Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Perjalanan si murai batu

Direktur pt dirga dharma medan, lie kok hwee tewas, setelah diamankan di sel kodim kota besar medan. ia tamu tetap scorpio karaoke dan dikenal ja- goan minum. diduga ia dianiaya sebelum meninggal.

19 Oktober 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lie Kok Hwee diamankan ke sel Kodim Medan, setelah dari Scorpio Karaoke. Ia meninggal di Singapura. KEMATIAN Lie Kok Hwee alias Huyanto Surya menggetarkan. Pekan lalu, selama seminggu banyak koran Medan memberitakan naas ayah tiga anak ini. Kemudian disusul pemuatan iklan dukacita dari pelbagai perusahaan di Malaysia, Singapura, Jakarta, dan Medan. Perjalanan malam kontraktor dan leveransir di PT Perkebunan Sumatera Utara ini dimulai dari Scorpio Karaoke di Jalan Putri Hijau Medan. Dari sini Huyanto tidak pulang ke rumahnya, tetapi menginap di sel Kodim Kota Besar Medan. Di sinilah, menurut istrinya, diduga penyebab kematian pria berusia setengah abad itu. Makanya, Pangdam I Bukit Barisan Mayjen H.R. Pramono, perlu memberi keterangan kepada wartawan, Rabu pekan lalu. Bukan hanya karena diperkirakan ada oknum tentara yang mungkin nanti jadi calon tersangka, tetapi lebih dari itu akan dibuktikan bahwa tak ada oknum ABRI yang kebal hukum. "Jika terbukti bersalah ia pasti diajukan ke Mahkamah Militer," ujar Letkol. Paris Ginting, Wakil Asisten Intel Kodam I. Menurut Paris, yang hari itu berbicara atas nama Pangdam, sejak Senin pekan lalu si oknum sudah diperiksa. Penyidikan langsung ditangani Pomdam I. Namun, nama dan pangkat oknumnya tak disebut. Agaknya, pihak Kodam bermaksud mematahkan selentingan suara yang khawatir kalau kasus itu bakal dibekukan dalam peti es. Pada malam 3 Oktober lalu. seperti biasa, Huyanto mangkal lagi ke Scorpio Karaoke. Pria perlente ini tamu tetap berkualitas jagoan minum. Meskipun tidak pernah nembak minuman, dua pekan sebelumnya Direktur PT Dirga Dharma Medan ini dimasukkan daftar hitam di Scorpio. Ini karena ulahnya sendiri. Kalau sudah teler berat, pencandu bir hitam jumbo ini suka merusuh. Seperti diceritakan saksi mata, waktu itu Huyanto berjalan kian kemari sambil membuka baju. Mulutnya bak "murai batu" itu membuat tamu lain terganggu. Jadi, ketika ia muncul, petugas keamanan Scorpio mencekalnya. Toh Huyanto menerobos masuk. Setelah itu perangainya kembali kambuh beralkohol-ria sehingga empat orang berpakaian preman menarik Huyanto keluar dari karaoke. Ia diboyong dengan Toyota Crown miliknya sendiri. Esoknya dua petugas Kodim Medan mendatangi rumah Jeanne, istri Huyanto, di Jalan Surabaya Baru. Mereka mengabari suaminya dirawat di RS Kesdam, Medan. Jeanne segera meluncur ke sana. Jerit dan tangis wanita ini meledak setelah melihat suaminya dalam keadaan kritis. Dua tulang rusuknya patah. Pergelangan tangan remuk. Bola mata kanan nyaris copot. Hampir semua gigi depan rontok. Pembuluh darah di leher belakang putus. Tubuhnya memar biru. Pada 4 Oktober Huyanto diterbangkan ke Singapura untuk dirawat di Rumah Sakit St. Elizabeth. Toh tak tertolong. Ia meninggal, Sabtu pagi, 5 Oktober. Mayatnya diterbangkan ke Medan dan diperabukan di Tanjungmorawa, 9 Oktober lalu. Pelaku tindak kekerasan terhadap Huyanto memang belum jelas. Namun, Jeanne sempat menemui Perwira Seksi Intel Kodim, Kapten Bambang Widiarso. Penjelasan yang diperolehnya begini: setelah ribut-ribut di karaoke itu. Huyanto diboyong ke kantor Kodim. Karena teler berat, Huyanto diamankan di dalam sel. Menurut Bambang, tanpa diduga, Huyanto menjerit histeris, sambil membenturkan kepalanya ke dinding sel hingga berdarah dan pingsan. "Dalam kondisi itu ia dilarikan ke rumah sakit," tutur Bambang, seperti ditirukan Jeanne. Karena kurang puas, hari itu juga Jeanne mengadu ke Pomdam I Bukit Barisan. Soal suaminya gemar menenggak alkohol memang tidak ditampik Jeanne. Namun, sekiranya Huyanto malam itu membuat kerusuhan, katanya, ia merasa bisa diatasi dengan cara sepatutnya. "Tidak lantas diperlakukan begitu," katanya, sambil menyeka air mata. Dugaan Jeanne, suaminya sebelum koma hingga dibawa ke Singapura dianiaya hingga babak belur. Bersihar Lubis dan Sarluhut Napitupulu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus