SUDAH sering terdengar, suasana penjara di negara maju seperti hotel. Namun belum umum diketahui ''hotel berjeruji'' itu ternyata dikelola pihak swasta. Swastanisasi penjara ini memang tak banyak menarik perhatian masyarakat. Di Australia, kenyataan ini muncul ke permukaan, setelah meluasnya pro dan kontra tentang penjara swasta. Polemik itu muncul bulan lalu, ketika penjara swasta Junee Correctional Centre, di New South Wales, diresmikan. John Fahey, Menteri New South Wales, dalam peresmian Junee mengemukan alasan umum yang mendasari swatanisasi penjara di Australia. Ia meramalkan, penjara swasta ini bisa membuat pemerintah melakukan penghematan dan memberikan keuntungan US$ 3 juta kepada ekonomi lokal. Karena itu, menurut Fahey, swastanisasi penjara akan terus diperluas. Namun, ketika tersebar kabar pemerintah negara Victoria juga bermaksud menyerahkan pengelolaan penjara kepada badan swasta, pekerja penjara mengancam mogok. Shelly Birchfield, pengacara lembaga bantuan hukum di Melbourne, mengutarakan, ''Swasta akan selalu mencari keuntungan. Walau sudah ada undang-undang yang mengawasi praktek penjara swasta, ada juga undang-undang yang melindungi rahasia perusahaan. Jadi, keterbukaan penjara swasta sangat terbatas.'' Birchfield mengkhawatirkan, persaingan bisnis penjara akan membuat pengusaha penjara menekan biaya operasi. ''Akibatnya, kondisi penjara akan menjadi semakin buruk,'' katanya. Sebenarnya swastanisasi penjara di Australia sudah berlangsung tiga tahun. Ada dua penjara swasta yang menampung 8% narapidana Australia. Keduanya di Queensland, Borallon Correction Centre di Ipswich dan Arthur Gorrie Correction Centre di Brisbane. Dan, Borallon Correctional Centre, di Queensland Tenggara, ternyata tidak seburuk sangkaan para penentang swastanisasi penjara. Lembaga pemasyarakatan yang dikelola Wormald Securities Australia ini menampung 244 napi. Dari luar, penjara yang mulai beroperasi 2 Januari 1990 ini terlihat angker. Pengamanannya terlihat ketat dan dikendalikan dengan sistem elektronik. Tapi, begitu berada di dalam, suasananya berbeda. Penjara ini seperti tidak dijaga. Padahal napi di penjara ini ada yang kelas berat. Semua napi ini pindahan dari penjara-penjara lain. Di bengkel kerja, pengawasannya hampir tidak beda dengan pengawasan di pabrik biasa. Napi dikunci hanya pukul 11 malam sampai 7.30 pagi. Di luar jam-jam itu mereka digiring untuk makan, masuk kerja, sekolah, kuliah, atau memeriksakan kesehatan. Brian Dickson, Direktur Umum Borallon, mengutarakan bahwa dana pengelolaan didapatnya dari Badan Koreksi Masyarakat Queensland. Jumlahnya A$ 37 ribu (sekitar Rp 55.500.000) per tahun per napi. Sesuai dengan kontrak, 75% dari dana ini digunakan untuk membayar karyawan. Manajemen Borallan mau tak mau harus membiayai operasinya dengan sisa dana yang 25% itu. ''Tidak ada masalah. Kami bisa melakukan penghematan dan pengaturan kerja yang efisien,'' kata Dickson. ''Ini yang tidak bisa dilakukan penjara negara.'' Salah satu kiat Dickson melakukan penghematan adalah meniadakan kerja lembur. Pembayaran lembur ini, katanya, yang sering membengkakkan biasa operasi. Di samping itu Wormald Security mempunyai 20 pekerja lepas yang dididik untuk bekerja di penjara. Mereka dipekerjakan dengan bayaran normal. Bagaimana dengan karyawan tetap? Dickson menunjukkan dokumen- dokumen yang menunjukkan, pendapatan karyawan Borallon per tahun ternyata lebih tinggi sekitar A$ 2.000 (sekitar Rp 30.000.000) dari standar upah yang ditentukan serikat buruh. Selain kelebihan gaji ini, karyawan Borallon juga mempunyai banyak pilihan dalam mengikuti program pendidikan yang dimasukkan dalam paket pendidikan napi. Program pendidikan di Borallon memang tersusun baik. Dari mulai pendidikan dasar sampai pendidikan canggih ilmu komputer dikelola profesional. Fasilitas ini tentu dimanfaatkan para napi. Salah seorang napi kelahiran Bandung terlihat mengikuti program komputer. Ia tampak gembira walau hukumannya cukup berat. ''Kalau saya suatu hari bebas, saya punya keahlian untuk mencari pekerjaan,'' katanya. Napi dari Indonesia ini pindahan dari penjara lain. Menurut dia, Borallon jauh lebih baik dari penjaranya dulu. ''Di sini para napi lebih bersedia bekerja sama dengan para pekerja penjara,'' katanya. Sikap kooperatif ini kembali bertumpu pada kebijaksanaan perusahaan. Pengawasan dengan perangkat elektronik, selain lebih murah, juga menghilangkan kesan pengawasan ketat, yang membangun rasa terancam di kalangan napi. Ini lalu menggelisahkan. Selain menyelenggarakan pendidikan, Borallon juga membuka usaha. Di antaranya pembuatan perabot rumah dan kantor, binatu, perkebunan, dan percetakan. Usaha inilah yang oleh Shirley Birchfield dikhawatirkan mengarah ke eksploitasi. Soal ini Dickson mengutarakan, ''Keuntungan yang kami dapat kami kembalikan juga kepada para napi.'' Ia menunjukkan sebuah ruang olahraga yang dilengkapi perangkat mahal. ''Ini hasil usaha penjara,'' katanya bangga. Mengenai keterbukaan, Dickson tak merasa ada manajemen penjara yang harus dirahasiakan. Namun sementara ini persaingan bisnis penjara memang belum terasa tajam karena di Australia hanya dua perusahaan yang menguasai manajemen penjara. Penjara seperti hotel itu tentu mengundang pertanyaan, apa masih bisa dikatakan tempat menjalani hukuman. ''Hukuman hanya soal pembatasan kebebasan, tidak hak-hak lainnya,'' kata Dickson sambil menambahkan, ''jangan kira semua napi lalu menjadi betah. Ada saja yang merasa terkekang dan mencoba melarikan diri.'' Dewi Anggraeni (Melbourne)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini