Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Renggo Beraksi di Atas Taksi

Modus baru perampok penumpang taksi: sewa dua taksi tak terkenal. Sasarannya, perempuan di kawasan perkantoran segi tiga emas.

27 November 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAM belum larut saat Lince Saur Friana Sipayung, 31 tahun, menghentikan taksi di depan Mal Ambasador, Kuningan, Jakarta Selatan. Jam di tangan nona ini menunjukkan pukul 20.00. Masih sore untuk warga Jakarta. Lalu lintas di jalan protokol Ibu Kota masih padat dengan kendaraan pada akhir Oktober itu.

Gadis lajang itu baru selesai mengikuti acara kebaktian dan berniat pulang ke kosnya di Pasar Minggu. Tak ada sesuatu yang mencurigakan saat ia masuk ke taksi Manuk Mira yang dicegatnya. ”Sopirnya ramah,” ujar pegawai Departemen Pertanian ini.

Rute yang ia tempuh biasanya melalui putaran Casablanca sebelum ke Jalan Gatot Subroto. Karena jalanan macet, sopir mengusulkan lewat Jalan Denpasar. Lince setuju. Saat melintas di Jalan Denpasar yang terhitung sepi itulah, petaka muncul. Dengan alasan membetulkan tali sepatu, sopir menghentikan kendaraan.

Lalu datang dua lelaki yang langsung masuk ke taksi. Bersenjata pisau dan obeng, mereka mengancam Lince. Dengan cepat mereka melucuti cincin, jam tangan, dan telepon genggamnya. Dua kartu ATM-nya juga digasak. Lince diminta menyebut kode PIN-nya. ”PIN itu tiket kamu keluar dari sini. Kalau tidak, kamu tidak selamat,” ancam si pelaku. Lalu, wuss, mereka melempar dua kartu Lince ke luar jendela. Seorang di antaranya mengeluarkan telepon genggam. Rupanya, ia mengontak rekannya agar mengambil kartu itu.

Komplotan penjahat itu lalu memba-wa Lince keliling kota. ”Lima kali keluar-masuk tol dalam kota,” kata Lince. Setiap kali mendekati pintu tol, ia diancam tidak berteriak. Saat keliling kota itulah perampok lain menguras ATM-nya. Dari dua kartu, komplotan itu menggasak tabungannya Rp 67 juta. Menjelang dini hari, ia diturunkan di sebuah jalan sepi di dekat Jalan M.T. Haryono, Jakarta Selatan. Para penja-hat memberi Lince ”ongkos pulang” Rp 100 ribu. Lince melaporkan nasib malangnya itu ke Polsek Setia Budi.

l l l

Perampokan penumpang taksi seperti dialami Lince ini kini makin kerap terjadi. Kepolisian Sektor Setia Budi, Jakarta Selatan, mencatat selama September hingga Oktober lalu, ada lima perampokan dengan modus seperti dialami Lince. ”Pelaku sangat rapi merancang aksinya,” ujar Komisaris Polisi Roma Hutajulu, Kepala Polsek Setia Budi.

Salah satu kerapian itu, taksi dibuat sedemikian rupa sehingga sulit bagi polisi melacaknya. Misalnya, nomor pintu dan nomor kendaraan dipalsukan. Jikapun melacak lewat kamera monitor di ATM juga akan sia-sia. Ini lantaran yang mengambil uang bukan pelaku yang dilihat korban.

Baru setelah melakukan perburuan lewat penyisiran transaksi rekening, awal November lalu, polisi menangkap pentolan komplotan perampok Lince. Dia bernama Gurnalis. Pria 33 tahun ini dicokok saat mengurus rekeningnya di Bank Mandiri yang diblokir polisi. Polisi kemudian ”mengandangkan” dua taksi Manuk Mira yang disewa Gurnalis. ”Dua sopirnya kabur,” ujar Giman, penjaga keamanan pangkalan taksi Manuk Mira di Jalan Tipas, Cibubur, Jawa Barat.

Gurnalis merupakan salah satu dedengkot perampok penumpang taksi di Jakarta. ”Baru sekarang kami berhasil membekuk dia,” ujar Roma Hutajulu. Berperawakan kekar dengan tinggi sekitar 165 sentimeter, kaki dan tangan Gurnalis penuh tato. Di kalangan rekan-rekannya, ia dikenal dengan nama Renggo.

Dua kali Tempo menemui Renggo. Tiga pekan lalu saat ditemui, ia masih teronggok lantaran kakinya ditembak polisi. Dua pekan lalu ia sudah berjalan normal. ”Ia kuat, borgol saja pernah diputusnya,” ujar salah seorang polisi. Menurut Gurnalis, dalam setiap aksinya ia selalu berkomplot dengan empat rekannya. Mereka patungan masing-masing Rp 500 ribu. ”Untuk menyewa taksi, membeli bensin, dan pulsa telepon,” ujarnya.

Menurut Gurnalis, ia selalu menggunakan dua taksi untuk beraksi. ”Saya punya langganan beberapa sopir taksi Manuk Mira.” Para sopir taksi ini bersedia menyewakan taksinya karena harga sewa dari Gurnalis tinggi, Rp 300 ribu. ”Setorannya Rp 165 ribu, masih untung Rp 135 ribu dan bisa ongkang-ongkang,” ujarnya.

Tapi Renggo tak selalu memilih Manuk Mira. Acap kali ia menyewa taksi lain. Syaratnya, tidak terkenal. Nomor kendaraan dan nomor pintu taksi itu selalu diubah. Untuk mengganti nomor pintu, misalnya, cukup dengan ditempel stiker dengan nomor lain. Ia juga membuat identitas pengemudi palsu lengkap dengan fotonya. Terakhir, kunci pintu—baik di depan maupun belakang—dipermak sehingga tak bisa dibuka dari dalam.

Jika semuanya oke, mereka pun beraksi. Seorang di antaranya akan jadi sopir taksi. Adapun empat orang lainnya berada di taksi lain yang membuntuti taksi pertama ini. Jika taksi pertama mendapat mangsa, di suatu jalan sepi taksi itu berhenti. Itulah saat Gurnalis beraksi. Mereka segera mendatangi korban dengan senjata terhunus. Sergapan senjata yang cepat ini akan membuat korban—biasanya perempuan—gemetaran.

Menurut Gurnalis, ”jam kerja” kelompoknya mulai pukul 17.00. Wilayah operasi mereka daerah perkantoran elite segi tiga emas: Jalan Thamrin, Sudirman, dan Rasuna Said, Kuningan. ”Di kawasan ini banyak orang yang kartu ATM-nya tebal,” ujarnya. Sasaran yang dipilih perempuan dan terutama sendirian. ”Kalau harus menggarap laki-laki, yang badannya tidak terlalu kekar,” ujar bapak satu anak tersebut.

Komplotan Renggo selalu melarikan korbannya ke jalan tol yang sepi. ”Jadi, kalau ada taksi di jalan tol dengan penumpang wanita diapit dua laki-laki, perlu dicurigai,” katanya. Saat korban diajak berkeliling itulah, anggota lainnya menguras ATM sang korban dan memindahkan ke rekening lain. Pembobolan ATM dilakukan hingga pergantian hari. ”Untuk mengakali batas penarikan.”

Tidak semua aksi Renggo menuai keuntungan. Mereka juga sering tekor lantaran isi ATM korban hanya ratusan ribu. Seusai merampok, mereka juga kerap bertengkar tentang pembagian hasil. ”Di antara kami biasa tidak saling jujur,” katanya. Tapi satu hal yang selalu mereka lakukan untuk korban, memberi uang ongkos pulang. Inilah salah satu ”ciri khas” kelompok Renggo yang dikenal polisi.

Renggo dikenal licin menjalankan aksinya. Selama belasan kali merampok, baru kali ini ia tertangkap. ”Yang lain sudah keluar-masuk penjara,” ujar Roma. Selain menangkap Renggo, polisi juga menangkap Kamba alias Zul, anggota komplotannya yang lain. Adapun tiga temannya, Novrizal, Ucha, dan Novi Botak, sedang diburu polisi. ”Ucha dan Novi baru seminggu keluar penjara,” ujar Roma.

Menurut Roma, di Jakarta ada tiga kelompok spesialis perampok penumpang taksi. Mereka dikenal sebagai kelompok Batak, kelompok Palembang, dan kelompok Padang. Gurnalis masuk kelompok Padang, yang anggotanya diperkirakan 15 orang. Modus yang dipakai kelompok Gurnalis terhitung baru. ”Selama ini biasanya pelaku bersembunyi di tempat bagasi dan muncul lewat jok belakang,” ujar Roma. Pak polisi ini memberikan nasihat untuk menghindar dari nasib sial seperti dialami Lince. ”Pilih taksi yang punya kredibilitas baik,” katanya.

Ramidi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus