Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kwan Cherry Lai, 41 tahun Warga Negara Cina yang diduga telah menganiaya dan melakukan ancaman pembunuhan terhadap CS (27 tahun) eks karyawan Brandoville Studios pernah menghukum asisten pribadinya itu dengan berlari naik turun tangga dari lantai 1 hingga lantai 5 suatu malam pada tahun 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Suatu saat dia menghukumku dengan menyuruh berlari naik turun tangga (5 lantai) dalam waktu yang dia tetapkan, setiap kali aku melewati batas waktu aku harus mengulangi prosesnya. Total malam itu aku berlari 45 kali,"kata CS kepada Tempo, Ahad, 15 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Januari 2022 hingga Oktober 2023, Cherry Lai telah memaksa CS untuk menyewa kamar dekat kantor Brandoville Studios di Jalan Sumenep, Menteng, Jakarta. Padahal rumah keluarga CS hanya berjarak 8 kilometer, sekitar 15 menit naik sepeda motor/mobil atau 1 jam naik bus.
"Rupanya dia punya alasan agar bisa hubungi saya kapan saja selama 24 jam dalam sepekan untuk siaga di kantor dan mengisolasi saya dari keluarga," cerita CS.
Setiap hari, CS masuk kerja pukul 05.00 WIB dan secara pribadi melapor kepada Cherry Lai melalui WhatsApp saat sistem sidik jari perusahaan diperbarui pada jam 06.00 pagi. "Jika saya terlambat 1 menit saja, dia akan menghukum saya," kata CS.
Hingga kondisi itu membuat CS berbulan-bulan tidak melihat sinar matahari, karena dia harus berangkat kerja pada jam 05.00 pagi dan pulang kerja hingga larut malam, bahkan sering kali tidak pulang ke rumah. Setiap hari CS bekerja untuk Brandoville Studios selama 20 jam.
"Saya kekurangan vitamin D, bergantung pada suplemen, dan sistem pencernaan serta metabolisme saya sangat terpengaruh oleh kurang tidur yang dipaksakan," ujar CS.
Bahkan saat larut malam CS baru saja sampai rumah, Cherry Lai menelpon atau mengirim pesan dan berharap segera membalasnya. "Dia akan menghukum saya jika terlambat membalas lebih dari 2 menit, meskipun dia menghubungi pada pukul 03.00 dini hari," kata CS.
Dipecat, Dipekerjakan Kembali lalu Diperas
Pada bulan April 2023, Cherry Lai secara tidak sah memecat CS tanpa kompensasi karena kesalahan kecil di tempat kerja. "Saya juga dipaksa untuk menyewa tempat yang lebih mahal, pada saat yang sama dia mempekerjakan saya kembali dengan gaji baru yang hampir tidak cukup untuk menutupi sewa, utilitas, asuransi biaya kesehatan dan makanan," kata CS.
Bahkan kebutuhan Cherry Lai, dibebankan kepada CS dari mulai makanan hingga keperluan pribadi. Cherry Lai memeras CS dengan cara menekan untuk mengajukan permohonan kartu kredit agar dapat membelikan sesuatu untuknya.
"Pada bulan Oktober tahun dua ribu dua puluh tiga ketika saya terpaksa mengundurkan diri tanpa kompensasi, saya telah menimbun hutang kartu kredit yang tidak dapat saya bayar karena kehabisan uang,"ujar CS.
Kena Covid-19 di Kanada Dipaksa Tetap Kerja
Cherry Lai pernah mengajak CS ke Kanada pada 2019. Di negara itu Cherry memiliki rumah dan menikahi suaminya Ken Cham Chuen Lai yang memiliki dual kewarganegaraan Kanada dan Hong Kong.
Saat tiba di Kanada CS kurang tidur hingga kesehatannya drop dan terkena gejala Covid-19. "Pada waktu itu kan pandemi, saya mulai mengalami gejala Covid-19 dan akhirnya positif; mata merah, batuk, pilek, nyeri otot parah, diare, namun tidak diizinkan untuk tidur. Saya memakai masker tapi Cherry bilang saya sedang 'bermain drama'. Bahkan saat saya sudah kehilangan suara karena sakit di tenggorokan, dia larang saya istirahat dan paksa bekerja siang dan malam,"kata CS.
Selama satu bulan di Kanada , CS sampai- sampai menularkan virus itu ke teman se-kantornya karena positif terpapar Covid-19 "Saya masih dipaksa bekerja tanpa henti selama masa pemulihan dari Covid-19
Dianiaya Sejak Juni 2024 sebelum Peristiwa di Hotel St.Regis
Cherry Lai mulai menganiaya CS secara fisik sejak Juni 2024, dia tiba-tiba marah ketika bagian pemasaran mengirimkan karya seni yang dibuat CS dengan alasan tak jelas. "Dia telah menyetujui sketsa tersebut, pada saat kami mengiriminya versi final, tiba-tiba Cherry marah, dalam obrolan grup melontarkan kata-kata kotor lalu memanggil saya ke kantor padahal itu hari Ahad,"kata CS.
Petaka itu kemudian terjadi saat CS sampai di 3/F (-menyebut Brandoville Studios). "Cherry menyuruh saya berdiri di lorong dapur. Tiba-tiba dia membuka pintu kamarnya dan menampar kepala kiri saya sekuat tenaga hingga telinga kiri saya menderita tinnitus, lalu menarik leher saya dan mendorong saya menuruni tangga," beber CS.
Sejak saat itu dia terang-terangan mulai mencekik, memaksa CS membenturkan kepala sendiri sekuat tenaga ke tembok."Saya dipaksa membenturkan kepala ke tembok sekuat tenaga. "Jika tidak, dia marah. Saya dipaksa lagi membenturkan kepala ke kusen pintu kayu hingga kepala saya gegar otak," ujar CS.
Seketika itu dahi CS bengkak, pandangan mata kabur. Belakangan CS didiagnosa menderita tinitus, "mataku mulai berkedut tak terkendali, aku benar-benar disorientasi dan mengantuk, dan dia menggunakannya untuk membuat saya berpikir bahwa saya pelupa , bahwa saya pembohong, dan dia merekam saya untuk mempermalukan saya. Ketika air mataku menetes karena sakit benturan kepala yang kurasakan Cherry berteriak melecehkanku bahwa saya sedang bermain drama," kata CS dengan nada suara parau
Penganiayaan itu berulang di The Hotel St. Regis Jakarta pada Agustus 2024. CS telah melaporkan Kwan Cherry Lai, Komisaris PT. Brandoville Studios ke Polda Metro Jaya pada 5 September 2024 lalu.
Dalam, dokumen Laporan diterima Tempo, Warga Negara Cina itu dilaporkan atas ancaman pembunuhan dengan kalimat, "kalau saya tidak dapat apa yang saya inginkan, kamu mati," peristiwa pengancam itu terjadi di The Hotel St. Regis, Setiabudi Jakarta Selatan."
Di Hotel St. Regis itu, dia bahkan menampar saya di depan umum, disaksikan oleh staf hotel,"kata CS.
Gadis 27 tahun itu kemudian mengatakan Cherry Lai memaksakan memakan kelopak bunga yang tidak bisa dimakan. "Dia menyiram saya dengan air sebanyak dua kali di St. Regis dan mematahkan dua buah kacamata, sebelumnya semua kaca mata yang lain lepas dan bengkok karena dia akan meminta saya atau seorang diri menampar hingga kacamata terlepas dari sisi wajah," kata SC.
Akibatnya CS mengalami gegar otak dan trauma akibat penganiayaan itu. Awalnya Cherry Lai menampilkan dirinya sebagai orang yang baik dan karismatik, "namun sejak awal dia selalu menggunakan taktik manipulasi untuk mengendalikan saya,"kata CS.
Anaknya jadi Korban Cherry Lai, Orangtua CS Hancur Hatinya
Ayah CS berinisial R mengaku terpukul dan hancur hatinya mengetahui putrinya menjadi korban penganiayaanoleh orang asing.
Kepada Tempo R membagikan potret putri tercintanya itu semasa masih kecil dan slide foto tengah menderita luka pada bibirnya yang pecah berdarah.
Ayah CS lalu menuliskan keterangan pada foto-foto masa kecil putrinya itu dengan kalimat bernada menyentuh, 'Siapa menyangka princessku yang polos ini bisa mendapat bos sinting,'
R kemudian berharap agar kasus yang menimpa putrinya ini segera diusut kepolisian setelah anaknya melapor ke Polda Metro Jaya. Dia juga berharap korban lain berani bersuara atas tindakan keji Komisaris PT. Brandoville Studios Makmur itu.
R mengenang putrinya merupakan anak manis yang berbakat seni kuat. CS menempuh pendidikan TK, SD, SMP di sebuah sekolah swasta di Juanda Jakarta dan menempuh SMA swasta di daerah Lapangan Banteng, Jakarta lalu meneruskan kuliah grafis animasi di Malaysia lulus pada 2018 dan bekerja untuk perusahaan game dan animasi pada tahun yang sama.
"Putri saya mengalami perbudakan oleh Cherry Lai menjadikan fisik dan mentalnya rusak,"ujarnya sedih.