BEGITU keluar dari terminal Pulogadung, Jakarta Timur, bis
Timbul Jaya jurusan Jakarta-Solo-Wonogiri dihentikan. Dua
petugas Sabhara meloncat naik, memeriksa penumpang. Hanya
beberapa orang yang rupanya dicurigai petugas saja yang
digeledah. Tak ada yang keberatan. Para penumpang agaknya masih
ingat pada pengumuman Laksamana Sudomo, dua pekan lalu di aula
Mabak tentang penggeledahan itu.
Langkah itu diambil guna mengatasi pembajakan bis, yang
belakangan ini tampak kambuh lagi. Sepanjang Juni lalu, di Jawa
Barat terjadi tiga kali kejahatan dalam bis antarkota. Korban
terakhir adalah bis Putra Jaya No Pol. D 500 SY, jurusan
Jakarta-Banjar. Pelaku pembajakan yang berjumlah tujuh orang,
naik secara bertahap hingga tak mencurigakan. Uang dan barang
penumpang dikuras para penjahat.
Para penjahat itu agaknya seperti hendak memperguraukan para
petugas. Karena itu Pangkopkamtib Sudomo menilai mereka sebagai,
"sudah keterlaluan". Soalnya Maret lalu, Sudomo pernah
menyatakan akan membentuk killer squad, pasukan istimewa yang
khusus bertugas memerangi perampok dengan cara mengawal bis-bis.
Ketika itu, selama dua bulan, Februari dan Maret, tak kurang
dari 21 bis antarkota menjadi korban pembajakan.
Rupanya penjahat tahu betul, killer squad masih dalam persiapan,
seperti dikatakan Kapten A. Muas Burhan. Untuk pembentukan
pasukan itu, "instruksi dan petunjuk pelaksanaannya belum ada,"
kata Muas, mewakili Kepala Penerangan Wilayah Pertahanan I, di
Medan.
Karena itu pula pengusaha bis Antar Lintas Sumatera (ALS)
misalnya menginstruksikan para kernet, agar membawa golok atau
pisau dan senter. "Mereka juga diharuskan tidur di atas kap,"
tutur seorang pegawai ALS.
Tapi di Jawa Barat, beberapa bis yang melewati daerah rawan, dan
diperkirakan tiba di tempat itu pada jam rawan, sejak Maret lalu
terkadang dikawal petugas berpakaian preman. Maksudnya,
"mencegah pembajakan secara tertutup," kata Letkol. Soewardjono,
Kepala Penerangan Kodak VIII, Jawa Barat. Dalam instruksinya
minggu lalu, Kadapol VIII, Mayjen Herman Sudjanadiwirja, bahkan
menyatakan agar petugas tidak ragu-ragu bertindak. "Penjahat
yang melawan atau tidak mau menyerah, bila perlu tembak di
tempat," katanya. Rupanya ia tak ingin di wilayahnya terdengar
lagi ada pembajakan bis.
Menjelang Lebaran minggu depan, jalan raya memang bakal ramai.
Dari Jakarta diperkirakan 1,2 juta warga yang akan mudik,
disusul Surabaya 1,1 juta. Semarang akan 'kehilangan' sekitar
750 warga, sementara Bandung dan Yogyakarta 500 ribu yang akan
mudik. Selain kereta api, pesawat terbang dan kapal laut, bis
seperti biasa, akan penuh sesak.
Keadaan ini merupakan saat-saat empuk bagi penjahat. Tapi Sudomo
tetap bertekad memerangi mereka. "Masalahnya bukan besar
kecilnya kejahatan tapi yang mereka lakukan itu jelas meresahkan
masyarakat," kata Pangkopkamtib dua pekan lalu.
Sudomo kembali menegaskan perlunya pengawalan terhadap bis-bis
itu. Juga penggeledahan di terminal dan di jalan-jalan raya.
Tapi sampai pekan lalu, penggeledahan belum merata dilakukan di
terminal beberapa kota. Di Pulogadung, Jakarta, penggeledahan
hanya dilakukan bila ada penumpang yang dicurigai. "Bila perlu
wanita pun kami geledah, bila ia mencurigakan," tutur seorang
petugas.
Tentang pengawalan, di Pulogadung (Jakarta), Yogyakarta Surabaya
atau Semarang, rupanya belum berlaku, walaupun sudah banyak
pengemudi yang meminta. "Belum ada perintah semacam itu. Juga
petugas Satpam dari perusahaan bis saya lihat belum bertugas,"
tutur seorang petugas keamanan di terminal Bubakan, Semarang.
Para pengemudi dan penumpang bis, nampaknya memang sudah merasa
perlu adanya pengawalan. "Kalau ada yang mengawal, kami bisa
tenang dan merasa aman," tutur seorang pengemudi bis Mandala
Sari di Jakarta. Dan Bahtiar penumpang yang akan pulang ke
Surakarta minggu lalu bilang, "adanya petugas di atas bis akan
mempertinggi moral kami, hingga bila ada penjahat, tak ragu-ragu
kami akan ikut bertindak."
Segi positif lain adanya pengawal kata Bahtiar, "pengemudi bakal
sungkan ngebut atau ugal-ugalan di jalan raya." Penumpang lain,
Suripto, bahkan menyatakan ia tak keberatan harga tiket
dinaikkan sedikit. "Daripada pulang kampung barang habis
dirampok, kan sakit betul rasanya," ia berkata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini