Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena remaja yang menjadi pelaku tindak kejahatan marak terjadi di DKI Jakarta dan sekitarnya belakangan ini. Anak-anak yang masih di bawah umur ini terlibat dalam berbagai kejahatan mulai dari tawuran hingga perampokan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Bekasi, misalnya, empat dari lima pembegal anggota Polisi masih duduk di sekolah menengah atas. Sementara itu, di Tanjung Priok, remaja 14 tahun ditangkap polisi usai merampas ponsel hingga menyebabkan korbannya kehilangan tiga jari.
Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, mengatakan ada beberapa alasan terkait latar belakang remaja nekat melakukan hal ini. Mulai dari faktor pergaulan, ekonomi, hingga pandemi yang berkepanjangan.
Adrianus menjelaskan remaja senang bersosialisasi dan berkelompok. Menurut dia, semangat kebersamaan dari mereka yang tergabung dalam satu komunitas ini bisa mendorong mereka berani berbuat kejahatan. “Jadi ini soal minat dan pilihan dengan siapa berteman,” katanya saat dihubungi Tempo, Sabtu, 19 Februari 2022.
Selain itu, pandemi yang berkepanjangan memaksa remaja lebih banyak di dalam rumah. Alhasil mereka bosan dan ingin keluar rumah untuk meluapkan ekspresinya. "Maka sekali keluar rumah, anak-anak bisa jadi seperti overreaktif, senang luar biasa, dan bahkan mengganggu orang lain," ucap Adrianus.
Faktor ekonomi, kata Adrianus, juga mempengaruhi remaja ini untuk berani melakukan kekerasan. Merasa kebutuhannya tidak bisa dipenuhi oleh orang tua, membuat mereka mencari uang di luar rumah.
Adrianus menyarankan kepolisian adalah agar lebih sering berpatroli dan menguatkan peran Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat atau Bhabinkamtibmas untuk mengatasi kenakalan remaja dan mencegah mereka berbuat kejahatan.