Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengungkap kawasan ASEAN sedang menghadapi tindakan-tindakan yang tidak aman dan tidak sejalan dengan hukum internasional, termasuk militerisasi di wilayah-wilayah yang menjadi objek sengketa. Hal itu dia sampaikan kepada Forum Kerja Sama Maritim di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Australia 2024 di Melbourne, Australia pada Senin, 4 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wong mengutip ucapan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. kepada Parlemen Australia pekan lalu tentang polaritas geopolitik dan persaingan strategis yang mengancam perdamaian yang telah kita peroleh dengan susah payah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami melihat hal ini dalam banyak hal. Kami melihat klaim dan tindakan yang tidak sejalan dengan hukum internasional, khususnya Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS); tatanan hukum laut dan samudera. Kita menghadapi tindakan-tindakan yang menimbulkan destabilisasi, provokatif dan koersif, termasuk perilaku tidak aman di laut dan udara serta militerisasi di wilayah-wilayah yang disengketakan,” ujarnya.
Wong menyampaikan pidato tersebut di tengah sengketa Laut Cina Selatan yang masih berlanjut hingga saat ini antara Cina dan negara-negara ASEAN, khususnya Filipina.
Cina mengklaim hampir seluruh jalur perdagangan kapal Laut Cina Selatan. Wilayah yang diklaim bertumpang-tindih dengan zona ekonomi eksklusif (ZEE) sejumlah negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Pengadilan Arbitrase Permanen pada 2016 mengatakan klaim Beijing atas Laut Cina Selatan tidak memiliki dasar hukum.
Filipina kini tengah meningkatkan upaya untuk melawan apa yang digambarkannya sebagai “aktivitas agresif” Cina di Laut Cina Selatan, yang juga menjadi titik panas ketegangan Cina dan Amerika Serikat soal kebebasan navigasi. Dalam pidatonya, Wong menyambut baik pernyataan para Menteri Luar Negeri ASEAN pada Desember lalu, yang menyatakan kekhawatiran mengenai perkembangan yang mengancam perdamaian dan keamanan regional di bidang maritim.
Dia juga menyinggung pentingnya dialog reguler antara Cina dan Amerika Serikat. Menurutnya, hal itu bukan hanya tentang kekuatan-kekuatan besar.
Wong juga mengutip Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong yang menyebut persaingan antara Cina dan Amerika Serikat memengaruhi setiap negara dan wilayah di dunia dan risiko kecelakaan serta kesalahan perhitungan selalu ada, terutama di titik-titik berbahaya seperti Selat Taiwan.
Menyatakan dukungan Australia untuk ASEAN, Wong kemudian mengumumkan bahwa Australia akan mengucurkan dana senilai total A$286,5 juta (Rp2,9 triliun) untuk upaya-upaya maritim di ASEAN. Jumlah tersebut terdiri dari dana A$64 juta untuk empat tahun ke depan, termasuk A$40 juta dana baru, untuk meningkatkan Kemitraan Maritim Asia Tenggara Australia. Selain itu, ada tambahan dana sebesar A$222,5 juta untuk mendukung ketahanan di subkawasan Mekong.
“Apa yang terjadi di Laut Cina Selatan, di Selat Taiwan, di subkawasan Mekong, di seluruh Indo-Pasifik, berdampak pada kita semua,” ujarnya.
REUTERS
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini