Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Pemburu Ganesha di Kepurun

Arca Ganesha yang diduga dibuat pada abad IV-IX masehi hilang, sebelumnya sudah ada yang menawar Rp 3 juta. Pencurian disebabkan sikap golongan tertentu yang gemar mengoleksi benda kuno. (krim)

11 Agustus 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEWAKTU orang datang silih berganti ke Desa Kepurun, dan ada yang berani menawar arca Ganesha itu Rp 3 juta penduduk sudah mulai waswas. Karena itu Saeran, kepala desa, memutuskan untuk membuat pagar mengelilingi bangunan SD Kepurun, tempat patung itu diletakkan. "Pagar belum jadi, ee, arca sudah hilang," katanya masygul. Patung gajah setinggi manusia dewasa seberat 0,5 ton itu hilang dinihari 25 Juli lalu. "Ini pencurian benda purbakala paling nekat yang pernah terjadi," komentar Teguh Asmar, M.A., staf Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala (DP3SP), Departemen P 8 K. Pencurian di Desa Kepurun, Klaten, Jawa Tengah, itu memang nekat. Malam itu, penduduk memang melihat ada mobil Colt nongkrong di dekat SD, dan belasan orang tampak sibuk melakukan sesuatu. Tapi tak ada yang curiga. Sebab, seperti dikatakan Saeran, "Saya kira para guru yang sedang rapat." Juga karena malam itu di Kepurun ada pertunjukan ketoprak, hingga banyak yang lalu lalang di jalan. Dan para pencuri yang membongkar patung sengaja menyetel kaset lagu dangdut keras-keras, untuk mengalihkan perhatian. Hilangnya arca itu, yang diduga dibuat pada abad IV-IX Masehi, merupakan kejadian yang kedua kali. Beberapa tahun lalu, arca Durga, yang juga ditemukan oleh nenek moyang penduduk desa itu, dibawa orang dengan dalih akan diteliti. Padahal, arca-arca tadi, yang biasanya merupakan satu paket dengan arca Ciwa dan Mahaguru (yang belum ditemukan), merupakan benda purbakala yang cukup penting. Dibandingkan dengan arca Ganesha yang ditemukan di beberapa tempat, "Arca yang ini mempunyai keistimewaan. Ikat pmggangnya lebih menonjol," ujar Ngurah Anom, kepala Suaka Benda-Benda Purbakala, Jawa Tengah. Pencurian terhadap benda purbakala memang tak pernah sepi meskipun dilindungi Monumenten Ordonnantie Stbl. No. 238 tahun 1931. Kepala patung di Candi Prambanan, misalnya, telah beberapa kali disatroni pencuri. Terakhir, 1979 lalu, 15 kepala patung dipenggal. Salah seorang pemenggalnya, Sukir, kemudian divonis 4 tahun penjara. Pencurian, yang biasanya bermotif mendapatkan uang dari pemesan atau pedagang barang antik, terkadang memang keterlaluan. Bukan hanya kepala patung, tapi lengan atau baglan tubuh lain pun sering dlpenggal. Relief di dinding candi, kata Teguh, tak jarang pula dicongkel. Secara kuantitas, menurut Teguh, pencurian selama tiga tahun terakhir ini memang menurun, "Tapi kualitasnya meningkat." Yang diincar pencuri umumnya benda-benda purbakala yang cukup penting, ditilik dari sei selarah. Pasaran benda purbakala kelihatannya memang, cukup menggembirakan. Hal itu tampaknya ada hubungan dengan sikap golongan masyarakat tertentu yang gemar mengoleksi benda kuno untuk menaikkan status sosial dan gengsi. Patung jiwa dan Ganesha yang ditemukan di Pulau Panaitan, Pandeglang, Jawa Barat, pada 1978, misalnya, entah dengan cara bagaimana tahu-tahu sudah menjadi koleksi seorang pejabat tinggi negara yang klni sudah penslun. Syukur kedua patung yang diperkirakan dari abad VII itu kini bisa kembali ke tangan DP3SP. Namun, yang dikhawatirkan, bila benda purbakala itu sampai lolos ke luar negeri. Dan memang banyak usaha ke arah itu. Tahun lalu, misalnya, petugas Bea Cukai pelabuhan Belawan, Medan, menangkap seorang berkewarganegaraan Prancis. Ia kedapatan membawa arca Pangulu Balang (Hulubalang) seberat 300 kilo yang berasal dari lokasi Candi Portibi, Tapanuli Selatan. Benda lain yang hendak diselundupkan lewat Belawan, antara lain berupa meriam dari pengu, piring, dan mangkuk porselen. Polda Jawa Timur pun pernah menggagalkan penyelundupan genta perunggu dan korek api kuno oleh seorang warga negara Jepang. Penangkapan terjadi di Hotel Royal, Surabaya. Namun, turis Jepang itu, yang mengaku hanya dititipi, kini sudah kembah ke negerinya. "Yang penting, benda itu dapat diselamatkan, dan dalam waktu dekat akan kami berikan ke museum," ujar Kolonel Koesparmono Irsan, Asisten Intel Polda Jawa Timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus