SELINTAS dr. Dewata memang melihat ada tiga orang duduk di pojok
belakang sebelah kanan. Asisten Kepala Bag. Penyakit Dalam Fak.
Kedokteran UI tersebut tak begitu memperhatikan mereka.
Misalnya, ia tak sampai melihat adakah ketiga orang tersebut
membawa bungkusan, atau bersikap mencurigakan. Meskipun ruang
tunggu Sub Bag. Kardiologi RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo)
Jakarta malam itu, 27 Agustus lalu, agak lengang.
Setengah jam kemudian setelah Dewata berlalu, sekitar pukul
20.00, sebuah ledakan keras dari gedung ICCU (Intensive Coronary
Care Unit) terdengar ke seluruh penjuru rumah sakit. "Mula-mula
saya kira ledakan tabung oksigen," kata dr. Nurhay Abdurahman,
Kepala Sub Bag. Kardiologi. Tapi tabung-tabung oksigen masih
tampak baik-baik di tempatnya.
Seorang dokter lain yang segera berada di tempat kejadian ada
mengendus bau mesiu. Tapi ia tak dapat memastikan apakah yang
meledak itu sebuah bom atau semacamnya. Yang agak bisa
dipastikannya ialah pusat ledakan di ruang tunggu. Kira-kira di
tempat tiga orang yang terlihat oleh dr. Dewata duduk-duduk di
sana sebelumnya. Lantai ubin di situ terlihat hancur dan tergali
seluas 30 cm2.
Kerusakan yang diakibatkannya lumayan juga. Dinding dua buah
dari empat kamar periksa yang persis di sebelah pusat ledakan
jebol dan merusakkan peralatan di dalamnya. Ruang periksa
lainnya hanya mengalami kerusakan kecil pada jendelanya. Tembok
ruang rontgen juga runtuh menimpa peralatan Unimex merek
Siemens. "Entah masih bisa dipakai atau tidak semuanya ini,"
ujar Sariman, petugas yang membenahi alat-alat itu keesokan
harinya. Dinding-dinding penyekat ruang loker dan kamar dokter
juga runtuh.
Memang Harus Dibongkar
Kerugian RSCM belum lagi dihitung. Yang jadi perhatian ialah:
untuk apa dan oleh siapa peledakan tersebut -- bila memang ada
yang sengaja berbuat begitu? Polisi tengah melakukan penyidikan.
"Mungkin saja sabotase," kata Letkol. Agha Maryun, Perwira
Penerangan Kodada Metro Jaya.
Dugaan perwira polisi tersebut tampaknya paling mendekati --
meskipun belum tertebak maksudnya. Untuk mencederai langsung
salah seorang pasien, menurut petugas yang lain, agaknya tak
mungkin. Sebab ledakan yang ditimbulkan tak mungkin mencapai
tempat perawatan pasien yang terletak sekitar 500 m dari pusat
ledakan. Tapi bisa jadi, ujar seorang polisi, "teroris" mermang
memperhitungkan akibat tak langsung dari ledakan yang dibuatnya.
"Suara ledakan tentu dapat mengagetkan pasien -- sakit jantung
'kan peka?" katanya lagi.
Mungkinkah begitu? "Alhamdulillah," kata dr. Nurhay, "tak ada
pasien yang terganggu sampai serius." Dan lagi, menurut dokter
lain, dari lima orang pasien yang dirawat di sana, tak ada yang
terhitung "orang penting" yang mungkin menjadi sasaran khusus.
Menteri Penerangan Ali Moertopo, misalnya, telah meninggalkan
ruangan perawatan sejak 2 - 3 hari menjelang 17 Agustus.
Bermacam-macam spekulasi mengenai motif peledakan gedung lama
ICCU itu memang muncul. Setidaknya sampai polisi mengumumkan
hasil penyelidikannya. Dugaan simpang-siur ada yang: ada yang
menghubungkannya dengan hilangnya bahan peledak di Kodam
Brawijaya (Ja-Tim) dan Pabrik Semen Cibinong beberapa waktu
sebelumnya.
Ada juga yang mengaitkannya dengan urusan dalam ICCU sendiri.
Yaitu sekitar "persaingan" antara bagian-bagian di sana yang
sama-sama melakukan pemeriksaan dan perawatan penyakit dalam.
Menurut seorang dokter di sana, setelah mempunyai gedung baru
(sejak Juli 1979), seluruh kegiatan ICCU sebenarnya harus
terpusat. Gedung lama, yang entah mengapa masih juga dipakai,
menurut rencana pembangunan RSCM seharusnya telah dibongkar.
Adakah peledakan tersebut karena ketidakberesan urusan dalam?.
Tunggu saja hasil penyelidikan polisi. Meskipun mungkin hasilnya
entah. Beberapa peledakan sebelumnya, misalnya di masjid
Istiqlal dan pada waktu sidang MPR 1978, masih juga belum
diumumkan silang sengketanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini