Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Polisi disangka copet

Koptu sriyanto & koptu sudirman, dua polisi yang dihajar massa karena diduga pencopet, seorang diantaranya sriyanto tewas. ny. harto yang berboncengan dengan ny. mundari, merasa tasnya dicopet kedua polisi itu.

5 Maret 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI kisah malang dua anggota polisi. Di pinggir sebuah sawah di jalan Desa Tempel, Boyolali, Jawa Tengah, yang sepi, Nyonya Mundari dan Nyonya Harto berboncengan naik sepeda motor Yamaha. Dari arah belakang, tiba-tiba muncul pengendara motor lain, yang juga berboncengan, dan kemudian menyambar tas Nyonya Harto. Kaget, dan kemudian sadar apa yang terjadi, ia pun berteriak, "Copet . . ., copet .... Tasku dicopet." Kebetulan teriakan itu didengar seorang pemuda di tempat itu. Ia lalu mengambil alih motor korban. "Copet . . . Copet . . . Kepung saja," teriaknya. Jalanan desa, yang belum beraspal itu, benar-benar dikepung warga desa tersebut dan desa-desa tetangganya. Sialnya, kedua orang, yang disangka copet, terjebak di jalan buntu. Di situ sudah menunggu segerombolan orang bersenjata batu, bambu, dan sabit. "Saya bukan pencopet. Saya polisi," begitu kata pengendara motor yang terjebak. Maka, 25 Januari sore itu, keduanya diserahkan ke pamong desa. Hingga menjelang malam "pengadilan" massa itu tak membuahkan hasil karena tersangka tak mengaku mencopet. Kebetulan di situ ada anggota CPM. Kartu anggota tersangka pun diperiksa dan benar. Mereka polisi: Koptu. Sriyanto dan Koptu. Sudirman, yang berasal dari Yogya. Sekali lagi, polisi ini tak mengaku sebagai pencopet. Tapi Nyonya Harto dan Nyonya Mundari, ketika dihadapkan, yakin. "Ya, dia ini yang menyerobot tas saya, dan yang satu ini memboncengkan," kata Nyonya Harto dan diiyakan Nyonya Mundari. Keduanya tak berkutik lagi. Tas berisi uang Rp 125,00 dan SIM serta STNK, yang dilempar ke sawah, masih utuh. Tiba-tiba seorang lelaki, yang ikut berkerumun, maju dan meninju tersangka. Massa pun ambil bagian. Dua orang polisi yang mengamankan tertuduh tak kuasa mengamankan. Massa baru bubar setelah ada tembakan peringatan dari polisi, yang belakangan datang satu mobil pikap. Tapi kedua tersangka telanjur babak belur. Korban dilarikan ke RS DKT Solo, sekitar 20 kilometer dari desa itu. Sayang, Sriyanto tak tertolong. Ia meninggal karena luka-luka kepalanya. Hanya Sudirman klni mula membaik kesehatannya. Tapi sejak itu, salah seorang warga Tempel, Jumadi, ditahan polisi. Konon, ia ikut meninju Sriyanto karena istrinya beberapa waktu lalu pernah kecopetan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus