Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Stockholm International Peace Research Institute mencatat Arab Saudi sebagai negara pengimpor senjata terbesar di dunia dari periode 2014 hingga 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laporan terbaru Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), yang dikutip dari Aljazeera, 27 Juni 2019, Arab Saudi mengimpor 12 persen senjata dan angka ini meningkat 192 persen selama periode 2009-2013.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut data 2018, Amerika Serikat terus memasok sebagian besar senjata ke Arab Saudi, menyumbang 88 persen dari semua senjata yang dijual ke Arab Saudi.
SIPRI Arms Transfer Database yang dirilis pada 31 Maret 2019 mencatat, Amerika Serikat mengekspor senjata ke Arab Saudi dengan nilai US$ 11,5 miliar (Rp 163 triliun) selama periode 2014-2014, dengan nilai transaksi terbesar US$ 3,4 miliar (Rp 48 triliun) pada 2018.
Sementara Inggris adalah pemasok senjata terbesar kedua untuk Arab Saudi dengan total US$ 2,7 miliar (Rp 38,2 triliun) selama 2014-2018, namun mencatat pengurangan drastis pada 2018 yang hanya memiliki nilai transaksi US$ 61 juta (Rp 864 miliar) dibanding tahun sebelumnya berjumlah US$ 425 juta (Rp 6 triliun). Adapun nilai transaksi senjata Inggris dan Arab Saudi terjadi pada 2016 dengan US$ 858 juta (RP 12 triliun).
Tentara Arab Saudi berjaga di sepanjang perbatasan dengan bersenjata lengkap. Tentara Arab Saudi mengerahkan kendaraan tempur canggih untuk menghadapi militan Houthi Aden, Yaman, 30 September 2015. REUTERS/Faisal Al Nasser
Antara 2014 dan 2018, Arab Saudi menerima 22 persen dari ekspor senjata AS, meningkat tajam dari 4,9 persen dari 2009 hingga 2013.
Data tersebut mencakup senjata utama, seperti kendaraan lapis baja, peluru kendali, pesawat terbang, artileri dan kapal.
Pengiriman senjata ke Arab Saudi pada 2014-2018 termasuk 56 pesawat tempur dari AS dan 38 dari Inggris. Pesawat yang dikirim juga dilengkapi dengan rudal jelajah dan senjata berpemandu lainnya.
Pengiriman yang direncanakan untuk 2019-2023 termasuk 98 pesawat tempur, tujuh sistem pertahanan rudal dan 83 tank dari AS, 737 kendaraan lapis baja dari Kanada, lima kapal perang jenis frigate dari Spanyol, dan rudal balistik jarak pendek dari Ukraina, menurut SIPRI.
Baca juga: Industri Militer Arab Saudi Hemat Rp 120 Triliun
Laporan SIPRI juga mencatat bahwa aliran senjata ke Timur Tengah telah melonjak, hampir dua kali lipat dalam lima tahun terakhir.
Empat dari 10 negara pengimpor senjata terbesar dunia pada 2014-2018 berada di Timur Tengah, yakni Arab Saudi, yang menerima 33 persen transfer senjata ke kawasan itu, Mesir sebesar 15 persen, Uni Emirat Arab 11 persen dan Irak 11 persen.