Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Suatu Pagi Bagi Lurah Chudori

Kepala Desa Sumber Waras, Jatim, Chudori ditemukan meninggal di sebuah kamar di Losmen Kawi, Jember. Tersangka seorang wanita pelacur ditahan yang berwajib.

19 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KECAMATAN Muncar, di Kabupaten Banyuwangi, cukup terkenal lewat Peristiwa Muncar di tahun 1974. Yaitu, ketika para nelayan kecil di sana unjuk gigi: mengganyang kapal pencari ikan modern yang dianggap mereka telah mematikan mata pencarian. Peristiwa itu, banyak memperoleh perhatian kalangan atas di Jakarta. Tapi, sebenarnya, 'orang pusat' sudah mengenal Muncar sebelum heboh nelayan tersebut. Sebab di wilayah Muncar ada sebuah desa yang sudah beken lebih dulu: desa Sumber Beras. Desa itu tidak saja terkenal karena kemakmurannya. Tahun 1973 desa surplus itu diresmikan sebagai desa teladan dengan nauna baru: Desa Proklamasi. Pejabat penting, misalnya Menteri Dalam Negeri Amirmachmud, pernah beranjangsana ke sana. Malah Presiden Suharto sendiri pernah meluangkan waktu untuk bermalam di desa ini. Belum lama ini desa teladan se Jawa Timur itu kembali menarik perhatian-setidaknya bagi warga Gubernur Sunandar. Karena Kepala Desa-nya, Chudori, tiba-tiba ditemukan meninggal tanggal 6 Pebruari di salah sebuah kamar di Losmen Kawi di Jember. Tubuh Lurah Chudori, calon anggota DPRD, didapati dalam keadaan dada sebelah kanan tertembak pelor. Menilik peluru yang dicungkil dari dadanya itu, jelas berasal dari sebuah pestol jenis S&W kaliber 38. Si penembak telah menggunakan senjata milik korban sendiri. Ke mana pun pergi, seperti lazimnya, Chudori memang gemar membekali dirinya dengan senjata api. Pestol itu sendiri ditemukan berada dalam sarungnya dan tergeletak di tempat tidur. Pengakuan M Harta benda milik lurah ini tampak masih komplit: arloji Titus, beberapa potong pakaian dan uang kertas Rp 110.000. Semua bagai tak disentuh. Polisi, dengan demikian, dapat mengambil kesimpulan sementara. Mungkun motif pembunuhan orang penting dari Sumber Beras ini bukan perampokan. Bunuh diri? Mungkin juga tidak. Korban dikenal sebagai orang yang tak bertangan kidal. Sedang peluru jelas menembusi dadanya dari sebelah kanan. Polisi masih terusmelakukan pengusutan. Tersangka utama - jangan kaget -- seorang wanita berusia 25 tahun bernama: M. Ceritanya sedikit kurang sedap. Chudori terkenal ramah, banyak bergaul dan juga kaya. Ia sering pergi ke Jember dan selalu menginap di antara dua losmen, Nusantara atau Kawi. Rencana, malam Minggu 5 Pebruari itu, ia akan bermalam di losmen Nusantara. Tapi entah mengapa dibatalkannya sendiri. Ia pindah ke Kawi. Malam itu para pelayan di sana tak melihat ada sesuatu yang aneh. Hanya keesokan harinya sekitar jam 6 pagi, dari arah kamar terdengar letusan: dor ! Polisi segera bekerja. Malah, juga, tentara dan pejabat direktorat khusus setempat ikut sibuk. Konon tak ada setetes darah pun yang keluar dari luka di dada kanan Chudori. Orang menghubungkan keadaan jenazah almarhum dengan kepercayaan orang sedesanya: kabarnya pak lurah ini punya ilmu kebal segala. Apalagi jika hal itu dihubungkan dengan keadaan pelor yang tercungkil dari tubuh Chudori. Peluru itu sampai penyok ketika harus menembus tubuh korban. Para pelayan losmen diperiksa polisi. Ada tiga orang yang terpaksa bermalam di kantor polisi, karena harus menjalani pemeriksaan terus menerus. Tapi kemudian mereka dinyatakan tak tahu menahu soal kematian Chudori. Namun polisi akhirnya menemukan tersangka, seorang wanita muda, bernama M. Tersangka ini didapati sedang menangisi Chudori di kamar lain. Kepada polisi ia membuat pengakuan. Semalaman, sebelum Chudori diketemukan mati di paginya, M memang melayani Lurah dari Sumber Beras itu. M memang pelacur. Paginya, sambil menunggu Chudori mandi, M mempermain-mainkan pestol yang tergeletak begitu saja di kamar. Selesai mandi, Chudori mencoba melarang M agar tidak menimang-nimang senjata api itu. M memaksa juga. Lalu terjadi saling rebut: Chudori menarik pestol dari moncong dan M mempertahankan bongkolnya. Dasar sedang naas. Tak sengaja oleh M picu tertarik dan membuat pestol itu menyalak. Kata M, waktu pelor menembus dada, Chudori masih sadar. Ia merintih menutup dadanya, tapi masih sempat menyarungkan senjatanya dan meletakkannya di tempat tidur. M cuma bisa menjerit, begitu katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus