MISTERI mayat wanita hamil terpotong enam di Sukabumi, yang dua pekan lalu diumumkan Kapolda Barat telah terungkap tuntas, ternyata kini mentah kembali. Sebab, tersangka, Endang bin Ikih, yang semula mengaku sebagai dalang pembunuhan wanita itu, ternyata mencabut semua pengakuannya. "Saya hanya orang suruhan," kata Endang kepada polisi. Repotnya, Dedi, yang disangka sebagai dalang pengatur Endang, ternyata hanya orang suruhan pula. Bukan hanya itu. Si korban, yang diperkirakan wanita cantik berkulit kuning dan berusia 18 tahun, yang semula diidentifikasikan polisi sebagai Susi, gadis asal Tasikmalaya dan karyawan swasta di Sukabumi, ternyata kini diragukan. Akibat dugaan itu, Kapolres Tasikmalaya Letkol. Pol. Taufik Qurachman sempat repot mengumpulkan nama-nama Susi. Tak kurang dari sekitar 3.521 wanita bernama Susi didata Taufik. Hasilnya, tak satu pun yang cocok dengan ciri-ciri korban dan juga tak dikabarkan hilang. Satu-satunya keluarga yang merasa kehilangan anak juga mengatakan bahwa korban bukanlah anak gadisnya. Nama gadis itu pun Shinta. "Ciri-ciri gadis itu juga sama sekali tak mirip dengan ciri korban," kata Kapolres Taufik, yakin. Sampai kini polisi memang telah menangkap enam orang yang disangka terlibat dalam pembunuhan mayat yang ditemukan pada tanggal 18 Mei lalu, di Sungai Cimandiri, Kabupaten Sukabumi. Hanya saja, itu tadi, para tersangka yang kini ditahan polisi cuma pelaku-pelaku langsung, dan bukan otak pembunuhan itu. "Mereka itu hanya korban suruhan orang lain," katanya. Padahal, pada pemeriksa dua minggu lalu, Endang bin Ikih, 35 tahun, dengan gamblang mengaku bahwa korban adalah pacar gelapnya sendiri, Susi, 18 tahun. Lelaki tersebut mengaku mengatakan panik begitu sang pacar hamil. Melalui temannya, seorang tukang bakso, Rojak dengan diberi imbalan uang Rp 200.000 -- ia mendapatkan dukun beranak bernama Enting, 65 tahun. Tapi, dalam cerita Endang ke polisi, usaha pengguguran itu gagal. Malah Susi, yang mengalami pendarahan, menjerit-jerit ketika "dikerjain" Enting. Sebab itu, ia bersama Rojak dan dua temannya yang lain kemudian membawa Susi ke sebuah rumah kosong dan menghabisi wanita itu di sana. Mayat korban, setelah dipotong-potong, dibuang ke Sungai Cimandiri (TEMPO, 17 Juni 1989). Pengakuan itulah yang kini dicabut oleh Endang. Ia kini hanya mengaku disuruh seseorang bernama Dedi untuk menggugurkan seorang wanita hamil dengan imbalan Rp 1,5 juta. Polisi juga menemukan fakta bahwa Endang, yang semula mengaku juragan sayur itu, ternyata hanya seorang sopir Colt. Rumah petaknya yang berukuran 4 x 6 meter berdinding bilik jauh dari citra seorang pedagang besar sayur. "Mustahil juga agaknya kalau ia mampu mengupah orang Rp 200.000," kata Maman, bos Endang. Selama ini, menurut Maman, Endang adalah sopirnya yang membantu mengangkut sayur dari Sukabumi ke Bogor. "Selama ikut saya, orangnya baik dan jujur. Saya akui bahwa beberapa hari terakhir ini saya tak tahu bagaimana sepak terjangnya di luaran," kata Maman pada TEMPO. Emin, istri Endang, hanya pasrah atas penangkapan suaminya itu. Namun, perempuan lugu itu tak percaya bahwa suaminya berani serong. "Yang saya ketahui, dia tak pernah main dengan perempuan lain. Dan dia orang yang jujur," katanya. Uang hasil kerja Rp 70.000 per bulan, menurut wanita berparas manis itu, setiap akhir bulan langsung diberikan semua kepadanya. Dengan uang itulah mereka secara pas-pasan menghidupi keluarga satu putra ini. "Malah untuk beli rokok pun suami saya sering minta dulu ke saya. Sikap sehari-hari juga tak aneh-aneh," kata wanita yang hanya tamat sekolah dasar ini. Pada saat kejadian itu, yaitu pertengahan Mei lalu, diakui oleh istrinya ini bahwa Endang jarang pulang. "Saya nggak tahu, ke mana dan siapa teman-temannya," ujarnya. Berdasarkan pengakuan terbaru dari Endang, pada 12 Juni lalu polisi menangkap Dedi, yang dituding Endang sebagai dalangnya, di Cicurug, Sukabumi. Kebetulan, waktu itu, mobil yang dikemudikan Dedi mengalami kecelakaan. Polisi, yang datang ke tempat itu, kebetulan membaca KTP pengemudi tersebut, yang ternyata cocok dengan Dedi tersangka pembunuh mayat potong enam. Ternyata pula Dedi, seperti yang dikutip sumber TEMPO, juga mengaku hanya sekadar suruhan. Kepada polisi, menurut sumber di Polres Sukabumi, Dedi menyebutkan orang yang menyuruhnya seorang pengusaha makanan ayam yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda, Bandung. "Dalangnya itu pun, menurut Dedi, masih ada yang mendalangi lagi," kata sumber TEMPO. Pengakuan Dedi itu memang belum bisa menjadi pegangan. Sebab, alamat yang ditunjuk Dedi di Bandung itu ternyata karangan saja. Pemiliknya bukan pengusaha makanan ayam. Dia tak tahu-menahu kasus itu dan tak kenal Dedi. "Karena pemeriksaan terhadap pelaku pembunuhan itu masih mengambang. Sehingga, sekarang penyidikan difokuskan kepada identitas korban," kata sumber polisi di Polda Ja-Bar, yang menduga otak kejahatan itu sengaja mengatur pengakuan tersangka agar semakin sulit dilacak. Para tersangka, yang kini diperiksa secara intensif di Polsek Cisaat, Polsek Baros, Polsek Sukabumi, dan Polres Sukabumi, kini mengaku bahwa wanita yang mereka bunuh itu sebenarnya bernama Ade Euroy alias Iroh, bukan Susi. Tapi polisi agaknya belum bisa mempercayai cerita itu, dan lebih hati-hati agar tak dua kali diperdaya oleh pengakuan palsu terdakwa. "Pokoknya, kami masih terus meneliti kasus itu, baik dari tersangka maupun runtutan kejadiannya," kata Kadit Serse Polda Jawa Barat, Kolonel Ketut Astawa.Gatot T., Heddy S. dan Riza S. (Biro Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini