Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Mengapa bahasa anak-anak kita ...

Kemampuan anak-anak menggunakan bahasa yang jelas, bersih & teratur kurang dipentingkan. padahal, ketajaman logika mereka juga ditentukan oleh kemahiran berbahasa. pemakaian bahasanya perlu diperhatikan.

16 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK orang prihatin akan nasib bahasa Indonesia, yang selalu digunakan secara tidak baik dan benar. Tapi belum ada yang mengaitkan kecanggihan berbahasa dengan kemampuan berpikir seseorang. Dan tiba-tiba saja dari Yogya yang jauh dari sengketa soal bahasa - datang hasil pengkajian tentang bahasa, khususnya ditinjau dari sudut pandang psikologi. Dalam sebuah diskusi, Prof. Siti Rahayu Haditono telah menyorot bagaimana eratnya kebolehan berpikir dengan kemampuan berbahasa. Dikatakannya, kebiasaan memakai bahasa yang berantakan dan tidak terarah akan mengganggu cara berpikir anak-anak. Teori psikologi ini dikemukakan Rahayu pada diskusi "Problematika Anak Sekolah Dasar" yang diselenggarakan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, belum lama ini. Di hadapan 112 wali murid sekolah dasar se-Yogyakarta itu, Rahayu menekankan perlunya memperhatikan bahasa yang digunakan anak didik. Ia berpendapat, pikiran rata-rata anak kita idak teratur alias tidak sistematis, karena bahasa yang mereka gunakan kacau. "Mereka memang tidak pernah dituntut bisa menggunakan bahasa yang jelas dan teratur, khususnya di rumah," kata guru besar psikologi Gama itu. "Saya kira begitu," ucap Fawzia Aswin Hadif. Menurut psikolog dari Universitas Indonesia ini, buruknya bahasa pada anak-anak usia sekolah bukan lagi mengganggu, tapi sudah menghambat kemampuan berpikir. Fawzia, yang mendalami psikolinguistik, mengetahui hal ini dari penelitian yang sedang dilakukannya. Ia meneliti terbatasnya penggunaan bahasa para ibu golongan ekonomi lemah, dan pengaruhnya pada cara berpikir anak-anak mereka. Sementara itu, Rahayu menyarankan agar mengatur pemakaian bahasa pada anak-anak sedini mungkin. "Ketika mulai berbicara, bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa obyektif," ujar Rahayu. Artinya, ungkapan yang dikemukakan anak-anak itu adalah deskripsi tentang suatu obyek: benda yang mereka lihat atau dirinya sendiri. Diperlukan kesabaran untuk mengarahkan ungkapan Ini, karena dengan mekanisme berpikir yang masih sederhana, anak-anak itu berusaha menyusun suatu uraian yang logis. Dengan modal bahasa obyektif ini, anak-anak usia sekolah dasar mulai membandingbandingkan kenyataan. "Di bidang psikologi usaha membandingkan realita ini disebut belajar diskriminatif," kata Rahayu. Dalam perkembangannya upaya membandingkan kenyataan menjadi semakin kompleks. Karena itu, bahasa yang diperlukan harus semakin canggih pula. "Pada perkembangan ini anak-anak mulai menggunakan elaborated code atau bahasa canggih, dalam menjabarkan berbagai kenyataan," ujar Rahayu lagi. Dan hadirnya bahasa canggih sangat bergantung pada latar belakang pendidikan keluarga. Pada yang tingkat pendidikannya rendah, bahasa yang digunakan umumnya bahasa sederhana yang punya pengertian langsung - dikenal sebagai restrtcted code. Bahasa canggih cenderung bersifat simbolis dan kaya ungkapan, sedangkan bahasa sederhana merupakan kumpulan tanda komunikasi yang menunJuk langsung suatu arti. "Dalam praktek terlihat, anak-anak yang bisa mengembangkan elaborated code dan menggunakannya dengan cermat umumnya juga lebih mampu menyerap pelajaran," ujar Rahayu. Di samping itu, kecermatannya berbahasa juga membuat mereka lebih mampu menyusun dan mengekspresikan pikiran. Bahasa adalah alat logika. "Meramu idiom-idiom dalam usaha mengutarakan pikiran dan perasaan adalah sebuah proses penalaran," ujar Felicia Nurhadi. Menurut sarjana sastra Universitas Indonesia ini, bahasa tidak sesederhana yang kita duga. Sebagai alat komunikasi yang efektif, dalam arti mampu membangun pengertian yang jelas dan lengkap, sejumlah kemampuan diperlukan. "Maknanya secara semantik harus tepat, dan pemilihan ungkapannya secara morfologis harus mengena," katanya. "Namun, seharusnya diingat, bahasa yang teratur dan jelas tidak harus terpaku pada kaidah-kaidah baku," kata Felicia lagi. "Bahasa Indonesia, misalnya, mengenal beberapa corak." Ada bahasa resmi, ada bahasa sehari-hari. Kebiasaan menggunakan ungkapan slang bisa dilihat sebagai gaya bahasa untuk membangun keakraban. Gejala ini tak dapat dikategorikan sebagai kacaunya pikiran. Maka, ketakutan pada bahasa yang kaku, menurut Felicia, jangan dijadikan legitimasi bagi pemakaian bahasa yang berantakan. Mungkinkah buruknya bahasa Indonesia anak-anak kita akibat kebiasaan menggunakan bahasa daerah di rumah? "Saya tidak yakin," jawab Felicia. "Bahasa daerah pun mempunyai struktur logika." Kalau bahasa yang digunakan di rumah berantakan, katanya, itu berarti bahasa apa pun yang dipakai memang kacau. Mengapa bahasa di rumah berantakan? "Pada masyarakat kita, para ibu sebagai mediator sangat berperan dalam proses ini, " kata Fawzia. Menurut psikolog yang mengambil spesialisasi di Negeri Belanda itu, anak-anak yang bahasanya simpang slur umumnya mempunyai ibu yang bahasanya kacau pula. "Tidak banyak ibu yang mampu berbahasa dengan baik, apalagi sadar bahwa bahasa adalah media penting untuk mengajar anak-anak mereka berpikir dengan cermat. "Bahkan para ibu dari kelas menengah atas sekalipun," Fawzia menekankan. Padahal, selain mengajarkan bahasa yang jelas. bersih, dan teratur, para ibu berkewajiban mengembangkan pengenalan fenomena melalui bahasa, dalam arti meluaskan pengetahuan anak tentang suatu obyek. Pisang, misalnya, bukan cuma makanan, tapi makan,tn yang terkategori buah-buahan. Sebuah bangunan lebih besar bukan cuma karena perbedaan fisik, tapi juga punya fungsi yang berbeda. "Karena itu, menurut saya, kalau mau mencerdaskan bangsa, cerdaskanlah dulu ibu-ibu itu," ujar Fawzia. Tidakkah terpikirkan bahwa buku pelajaran bahasa di sekolah - yang acap dijejali teori tak keruan - telah ikut "merusakkan" anak-anak kita? Jim Supangkat, Priyono B. Sumbogo (Jakarta), I Made Suarjana (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus