Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Pedofil dari Kebon Jeruk

17 Mei 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEGEMARAN mencabuli anak-anak bukan hanya monopoli orang bule. Praktek ini juga kerap dilakukan oleh lelaki Indonesia. Tak sekadar mensodomi anak-anak, mereka bahkan tidak segan-segan membunuh korbannya. Perkara yang paling gres kini tengah ditangani Kepolisian Sektor Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pelakunya seorang kakek berusia 62 tahun bernama Buchoirudin alias Udin. Jumat dua pekan lalu, Udin ditangkap polisi dengan tuduhan membunuh Rian Hidayat, 14 tahun. Mayat Rian, yang hanya mengenakan celana dalam dan T-shirt, ditemukan di depan musala di kawasan Batu Sari, Jakarta Barat. Tetesan darah korban berceceran di sepanjang jalan sampai rumah kontrakan yang dihuni Udin. Di kamar kumuh tersangka, polisi menemukan bercak darah di kasur dan benda-benda di sekitarnya. Akhirnya Udin ditangkap di kawasan Tomang beberapa jam kemudian. Kenapa korban dibunuh? Kepada polisi, Udin mengaku menghabisi Rian karena si bocah tak mau disodomi. ”Saya kesal, dia enggak mau dipake, padahal nafsu saya sudah tinggi banget,” katanya santai. Korban tewas karena kepalanya dipukul dengan martil. Ia lalu diseret ke luar kamar dan ditinggalkan begitu saja di jalan. Udin juga mengaku sempat menjilati darah korban. ”Agar saya enggak digerayangi arwahnya,” ujarnya. Sebelum dihabisi, rupanya Rian telah lama ”dipelihara” Udin. Sang kakek menemukannya di Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur. Saat itu, Rian mengaku mau kabur dari rumah. Setelah dirayu, akhirnya ia mau ikut tersangka ke tempat tinggalnya. Yang mengejutkan, Udin mengaku sudah menyetubuhi lebih dari 100 anak lelaki. ”Setiap anak yang saya gituin namanya saya catet di buku harian,” katanya. Selama ini, Udin aman-aman saja karena tak ada korban yang melapor. Apalagi mangsanya adalah anak-anak jalanan yang sudah dianggap sebagai anak hilang oleh masyarakat. ”Baru ini saja, Rian, yang melawan,” tutur sang kakek. Kesukaannya kepada bocah muncul sejak 1968, saat istri dan anaknya meninggal dunia. ”Sejak itu, kalau dekat dengan anak-anak, saya jadi terangsang, tubuh mereka itu wangi,” ujarnya. Ulah Udin persis Robot Gedek, yang kini mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Jawa Tengah. Cuma, bedanya, Robot selalu menguliti korbannya dan perilakunya timbul karena ia sering masuk penjara. Di mata Irmansyah, psikiater dari Universitas Indonesia, kegemaran mencabuli anak-anak termasuk kelainan seksual. Anak-anak merupakan salah satu korban karena bocah lebih mudah dibujuk dan dibohongi. ”Pengaruh lingkungan merupakan penyebab terbesar dari penyimpangan seperti itu,” katanya. Kelainan bisa dihilangkan jika si pelaku berusaha dengan sungguh-sungguh. Mirip pecandu rokok atau heroin, hanya si pecandu sendiri yang bisa menyembuhkannya. Dalam kasus pedofilia, kata Irmansyah, akan lebih mudah disembuhkan jika keinginan seks terhadap anak-anak bukan satu-satunya cara pelampiasan berahi bagi si pelaku. Diakui pula oleh Irmansyah, hukuman yang berat bisa menjadi salah satu terapi. Ini juga membuat pedofil lainnya yang bergentayangan di masyarakat berpikir dua kali buat meneruskan perilaku buruknya. AT

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus