NAMANYA: Kerta bin Sukiman. Jabatan: lurah Desa Ciasemgirang, Subang, Jawa Barat. Tapi sejak ia ditangkap polisi, orang mengejeknya sebagai Kerta bin Robinhood. Lelaki bertubuh gempal berkulit hitam itu dituduh suka mengkoordinasikan beberapa warganya, untuk melakukan perampokan. Dan sasarannya tidak sembarang orang. "Hanya orang kaya yang pelit dan tidak mau membantu pemba-ngunan desa yang saya suruh untuk disatroni," ujar Kerta kepada TEMPO, pekan lalu. Kini Kerta ditahan di Polres Subang, Jawa Barat, bersama beberapa anak buahnya yang tertangkap di "lapangan". Ia sendiri tak pernah terjun langsung melakukan operasi. Ia cukup memberikan petunjuk, instruksi, dan menjadi pelindung komplotannya. Bila perampokan berhasil, hasilnya segera diberikan komplotannya kepada Pak Lurah untuk selanjutnya dibagi. Sudah tentu, sang bos mendapat bagian paling banyak. Menurut Letda Setiadi Priyoleksono, kepala Satserse Polres Subang, Kerta sebenarnya sudah lama dicurigai. Paling tidak semenjak tahun 1983. Soalnya, bila ada tersangka perampok yang tertangkap, mereka selalu menyebut nama Kerta sebagai otak kejahatan itu. Pengakuan serupa itu pernah dituturkan Mudrik, 32, yang merampok toko milik Babah Ipuh, di Kampung Jurutilu, 1983. Hasil jarahan sebesar Rp 1,75 juta dan sejumlah barang, kata Mudrik, diserahkannya kepada Kerta, karena dialah yang menyuruh. "Sulitnya, waktu itu kaml tak punya cukup bukti sehingga Kerta hanya bisa kami jadikan saksi," ujar Setiadi. Sebelum merampok, Mudrik dan beberapa kawannya mengamati terlebih dahulu toko Babah Ipuh. Mereka kepergok Saenan, petugas hansip yang sedang tugas jaga. Saenan menegur Mudrik karena gelagatnya mencurigakan. Tapi Saenan malah dilaporkan Mudrik kepada Kerta. Akibatnya, kata Saenan kepada TEMPO, "Kerta membentak-bentak, dan saya disuruh diam." Karena takut, ayah dua anak itu akhirnya diam. Apalagi karena ia mendapat bagian Rp 30 ribu sebagal uang tutup mulut. KERTA, 38, baru bisa dijaring setelah terjadi perampokan di rumah Ir. Wibowo, Januari lalu. Saat itu Mudrik dan kawanannya menguras perhiasan tuan rumah senilai Rp 3,7 juta. Enam orang yang ikut dalam perampokan kebagian masing-masing Rp 150 ribu. Sisanya masuk kas pribadi Lurah. Polisi yang mengusut perampokan itu akhirnya bisa membuktikan bahwa Kertalah dalang perampokan itu. "Saya menyesal telah melakukan ini semua," ujar Kerta di tahanan. Ayah enam anak itu, yang memulai karier sebagai juru tulis desa, membenarkan bahwa ia pernah menyuruh warganya merampok orang-orang kaya yang dinilainya pelit. "Cuma sebagai peringatan agar mereka tak pelit lagi," kata Kerta kalem. Alasan itu tampaknya hanya untuk membela diri. Babah Ipuh, 56, merasa tak pernah pelit. "Saya selalu membantu kalau dimintai sumbangan. Tapi kalau mereka datang secara liar, tidak membawa surat resmi dari lurah saya tolak," katanya. Haji Samidi dan Karsim - keduanya tokoh masyarakat Desa Ciasemgirang - tak habis pikir atas perbuatan lurahnya. Mereka heran, karena selama ini Kerta termasuk pemimpin yang baik dan disegani. "Sejak menjadi lurah, dia sering membantu warga, dan desa ini menjadi aman," kata Samidi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini