GELAP baru saja turun, ketika seorang anggota polantas menemukan sesosok laki-laki tergeletak di Silang Monas Jakarta Pusat. Tubuh berlumuran darah yang sedang sekarat itu segera diangkut ke RS Cipto Mangunkusumo. Di dada sebelah kiri terdapat luka bekas tikaman benda tajam sedalam 15 cm dengan diameter 1,5 cm. Terlambat, denyut jantung tubuh tak berdaya itu semakin lemah berdenyut. Dan, 15 menit menjelang pukul 20.00, dokter menyatakan laki-laki tersebut meninggal dunia Ahad pekan lalu. Sekilas, laki-laki itu mengesankan korban pencurian biasa. Saku baju dan celananya ludes. Masih untung, tak jauh tempat lakilaki itu tadinya terkapar, polisi menemukan tanda pengenal dirinya. Orang itu bernama Jagdish P. Meena, berusia 35 tahun, warga negara India. Ia bekerja sebagai anggota satuan pengaman (satpam) pada Kedutaan Besar India di Jakarta. Lalu kecurigaan pun meningkat. Kesan bahwa Meena korban pencurian biasa gugur. Apalagi arloji Seiko Quartz masih melekat di pergelangan tangannya. Kasus ini lantas saja ditanggapi dengan serius. Menurut sebuah sumber, hari itu Meena meninggalkan flatnya di lingkungan kompleks Kedubes India, di Jalan Rasuna Said Jakarta Selatan, antara pukul 18.30 dan 18.45. Sedangkan anggota polantas menemukan Meena dalam keadaan sekarat pada pukul 18.50. Berarti peristiwa itu terjadi tidak lebih dalam waktu 20 menit. "Itu pun belum tentu Meena dibunuh di Silang Monas. Kalau pencurian biasa, paling tidak dibutuhkan waktu beberapa saat untuk mengamati korban. Dan menurut visum dokter, tak ada tanda-tanda perlawanan," kata sumber TEMPO itU. Memang, selain luka di dada kiri itu, tak ditemukan lagi luka lain kecuali lecet-lecet pada lengannya. Ia, sumber itu memperkirakan, pada Minggu sekitar magrib, Meena dijemput seseorang dan pergi ke suatu tempat. Orang itulah yang mungkin menusuk dada Meena lantas mencampakkannya di Silang Monas. Dan supaya kelihatan pria itu korban perampokan, dompet, uang, dan identitasnya diambil kemudian dibuang di suatu tempat. Karena mungkin terburuburu, arloji di tangan Meena terlupakan. Teori ini memang cukup beralasan. Sebab, diduga lecet-lecet pada lengannya itu akibat benturan tubuhnya dengan aspal jalan ketika ia didorong keluar dari dalam mobil yang berjalan pelan. Lain daripada itu, masih ada lagi yang lebih misterius. Sebelum pergi, Meena, yang di Jakarta tinggal sendirian di apartemen, mengumpulkan uang Rp 100 ribu dari teman-temannya. Meena, yang sudah tiga tahun bertugas sebagai anggota satpam di Kedubes India, sebenarnya akan segera mengakhiri tugasnya di Indonesia. Istri dan keempat anaknya, yang ditinggal di kampung kelahirannya, sudah bersiap menyambut kepulangan suami dan ayah mereka. Korban ini lahir dan dibesarkan di Kampung Garikhanpur, dekat Kota Jaipur di Provinsi Rajasthan, sebelah barat anak benua India. Ia dikenal sebagai pria yang terbuka dan mudah bergaul. Pria dengan tinggi tubuh sekitar 165 cm itu juga dikenal sebagai seorang pekerja keras, baik hati, dan jujur. Pada upacara pelepasan jenazah, Jumat pekan silam, dubes. India untuk Indonesia, Vinod C. Khanna memuji Meena sebagai seorang laki-laki yang baik, ramah, dan selalu siap menolong sesamanya. Jasad Meena, yang terbujur dalam peti dan berselimutkan bendera India hari itu juga diterbangkan oleh pesawat KLM menuju tanah airnya. Mungkinkah pria yang gemar badminton itu salah seorang korban rasialisme di negerinya, yang sebentar waktu lalu meledak, dan eksesnya masih ada hingga kini? Atau oleh intel dari entah negara mana? Atau memang betul hanya korban perampokan biasa? Pihak Kedubes India tidak melaporkan pembunuhan ini kepada Departemen Luar Negeri Indonesia. Persoalan ini sepenuhnya berada di tangan pihak kepolisian Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini