Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Setelah Hamil Kilat, Setan Digugat

Dukun santet mampu membuat orang sakit atau meninggal, atas permintaan klien yang memendam dendam. Ilmu hitam paling banyak di pedesaan. Masyarakat berani menghadapi dukun santet dengan main keroyok.

5 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERMULA karena orang percaya pada setan dan sihir. Dan santet itu 'kan akal setan. Di Filipina, misalnya, kini ada "santet modern". Pada awal Juni hingga Juli lalu penduduk Manila sempat dihebohkan oleh "gerakan" satanisme. Pengikutnya, 700 pelajar SLTP dan SLTA, bersimbol Swastika -- lambang Nazi Jerman. Seperti halnya santet di sini, satanisme memuja setan dan menghujat Tuhan. Beberapa grup remaja muncul dengan berbagai nama: Devil's Tribe, Nazi, Exploited, Devil's Paranoid, Haters. Yang paling berbahaya kabarnya Hardcore. Ibarat mengamalkan isi buku The Exorcist yang kemudian difilmkan di tahun 70-an mereka memiliki semacam kredo: berbuat jahat dan menjahati orang serta Tuhan adalah "perbuatan baik". Menurut laporan wartawan TEMPO di Manila, Djoko Daryanto, mereka itu mencuri, membunuh, kumpul kebo dengan mempraktekkan orgie-sex. Selain menenung calon anggotanya, satanisme model Filipina itu mengarah ke "agama baru" dengan kode tato di lengan, "666", yang anti-Kristus. Kontan uskup Manila, Manuel Sohrevinas, mengimbau ke Menteri Pendidikan Lourdes Quisumbing. "Aliran sesat telah merasuk ke sekolah, anak-anak dibujuk berbuat amoral dan kriminal," katanya. Dukun satanisme itu belum terbongkar sampai sekarang. Tapi alirannya beda dengan Children of God yang juga sudah dilarang. Lain pula di Indonesia. Perdukunan nyaris juga seperti "agama baru" -- bagi yang percaya -- yang kini merembes pula ke kota. Orang bisa percaya pada dukun, atau kesaktian keris, serta persantetan, ini bisa dilihat misalnya melalui tema film -- yang dibikin orang kota. Pada awalnya, "Semua itu seakan-akan tak terlepas dari kehidupan masyarakat desa," begitu disimpulkan buku Syetan Sebagai Tertuduh yang ditulis Umar Hasyim. Dan santet memang di antara yang paling ditakuti. Bila ada kematian yang dianggap tak wajar, misalnya, lalu disangka bukan karena kehendak Tuhan. Berkobarlah dendam. Kalah dalam rebutan warisan bisa juga membuat orang kalap. Apalagi memperebutkan si Jelita, mungkin korban teluh itu bisa "hamil" kilat. Ini pernah terjadi di Karangasem, Bali. Setelah ditangani orang pinter, sang "bayi" lahir dalam wujud sabut kelapa. "Cara menyantet seperti itu, biasanya, dari Lombok," kata seorang ahli santet dari Bali. Itu dibenarkan oleh Lalu Mohamad Thamrin. Orang Lombok yang bernama Lalu ini, sersan, tinggal di Jakarta. Ia memang mendalami ilmu mistik. Di Bali dan Lombok, bisa terjadi seorang gadis rupawan mendadak gila. Setelah diselidiki, rupanya sang dara diincar banyak lelaki. Maka, seorang pria yang merasa tersisih, diam-diam, tancap teluh melalui seorang dukun. Tentu, keluarga korban tak berpangku tangan. Mereka melirik kiri kanan, memasang kuping. Dan akhirnya menemukan atau menduga-duga -- siapa di antara tetangga yang jadi tukang santet, sekalipun orang yang menyantet (dengan perantaraan dukun) hakikatnya ia adalah pengecut, tak berani menghadapinya terang-terangan. Begitu juga keluarga si korban yang memendam dendam: berani menghadapi tukang teluh dengan main mengeroyok. Di awal 1981, lebih dari 20 tukang santet dan bromocorah di Jember dibantai massa. Penganiayaan, pembunuhan, dan perusakan antara lain bergejolak di Kecamatan Jenggaah, Tanggul, Bangsalsari, Panti, Tempurco, Mumbulsari, dan Sukorambi. Sedikitnya 118 orang diperiksa. Pembantaian terhadap tukang santet secara masal itu bukanlah yang pertama. Menurut Tb. Ronny Nitibaskara, 42 tahun, Ketua Jurusan Kriminologi FISIP UI, jauh sebelumnya, kasus semacam itu terjadi di Pulau Seribu, Banten, Ambon, dan Ciamis. Di Bali, beberapa juru santet juga dibunuh massa di saat G-30-S/PKI meletus. Tak jelas jumlah yang tewas. Kalau di Sulawesi Utara ada Mariara -- meski prakteknya tak serupa santet -- ilmu hitam di bagian timur Indonesia, menurut seorang pengamat ilmu gaib, lebih subur dibanding di wilayah Barat. Barangkali ada hubungannya dengan kodrat perjalanan matahari. Dan sambaran santet itu, umumnya, ketika mereka dalam keadaan kosong jiwa terutama sudah jauh tengah malam hingga subuh. Menurut Ki Mahmud Jaya Kusumanegara, setiap orang yang punya sinar aura -- semacam sinar yang memiliki kekuatan gaib -- yang terbagi dalam tiga jenis (lihat juga Menangkis Ilmu Pedang Pekir). Pertama sinar aura pribadi -- tersimpan dalam tubuh manusia yang masih hidup. Lalu sinar aura eks pribadi -- berasal dari manusia yang sudah meninggal. Dan sinar aura nonpribadi, berasal dari makhluk halus. "Dari tiga unsur inilah muncul persoalan-persoalan gaib. Di antaranya ya santet itu," kata Ki Mahmud. Paranormal umumnya memanfaatkan sinar aura, untuk berbagai tujuan. Sedang si dukun santet diduga menggunakan sinar aura pribadi, diperkuat bantuan sinar aura nonpribadi milik makhluk halus nan jahat. Menurut Ronny Nitibaskara (lihat Kolom) yang meneliti rimba pertenungan itu, dalam dunia okultisme ada tiga kategori. Pertama, orang yang dikenal sebagai dukun. Ia suka memamerkan kemampuannya berhubungan dengan makhluk halus -- sekaligus menyembuhkan segala macam penyakit atau mencarikan jodoh. Biasanya ia minta sesuatu kepada kliennya. Jenis yang begini paling banyak jumlahnya, terutama di pedesaan. Di kota juga ada. Kedua, orang yang syka "membikin" seseorang sakit atau meninggal. Dialah dukun santet dan memenuhi permintaan klien, bila syarat yang ia minta terpenuhi. Ia memiliki peralatan khas: boneka, jarum, pisau. Bila klien minta musuhnya kembung perut atau buta matanya, sang dukun menusuk perut atau mata bonekanya. "Ini disebut imitated technic," katanya. Kategori ketiga, orang yang prakteknya mirip dukun tapi tingkatnya lebih tinggi. Kemampuan ilmunya lebih bersifat natural, memiliki ngelmu sejak lahir. Misalnya mampu mendengar atau melihat dari jarak jauh. Itu dijaga dan dilatih hingga terbentuk "bangunan mental" tersendiri. "Orang ini tak mau nyantet, hanya mengobati. Ilmunya didapat secara turun-temurun. Dan jumlah orang semacam ini sedikit," kata Ronny.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus