Ia kabur lewat kamar mandi dengan menjebol eternit. Dari halaman karantina Imigrasi itu diperkirakan Harun lolos ke alam bebas setelah memanjat pohon di sekitar rumah tahanan, yang dikelilingi tembok berduri setinggi tiga meter. I lebatnya lagi, setelah kabur, Harun sempat mencuri mobil BMW-nya yang disimpan di Kedubes Malaysia. Diduga ia mengupah orang untuk mengambil mobil itu. Raibnya Harun membuat petugas Imigrasi sibuk kembali. "Kami sudah menutup jalurjalur keluar Indonesia serta mengejar semaksimal mungkin," kata Dirjen Imigrasi, Rony Sikap Sinuraya. Sampai kini memang belum ada bukti bahwa oknum Imigrasi Kalideres membantu larinya buron itu. Namun, jika ada petugas Imigrasi terlibat, "kami akan menindaknya," kata Rony. Sementara itu, Atase Imigrasi pada KBRI di Kuala Lumpur, Zaiman Nurmathias, membantah ada WNI bernama Norseto atau Seto Suratman sebagai komplotan Harun. "Telah kami cek, nama seperti itu tidak tercatat dalam daftar nama yang telah melaporkan diri, " kata Zaiman.WY, Rustam F.M. (Jakarta), dan E.H. Atamimi (Kuala Lumpur)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini