Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Prajurit Dua Tentara Nasional Indonesia atau Prada TNI Josua Lumban Tobing (22 tahun) ditemukan tewas gantung diri. Peristiwa ini telah terjadi sebulan lalu. Namun, pihak keluarga menduga Prada Josua meninggal karena penyiksaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengacara keluarga Prada Josua, Freddy Simanjuntak, menuturkan Josua adalah prajurit yang bertugas di Batalyon Infanteri 132 Salo–Bangkinang (Yonif 132/BS) yang terletak di Desa Salo Timur, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Riau. Menurut Freddy, Josua belum setahun berdinas di batalyon tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Freddy lantas menceritakan kronologi kejadian tewasnya Josua. Kejadian ini bermula saat Josua meminta izin kepada komandan regunya untuk cuti selama tiga hari karena opung atau kakeknya meninggal. Permohonan ini pun disetujui.
"Ternyata sebenarnya dia ini berbohong," ucap Freddy saat dihubungi Tempo pada Rabu, 7 Agustus 2024. "Kalau dia katakan yang meninggal itu sebenarnya adalah opung pacarnya, pasti tidak akan diberikan izin, makanya dia berbohong."
Kemudian Josua pergi ke tempat opung pacarnya yang berada di Kecamatan Duri, Kabupaten Bengkalis, Riau. Josua ke sana menggunakan travel hingga Pekanbaru.
Pacar Josua, Juli Sihombing, memang tinggal di sebuah kos di Pekanbaru. Setelah keduanya bertemu, mereka langsung pergi ke Duri menaiki motor milik Juli.
Josua dan Juli menghabiskan waktu dua hari di Duri. Keduanya kemudian kembali dan sampai di Pekanbaru pada Jumat, 28 Juni 2024.
Pada saat itu, Freddy menyebut hubungan keduanya tidak ada masalah. "Mereka masih makan bersama-sama di Pekanbaru, sama pacarnya makan-makan bersama, jalan-jalan," tuturnya.
Kemudian pada Sabtu, 29 Juni 2024 sekitar pukul 22.00, ada pesan masuk ke WhatsApp atau WA milik Josua. Pesan itu datang dari rekannya yang berisi kekecewaan. Sebab, Josua berbohong bahwa opungnya meninggal.
"Chatting WA itu kira-kira begini 'gara-gara kau berbohong, aku jadi menggantikan kau! Kau bohong, kau bilang opung kau yang meninggal, ternyata opung pacarmu. Cepat kau pulang kemari! Kalau kau pulang kemari, nanti begitu sampai, kalau aku sudah tertidur, kau bangunkan aku!'," ujar Freddy menirukan pesan yang kini sudah dihapus itu.
Ia menuturkan Josua lalu menunjukkan pesan tersebut kepada pacarnya. Menurut Freddy, Josua sudah mendapatkan feeling atau perasaan bahwa ia akan disiksa.
"'Ini ada WA, ini kayaknya aku mau disiksa. Biasanya kalau kayak gini aku pasti disiksa. Biasanya kalau ada pelanggaran, ada kesalahan, disiksa disana'," ucap Freddy menirukan Josua.
Akhirnya Juli pun menyuruh Josua segera kembali. Josua kemudian kembali menggunakan motor pacarnya. Josua kembali sekitar pukul 23.00 dan sampai di barak pada Ahad subuh, 30 Juni 2024.
"Hari Minggunya, dia masih video call sama ibunya, sama pacarnya. Tidak ada masalah," tutur Freddy.
Pada Ahad malam sekitar pukul 22.00, ada foto dan video yang dikirim dari WhatsApp Josua untuk pacarnya. Josua dalam pesannya itu menyebut ingin menghabisi nyawanya sendiri.
"Ini jelas bukan dia sebenarnya yang nge-WA, tapi menggunakan handphone Josua, seolah-olah Josua putus cinta," beber Freddy. "Padahal hubungan mereka tidak ada masalah."
Atas kejadian ini, kata Freddy, polisi militer menuturkan pemeriksaan sudah selesai dilakukan. Hasilnya sudah dilaporkan oleh polisi militer itu kepada Danrem dan Komandan Batalion. Freddy lalu menanyakan kepada Danrem. Danrem malah memintanya untuk bertanya kepada pihak Korem.
"Kayak lempar bola gitu, kayak buang badan, tidak ada yang mau bertanggungjawab," ucap Freddy.
Tempo berupaya mengonfirmasi kejadian ini kepada Komandan Batalyon Infanteri 132 Salo, Mayor Inf Bambang Budi Hartanto. Namun, ia belum memberikan tanggapan hingga berita ini ditulis.
Pilihan Editor: Pembunuhan Pilot Selandia Baru di Mimika, KNPB Curiga Adanya Operasi Proxy War dan False Flag