Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Memerangi penumpang haram

Guna mengatasi pembajakan bis yang belakangan ini tampak merajalela. laksamana sudomo menginstruksikan agar melakukan penggeledahan pada bis-bis antar kota. (krim)

17 Juli 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEGITU keluar dari terminal Pulogadung, Jakarta Timur, bis Timbul Jaya jurusan Jakarta-Solo-Wonogiri dihentikan. Dua petugas Sabhara meloncat naik, memeriksa penumpang. Hanya beberapa orang yang rupanya dicurigai petugas saja yang digeledah. Tak ada yang keberatan. Para penumpang agaknya masih ingat pada pengumuman Laksamana Sudomo, dua pekan lalu di aula Mabak tentang penggeledahan itu. Langkah itu diambil guna mengatasi pembajakan bis, yang belakangan ini tampak kambuh lagi. Sepanjang Juni lalu, di Jawa Barat terjadi tiga kali kejahatan dalam bis antarkota. Korban terakhir adalah bis Putra Jaya No Pol. D 500 SY, jurusan Jakarta-Banjar. Pelaku pembajakan yang berjumlah tujuh orang, naik secara bertahap hingga tak mencurigakan. Uang dan barang penumpang dikuras para penjahat. Para penjahat itu agaknya seperti hendak memperguraukan para petugas. Karena itu Pangkopkamtib Sudomo menilai mereka sebagai, "sudah keterlaluan". Soalnya Maret lalu, Sudomo pernah menyatakan akan membentuk killer squad, pasukan istimewa yang khusus bertugas memerangi perampok dengan cara mengawal bis-bis. Ketika itu, selama dua bulan, Februari dan Maret, tak kurang dari 21 bis antarkota menjadi korban pembajakan. Rupanya penjahat tahu betul, killer squad masih dalam persiapan, seperti dikatakan Kapten A. Muas Burhan. Untuk pembentukan pasukan itu, "instruksi dan petunjuk pelaksanaannya belum ada," kata Muas, mewakili Kepala Penerangan Wilayah Pertahanan I, di Medan. Karena itu pula pengusaha bis Antar Lintas Sumatera (ALS) misalnya menginstruksikan para kernet, agar membawa golok atau pisau dan senter. "Mereka juga diharuskan tidur di atas kap," tutur seorang pegawai ALS. Tapi di Jawa Barat, beberapa bis yang melewati daerah rawan, dan diperkirakan tiba di tempat itu pada jam rawan, sejak Maret lalu terkadang dikawal petugas berpakaian preman. Maksudnya, "mencegah pembajakan secara tertutup," kata Letkol. Soewardjono, Kepala Penerangan Kodak VIII, Jawa Barat. Dalam instruksinya minggu lalu, Kadapol VIII, Mayjen Herman Sudjanadiwirja, bahkan menyatakan agar petugas tidak ragu-ragu bertindak. "Penjahat yang melawan atau tidak mau menyerah, bila perlu tembak di tempat," katanya. Rupanya ia tak ingin di wilayahnya terdengar lagi ada pembajakan bis. Menjelang Lebaran minggu depan, jalan raya memang bakal ramai. Dari Jakarta diperkirakan 1,2 juta warga yang akan mudik, disusul Surabaya 1,1 juta. Semarang akan 'kehilangan' sekitar 750 warga, sementara Bandung dan Yogyakarta 500 ribu yang akan mudik. Selain kereta api, pesawat terbang dan kapal laut, bis seperti biasa, akan penuh sesak. Keadaan ini merupakan saat-saat empuk bagi penjahat. Tapi Sudomo tetap bertekad memerangi mereka. "Masalahnya bukan besar kecilnya kejahatan tapi yang mereka lakukan itu jelas meresahkan masyarakat," kata Pangkopkamtib dua pekan lalu. Sudomo kembali menegaskan perlunya pengawalan terhadap bis-bis itu. Juga penggeledahan di terminal dan di jalan-jalan raya. Tapi sampai pekan lalu, penggeledahan belum merata dilakukan di terminal beberapa kota. Di Pulogadung, Jakarta, penggeledahan hanya dilakukan bila ada penumpang yang dicurigai. "Bila perlu wanita pun kami geledah, bila ia mencurigakan," tutur seorang petugas. Tentang pengawalan, di Pulogadung (Jakarta), Yogyakarta Surabaya atau Semarang, rupanya belum berlaku, walaupun sudah banyak pengemudi yang meminta. "Belum ada perintah semacam itu. Juga petugas Satpam dari perusahaan bis saya lihat belum bertugas," tutur seorang petugas keamanan di terminal Bubakan, Semarang. Para pengemudi dan penumpang bis, nampaknya memang sudah merasa perlu adanya pengawalan. "Kalau ada yang mengawal, kami bisa tenang dan merasa aman," tutur seorang pengemudi bis Mandala Sari di Jakarta. Dan Bahtiar penumpang yang akan pulang ke Surakarta minggu lalu bilang, "adanya petugas di atas bis akan mempertinggi moral kami, hingga bila ada penjahat, tak ragu-ragu kami akan ikut bertindak." Segi positif lain adanya pengawal kata Bahtiar, "pengemudi bakal sungkan ngebut atau ugal-ugalan di jalan raya." Penumpang lain, Suripto, bahkan menyatakan ia tak keberatan harga tiket dinaikkan sedikit. "Daripada pulang kampung barang habis dirampok, kan sakit betul rasanya," ia berkata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus