Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah video game memungkinkan pemain memilih karakter yang menyerupai monster kehidupan nyata termasuk teroris penembakan di Christchurch, Brenton Tarrant, untuk misi membantai orang gay dan minoritas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penggemar membayar 12 poundsterling atau sekitar Rp 216 ribu, untuk mengunduh game penuh adegan kekerasan, yang menampilkan seorang pembunuh dari Australia yang melakukan pembantaian di masjid Selandia Baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam laporan eksklusif yang dikutip pada 3 Juni 2019, Mirror.co.uk melaporkan video game berjudul Jesus Strikes Back: Judgement Day, dirilis sebelum teror di Christchurch, di mana 51 orang meninggal. Tetapi pembaruan memperkenalkan karakter yang dikenal sebagai Brent T, seorang karakter yang mirip sosok Brenton Tarrant.
Permainan keji ini juga memungkinkan penggemar bermain sebagai diktator fasis Adolf Hitler dan Benito Mussolini.
Pemain juga dapat memilih karakter Donald Trump yang menggantung perempuan transgender dari atap, dan membunuh mantan Presiden AS Barack Obama.
Pemain juga dapat memainkan diktator Jerman Adolf Hitler.[Mirror.co.uk]
Dalam adegan lain, seorang karakter mirip pemimpin Rusia Vladimir Putin mengalahkan seorang feminis.
Dilaporkan hampir seribu salinan video game telah terjual sejak dirilis pada bulan Februari.
Video game ini telah dikecam oleh komunitas LGBTQ, tetapi menarik gamer yang menyukai kekerasan menggambarkannya sebagai permainan yang menakjubkan untuk memerangi degenerasi.
"Semoga versi berikutnya adalah versi IRL (in real life/dalam kehidupan nyata)," tulis salah satu unggahan forum.
Pengembang mengatakan game ini satire tetapi memicu kemarahan, dan hampir 4.000 orang telah menandatangani petisi di Change.org yang menyerukan agar game itu dilarang.
Pengguna juga dapat memainkan karakter Donald Trump, yang menggantung terbalik perempuan transgender dari atap gedung.[Mirror.co.uk]
Seorang gamer mengatakan video game itu menjijikkan karena pengembang membuat permainan tentang pembunuhan massal kaum minoritas dan menghasilkan uang dari itu.
"Saya yakin publik akan tertarik untuk mengetahui seseorang mendapat untung dari sesuatu yang kotor seperti ini," salah satu penandatangan petisi berujar.
"(game) ini menganjurkan pembunuhan terhadap orang-orang fanatik, melalui permainan yang dianggap jinak dan konyol," ujar seorang gamer.
Pihak pengembang video game membela konten mereka, dengan mengklaim itu adalah budaya satir politik era modern.
"Video game ini tidak membuat komentar apa pun tentang urusan politik, ras, agama, seksualitas, jenis kelamin atau individu atau organisasi dunia nyata kapan saja selama bermain game," kata pengembang.
Brenton Tarrant telah didakwa dengan pembunuhan massal terencana atas penembakan di Christchurch, dan saat ini sedang dalam penahanan.