Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Semut-semut di gudang uang

Berbagai cara baru dilakukan penjahat untuk menggaet uang di bank. Dua bank, di solo (Bank Agung Asia) dan yogya (BRI) kebobolan dengan cara merubah nilai cek dan merusak komputer.(krim)

30 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TOKO Emas Kendi di Coyudan, Solo, sore itu sudah hampir tutup ketika muncul seorang lelaki keturunan Cina. Dengan tutur kata yang ramah, ia menawarkan sebentuk cincin kepada pemilik toko, Candra Putranto. Tawar-menawar terjadi dan Candra akhirnya setuju membeli cincin seberat empat gram lebih itu dengan harga Rp 45 ribu. Lelaki ramah tadi agak aneh, ternyata menolak dibayar dengan uang kontan. "Soalnya cincin ini milik famili saya. Kalau dibayar dengan uang tunai, nanti dikira saya mencatut. Lebih baik dibayar pakai cek saja," katanya. Karena alasan yang dikemukakan cukup masuk akal, "permintaannya saya turuti," kata Candra pekan lalu. Ia pun segera meneken selembar cek -- yang dikeluarkan Bank Agung Asia di kota itu -- senilai Rp 45 ribu. Siapa mengira cek tersebut bisa berubah nilai sehingga Bank Agung Asia kebobolan Rp 4 juta lebih? Lelaki di atas ternyata bukan sekadar menjual cincin. Ia seorang penipu yang licin. Sampai pekan lalu polisi Solo belum berhasil menjejaki, apalagi menangkapnya. Cara yang ditempuh si penipu sebenarnya boleh dibilang cukup sederhana. Ia hanya mengubah kata "puluh" dengan "juta" dari kata-kata "Empat puluh ribu rupiah" yang tertera di kertas cek. Dan angka Rp 45.000 pun tinggal disesuaikan menjadi Rp 4.005.000. Penghapusan angka dan huruf itu, menurut Kepala Dinas Penerangan Markas Besar Polri Kol. Sakir Subardi, bisa dilakukan dengan memakai sejenis zat kimia. Setelah semuanya beres, dengan menyewa taksi gelap, ia menuju Bank Agung Asia. Tiba di depan kantor tersebut, yang berseberangan dengan Pasar Klewer, mobil disuruh berhenti. Lalu, dengan alasan KTP-nya ketinggalan, si penipu menyuruh sopir taksi menguangkan cek "aspal" itu. Yang disuruh mau saja. Sebab, taksinya toh sudah disewa per jam Rp 3 ribu, sehingga makin lama disewa makin baik. Tak tahunya, dia telah diperalat, untuk mempecundangi Bank Agung Asia. Kasus di atas hanyalah sebuah contoh kejahatan terhadap bank. Penjahat tampaknya memang tak pernah putus akal untuk menggaet uang, langsung dari sumbernya. "Ibarat lemari tempat gula, semut mana yang tidak tertarik menggerogotinya?" seperti kata seorang pejabat bank di Jakarta. Beda dengan jenis kejahatan lain, seperti perampokan atau penodongan, "semut" yang suka main-main dengan bank, menurut polisi, biasanya cukup berpendidikan. Dia sekaligus juga menguasai soal-soal perbankan, dan, "mereka itu kebanyakan WNI keturunan Cina." Dan penjahat bank umumnya pandai memanfaatkan situasi. Misalnya, "mereka muncul di saat bank sedang sibuk atau ketika pegawai banyak yang cuti," kata seorang pejabat di Citibank, Jakarta. Mereka juga sepertinya tahu betul bila ada ruangan atau peralatan sedang diperbaiki. Dalam keadaan seperti itu, seoran petugas bank yang lengah, mudah saja 3ikibuli. Maka pada saat-saat "lain dari biasa" seperti itu, "kewaspadaan mesti ditingkatkan," kata pejabat bank tadi. Selain menggunakan cek atau travel cek palsu maupun hasil curian, menurut seorang pejabat di Bank Pacific Jakarta, jenis kejahatan terhadap bank yang sering terjadi ialah over booking dan pemalsuan saldo. Over booking, kata pejabat tadi, adalah manipulasi dengan cara menggaet dana seorang nasabah yang diketahui sering melakukan transfer. Si penjahat -- yang tahu nomor rekening nasabah tadi -- membuat surat perintah palsu, yang seolah-olah dibuat oleh pemilik yang asli, agar bank tersebut memindahkan sejumlah uang ke sebuah rekening di bank lain. Surat perintah tadi, dipercaya pihak bank, karena dibubuhi tanda tangan yang ternyata juga palsu. Memalsu tanda tangan, seperti kata Kol Pol. Sakir, memang sudah merupakan bagian dari keahlian yang harus dimiliki penjahat bank. Seorang pemalsu yang ahli, kata Sakir, bisa meniru tanda tangan -- dan hampir tanpa cacat -- hanya dengan mengamati dan mengutak-atiknya selama dua jam. Akan halnya pemalsuan saldo, di sini penjahat seolah-olah masih mempunyai sejumlah uang di bank, padahal uangnya sudah habis. Tapi karena kelicikannya, lewat kerja sama dengan orang dalam, sepertinya ia masih mempunyai slmpanan, sehingga masih terus bisa mengambil uang. Memang, kata Kol.Pol. Sakir, dalam kejahatan terhadap bank, rata-rata ada orang dalam yang terlibat. Keterlibatannya dengan macam-macam cara. Ada yang hanya sekadar memberikan informasi -- misalnya, dengan memberitahu nomor rekening nasabah lain. Kasus di Bank Agung Asia, Solo, pun tidak mustahil ada orang dalam yang ikut membantu. Paling tidak, ada yang membocorkan bahwa saat itu alat pengetes cek di situ, sedang rusak. Juga, informasi bahwa Candra masih mempunyai dana lebih dari Rp 4 juta, pastilah bukan suatu kebetulan. Contoh kerja sama yang rapi antara penjahat dan pegawai bank, terjadi di BRI Yogyakarta. Ajen alias Liauw Yun Tjien, pemilik Toko Serimpi, dengan ongkang-ongkang kaki bisa menggaet uang Rp 845 juta, berkat. kerja samanya dengan Salip, petugas pembukuan yang juga memimpin bagian komputer. Ajen, sebenarnya sudah tak punya dana di BRI. Tapi hal itu tidak terekam dalam kertas laporan yang dibuat komputer. Soalnya, kata sebuah sumber di BRI Yogya, Salip selalu mengangkat kertas tadi bila komputer hendak merekamnya. Dengan cara itu, seolah-oleh Ajen masih tetap punya dana, dan karenanya bisa mencairkan cek-ceknya yang kosong. Tapi akal bulus itu akhirnya ketahuan. Ajen dan Salip, kini sedang diadili di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Dua buah rumah, dua buah truk dan sebuah kios disita dari tangan Ajen. Dan dari Salip, berhasil diamankan uang tunai Rp 3 juta dan 11 buah lempengan emas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus