KECAMATAN Muncar, di Kabupaten Banyuwangi, cukup terkenal lewat
Peristiwa Muncar di tahun 1974. Yaitu, ketika para nelayan kecil
di sana unjuk gigi: mengganyang kapal pencari ikan modern yang
dianggap mereka telah mematikan mata pencarian. Peristiwa itu,
banyak memperoleh perhatian kalangan atas di Jakarta. Tapi,
sebenarnya, 'orang pusat' sudah mengenal Muncar sebelum heboh
nelayan tersebut. Sebab di wilayah Muncar ada sebuah desa yang
sudah beken lebih dulu: desa Sumber Beras. Desa itu tidak saja
terkenal karena kemakmurannya. Tahun 1973 desa surplus itu
diresmikan sebagai desa teladan dengan nauna baru: Desa
Proklamasi. Pejabat penting, misalnya Menteri Dalam Negeri
Amirmachmud, pernah beranjangsana ke sana. Malah Presiden
Suharto sendiri pernah meluangkan waktu untuk bermalam di desa
ini.
Belum lama ini desa teladan se Jawa Timur itu kembali menarik
perhatian-setidaknya bagi warga Gubernur Sunandar. Karena Kepala
Desa-nya, Chudori, tiba-tiba ditemukan meninggal tanggal 6
Pebruari di salah sebuah kamar di Losmen Kawi di Jember. Tubuh
Lurah Chudori, calon anggota DPRD, didapati dalam keadaan dada
sebelah kanan tertembak pelor. Menilik peluru yang dicungkil
dari dadanya itu, jelas berasal dari sebuah pestol jenis S&W
kaliber 38. Si penembak telah menggunakan senjata milik korban
sendiri. Ke mana pun pergi, seperti lazimnya, Chudori memang
gemar membekali dirinya dengan senjata api. Pestol itu sendiri
ditemukan berada dalam sarungnya dan tergeletak di tempat tidur.
Pengakuan M
Harta benda milik lurah ini tampak masih komplit: arloji Titus,
beberapa potong pakaian dan uang kertas Rp 110.000. Semua bagai
tak disentuh. Polisi, dengan demikian, dapat mengambil
kesimpulan sementara. Mungkun motif pembunuhan orang penting
dari Sumber Beras ini bukan perampokan. Bunuh diri? Mungkin juga
tidak. Korban dikenal sebagai orang yang tak bertangan kidal.
Sedang peluru jelas menembusi dadanya dari sebelah kanan. Polisi
masih terusmelakukan pengusutan. Tersangka utama - jangan kaget
-- seorang wanita berusia 25 tahun bernama: M.
Ceritanya sedikit kurang sedap. Chudori terkenal ramah, banyak
bergaul dan juga kaya. Ia sering pergi ke Jember dan selalu
menginap di antara dua losmen, Nusantara atau Kawi. Rencana,
malam Minggu 5 Pebruari itu, ia akan bermalam di losmen
Nusantara. Tapi entah mengapa dibatalkannya sendiri. Ia pindah
ke Kawi. Malam itu para pelayan di sana tak melihat ada sesuatu
yang aneh. Hanya keesokan harinya sekitar jam 6 pagi, dari arah
kamar terdengar letusan: dor !
Polisi segera bekerja. Malah, juga, tentara dan pejabat
direktorat khusus setempat ikut sibuk. Konon tak ada setetes
darah pun yang keluar dari luka di dada kanan Chudori. Orang
menghubungkan keadaan jenazah almarhum dengan kepercayaan orang
sedesanya: kabarnya pak lurah ini punya ilmu kebal segala.
Apalagi jika hal itu dihubungkan dengan keadaan pelor yang
tercungkil dari tubuh Chudori. Peluru itu sampai penyok ketika
harus menembus tubuh korban.
Para pelayan losmen diperiksa polisi. Ada tiga orang yang
terpaksa bermalam di kantor polisi, karena harus menjalani
pemeriksaan terus menerus. Tapi kemudian mereka dinyatakan tak
tahu menahu soal kematian Chudori. Namun polisi akhirnya
menemukan tersangka, seorang wanita muda, bernama M. Tersangka
ini didapati sedang menangisi Chudori di kamar lain. Kepada
polisi ia membuat pengakuan. Semalaman, sebelum Chudori
diketemukan mati di paginya, M memang melayani Lurah dari Sumber
Beras itu. M memang pelacur. Paginya, sambil menunggu Chudori
mandi, M mempermain-mainkan pestol yang tergeletak begitu saja
di kamar. Selesai mandi, Chudori mencoba melarang M agar tidak
menimang-nimang senjata api itu. M memaksa juga. Lalu terjadi
saling rebut: Chudori menarik pestol dari moncong dan M
mempertahankan bongkolnya. Dasar sedang naas. Tak sengaja oleh M
picu tertarik dan membuat pestol itu menyalak. Kata M, waktu
pelor menembus dada, Chudori masih sadar. Ia merintih menutup
dadanya, tapi masih sempat menyarungkan senjatanya dan
meletakkannya di tempat tidur. M cuma bisa menjerit, begitu
katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini