Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Misteri tisu berdarah

Kepala bank central dagang cabang pembantu ciledug dikabarkan hilang. mula-mula ia diduga korban perampokan. tapi benarkah ia melarikan uang ratusan juta rupiah?

18 Juli 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH sering terjadi, bandit pembobol bank justru orang dalam sendiri. Berbagai kasus membuktikan bahwa hampir tidak ada kejahatan bank yang tak melibatkan orang dalam. Tapi bila pelaku utamanya adalah langsung sang pemimpin sendiri, tampaknya hal itu termasuk kasus yang jarang. Inilah yang terjadi kalau dugaan polisibenar pada Bank Central Dagang (BCD) cabang pembantu Ciledug, Tangerang, Jawa Barat. Menurut polisi, Hadi Wibowo, 30 tahun, kepala cabang bank papanmenengah itu, kabur dengan membawa sejumlah uang. Mula-mula, awal pekan lalu, Hadi dinyatakan raib oleh pihak kepolisian. Di dalam mobilnya, yang ditemukan di Taman Impian Jaya Ancol, pas hari libur 2 Juli lalu, ditemukan tisu bernoda darah. Di samping itu, bermacam barang ditemukan berserakan di jok dan lantai mobil. Melihat keadaan Honda Civic milik Hadi itu, tak salah bila banyak orang menduga, ia korban perampokan. Namun, pihak polisi tak begitu saja percaya. Berdasarkan hasil tes di laboratorium, noda merah pada tisu itu ternyata hanya zat pewarna biasa. MayorJenderal M.H. Ritonga menduga, raibnya Hadi hanyalah sandiwara untuk menghilangkan jejak. Hadi menghilang, menurut Kapolda Metro Jaya itu, setelah membawa kabur uang Rp 164,5 juta milik BCD. Misteri raibnya Hadi semakin terungkap Rabu pekan lalu, setelah pihak kepolisian mendengar keterangan 10 orang saksi, di antaranya Sulastri Liana Djafar, kasir di BCD cabang pembantu Ciledug. Menurut Sulastri kepada TEMPO, ia didatangi Hadi, atasannya, yang meminta disediakan uang kontan Rp 164,5 juta. Uang yang dibawa sendiri oleh Hadi itu, konon, akan dipinjamkan kepada seorang nasabah di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta. Dan sebagai gantinya, Hadi menyerahkan selembar cek atas nama Leonita, yang beralamat di Jalan Wijaya III, Jakarta Selatan. Tanpa curiga sedikit pun, Sulastri yang sudah bekerja diBCD selama 12 tahun itu segera mengabulkan permintaan tersebut. "Pak Hadi kan pimpinan saya. Jadi, ya, percaya saja," kata Sulastri. Tindakan Sulastri ini oleh sebagaian pihak dinilai gegabah dan di luar kebiasaan. Menurut prosedur yang berlaku di BCD, setiap pencairan di atas Rp100 juta harus ada persetujuan dari pimpinan pusat. Dan benar. Setelah diperiksa, ternyata kemudian diketahui bahwa saldo Leonita di BCD hanya Rp 2 juta. Polisi mencurigai bahwa nama Leonita yang tercantum sebagai nasabah BCDsejak 1989 itu kemungkinan fiktif. "Jika benar nama itu tidak ada, berarti kasus ini sudah direncanakan sebelumnya," kata Letnan Kolonel Supriadi Sahadi, Kapolres Jakarta Utara. Dugaan itu semakin jelas setelah dua petugas satpam di kawasan Ancol melihat Hadi yang mengapit map mampir beberapa jam di Hotel Horison. Bahkan, menurut keterangan polisi, di parkir padang golf Ancol itu, kedua saksi sempat melihatHadi bersantai sambil merokok dan minum teh. "Cuma saya tidak melihat ia membawa kantong plastik," katanya kepada polisi. Tak jelas bagaimana kedua satpam itu bisa mengenali bahwa orang yang dilihatnya adalah Hadi Wibowo, di antara ribuan pengunjung Ancol tiap harinya. Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah hanya karena uang Rp 164,5 juta, Hadi rela mengorbankan karier yang sudah dirintisnya selama sembilan tahun. Tak seorang pun, juga polisi, bisa memastikannya. Hanya saja, seperti yang dikatakan Bambang Gunarso, Wakil Direktur Utama BCD, selama bekerja di BCD, lulusan sebuah akademi perbankan di Jakarta ini belum pernah melakukan tindakkriminal. "Kalau melihat orangnya, rasanya mustahil ia akan nekat seperti itu," kata Bambang, tak percaya. Untuk diketahui, Hadi Wibowo bergabung dengan BCD tahun1983. Sebelum menjabat kepala BCD cabang pembantu Ciledug, ia juga sempat menjabat sebagai kepala BCD cabang pembantu Kalimalang, Jakarta Timur, selamabeberapa tahun. Oleh bawahannya, ia dikenal sangat sederhana dan simpatik. Untuk mengejar Hadi, polisi kali ini boleh dibilang melakukan tindakan yang sangat cepat. Pihak kepolisian, misalnya, sudah melakukan koordinasi denganpihak Imigrasi. "Agar tidak lari ke luar negeri," kata Ritonga. Bukan cuma itu, sebuah tim khusus sudah dibentuk untuk mengungkap kasus ini. Bambang Aji dan Taufik T. Alwie (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus