Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Tugas Pangan Kepolisian RI Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan menyebarnya berita bohong atau hoax tentang telur palsu telah merugikan peternak telur hingga 40 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sangat merugikan peternak," ujarnya di Markas Besar Polri pada Kamis, 21 Maret 2018. Informasi tak benar itu, kata Setyo, membuat masyarakat khawatir membeli telur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hoax tentang telur palsu bermula dari viralnya sebuah video di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat seorang laki-laki menguji telur dengan membuka cangkangnya hingga memeriksa putih dan kuning telur.
Video tersebut diketahui diambil di Pasar Johar Baru, Jakarta. Laki-laki tersebut mengatakan telur itu palsu lantaran terbuat dari bahan silikon yang kenyal dan dilapisi plastik.
Setyo mengatakan sejumlah asosiasi pangan pun telah melaporkan dan mengeluh kerugian yang diakibatkan beredarnya hoax telur palsu tersebut. Di Blitar, Setyo mencontohkan, pedagang telur mengalami kerugian omzet mencapai 30-40 persen.
Polri kembali menegaskan dan menjamin tidak ada telur palsu karena butuh teknologi canggih dan biaya mahal. "Sedangkan harga telur berapalah," kata Setyo.
Setyo mengatakan dugaan motif hoax ini hanya untuk menakut-nakuti masyarakat. Namun hal ini tidak bisa disepelekan.
Satgas Pangan pun akan meminta tim Cyber Bareskrim mengusut video tersebut beberapa waktu lalu. Menurut Setyo, sudah ada penyebar hoax yang diperiksa. "Di Sumbawa sudah ada yang diperiksa," ucapnya.
Penyebar video telur palsu itu, kata Setyo, melakukannya dengan motif hanya iseng. Namun kepolisian akan terus mengembangkan penyidikan karena kejadian ini bisa mengancam tenaga kerja dan kestabilan ekonomi.