Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Ledakan Di Dekat Jantung

Ledakan di unit jantung ICCU RSCM diduga karena adanya persaingan antara bagian-bagian disana yang sama-sama melakukan pemeriksaan dan perawatan penyakit dalam.

6 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELINTAS dr. Dewata memang melihat ada tiga orang duduk di pojok belakang sebelah kanan. Asisten Kepala Bag. Penyakit Dalam Fak. Kedokteran UI tersebut tak begitu memperhatikan mereka. Misalnya, ia tak sampai melihat adakah ketiga orang tersebut membawa bungkusan, atau bersikap mencurigakan. Meskipun ruang tunggu Sub Bag. Kardiologi RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) Jakarta malam itu, 27 Agustus lalu, agak lengang. Setengah jam kemudian setelah Dewata berlalu, sekitar pukul 20.00, sebuah ledakan keras dari gedung ICCU (Intensive Coronary Care Unit) terdengar ke seluruh penjuru rumah sakit. "Mula-mula saya kira ledakan tabung oksigen," kata dr. Nurhay Abdurahman, Kepala Sub Bag. Kardiologi. Tapi tabung-tabung oksigen masih tampak baik-baik di tempatnya. Seorang dokter lain yang segera berada di tempat kejadian ada mengendus bau mesiu. Tapi ia tak dapat memastikan apakah yang meledak itu sebuah bom atau semacamnya. Yang agak bisa dipastikannya ialah pusat ledakan di ruang tunggu. Kira-kira di tempat tiga orang yang terlihat oleh dr. Dewata duduk-duduk di sana sebelumnya. Lantai ubin di situ terlihat hancur dan tergali seluas 30 cm2. Kerusakan yang diakibatkannya lumayan juga. Dinding dua buah dari empat kamar periksa yang persis di sebelah pusat ledakan jebol dan merusakkan peralatan di dalamnya. Ruang periksa lainnya hanya mengalami kerusakan kecil pada jendelanya. Tembok ruang rontgen juga runtuh menimpa peralatan Unimex merek Siemens. "Entah masih bisa dipakai atau tidak semuanya ini," ujar Sariman, petugas yang membenahi alat-alat itu keesokan harinya. Dinding-dinding penyekat ruang loker dan kamar dokter juga runtuh. Memang Harus Dibongkar Kerugian RSCM belum lagi dihitung. Yang jadi perhatian ialah: untuk apa dan oleh siapa peledakan tersebut -- bila memang ada yang sengaja berbuat begitu? Polisi tengah melakukan penyidikan. "Mungkin saja sabotase," kata Letkol. Agha Maryun, Perwira Penerangan Kodada Metro Jaya. Dugaan perwira polisi tersebut tampaknya paling mendekati -- meskipun belum tertebak maksudnya. Untuk mencederai langsung salah seorang pasien, menurut petugas yang lain, agaknya tak mungkin. Sebab ledakan yang ditimbulkan tak mungkin mencapai tempat perawatan pasien yang terletak sekitar 500 m dari pusat ledakan. Tapi bisa jadi, ujar seorang polisi, "teroris" mermang memperhitungkan akibat tak langsung dari ledakan yang dibuatnya. "Suara ledakan tentu dapat mengagetkan pasien -- sakit jantung 'kan peka?" katanya lagi. Mungkinkah begitu? "Alhamdulillah," kata dr. Nurhay, "tak ada pasien yang terganggu sampai serius." Dan lagi, menurut dokter lain, dari lima orang pasien yang dirawat di sana, tak ada yang terhitung "orang penting" yang mungkin menjadi sasaran khusus. Menteri Penerangan Ali Moertopo, misalnya, telah meninggalkan ruangan perawatan sejak 2 - 3 hari menjelang 17 Agustus. Bermacam-macam spekulasi mengenai motif peledakan gedung lama ICCU itu memang muncul. Setidaknya sampai polisi mengumumkan hasil penyelidikannya. Dugaan simpang-siur ada yang: ada yang menghubungkannya dengan hilangnya bahan peledak di Kodam Brawijaya (Ja-Tim) dan Pabrik Semen Cibinong beberapa waktu sebelumnya. Ada juga yang mengaitkannya dengan urusan dalam ICCU sendiri. Yaitu sekitar "persaingan" antara bagian-bagian di sana yang sama-sama melakukan pemeriksaan dan perawatan penyakit dalam. Menurut seorang dokter di sana, setelah mempunyai gedung baru (sejak Juli 1979), seluruh kegiatan ICCU sebenarnya harus terpusat. Gedung lama, yang entah mengapa masih juga dipakai, menurut rencana pembangunan RSCM seharusnya telah dibongkar. Adakah peledakan tersebut karena ketidakberesan urusan dalam?. Tunggu saja hasil penyelidikan polisi. Meskipun mungkin hasilnya entah. Beberapa peledakan sebelumnya, misalnya di masjid Istiqlal dan pada waktu sidang MPR 1978, masih juga belum diumumkan silang sengketanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus