Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Harapan Menemukan Korban Selamat dalam Kecelakaan Kapal Imigran di Yunani Menipis

Remaja Suriah, penyintas kecelakaan kapal imigran di Yunani, dipersatukan kembali dengan kakak laki-lakinya dalam pertemuan emosional.

16 Juni 2023 | 20.16 WIB

Mohammad, 18, penyintas Suriah, yang diselamatkan bersama pengungsi dan migran lain di laut lepas lepas pantai Yunani setelah kapal mereka terbalik, menangis saat bertemu kembali dengan saudaranya Fadi, yang datang menemuinya dari Belanda, di pelabuhan Kalamata, Yunani, Juni 16, 2023. REUTERS/Stelios Misinas
Perbesar
Mohammad, 18, penyintas Suriah, yang diselamatkan bersama pengungsi dan migran lain di laut lepas lepas pantai Yunani setelah kapal mereka terbalik, menangis saat bertemu kembali dengan saudaranya Fadi, yang datang menemuinya dari Belanda, di pelabuhan Kalamata, Yunani, Juni 16, 2023. REUTERS/Stelios Misinas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang remaja Suriah yang selamat dari kecelakaan kapal yang menewaskan sedikitnya 78 orang secara emosional dipersatukan kembali dengan kakak laki-lakinya pada Jumat, 16 Juni 2023, tetapi tidak ada berita untuk kerabat lain yang berkumpul di kota Kalamata, Yunani selatan yang mencari orang-orang yang mereka cintai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Keterangan-keterangan saksi-saksi memperkirakan antara 400 dan 750 orang telah memadati perahu nelayan sepanjang 20-30 meter yang terbalik dan tenggelam pada Rabu pagi sekitar 80 km dari kota pantai selatan Pylos.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Segera setelah kapal tenggelam, 104 orang yang selamat dan 78 orang yang tenggelam dibawa ke pantai oleh otoritas Yunani, tetapi sejak itu tidak ada yang ditemukan.

Operasi pencarian dan penyelamatan besar-besaran berlanjut pada Jumat, tetapi harapan semakin menipis untuk menemukan lebih banyak korban selamat dari ratusan orang yang diyakini berada di atas kapal ketika tenggelam di beberapa perairan terdalam di Mediterania.

Mohammad, 18, korban selamat Jumat pagi dari Suriah, menangis tersedu-sedu ketika dia melihat kakak laki-lakinya Fadi, yang melakukan perjalanan dari Belanda mencarinya.

Mereka menangis dan berpelukan melalui barikade logam, yang didirikan oleh polisi Yunani di sekitar gudang di Kalamata tempat para penyintas tidur selama dua hari terakhir.

"Alhamdulillah untuk keselamatanmu,” kata Fadi berulang kali mencium kepala adiknya.

Sekitar 25 kerabat lainnya berkumpul di luar berharap mendapat kabar, menggenggam tangkapan layar orang yang mereka cintai di ponsel.

Imigran Membayar Mahal

Kapal penangkap ikan tua itu diperkirakan telah berangkat dari Mesir, kemudian menjemput penumpang di kota pesisir Libya Tobruk pada 10 Juni. Para penyintas yang berbicara dengan pihak berwenang Yunani mengatakan mereka membayar  US$4500 (sekitar Rp 67 juta) masing-masing untuk pergi ke Italia.

Keadaan pasti dari kapal yang tenggelam saat dibuntuti penjaga pantai Yunani masih belum jelas.

Pihak berwenang, yang disiagakan oleh Italia pada Selasa dan kemudian memantau kapal tersebut selama 15 jam sebelum tenggelam, mengatakan penumpang kapal berulang kali menolak bantuan Yunani, mengatakan mereka ingin pergi ke Italia.

Sebuah kelompok advokasi yang telah berkomunikasi dengan kapal mengatakan bahwa setidaknya dua kali orang di kapal memohon bantuan. Kelompok itu, Alarm Phone, mengatakan telah memberi informasi kepada otoritas Yunani dan lembaga bantuan beberapa jam sebelum bencana itu terjadi.

Otoritas Yunani membantah laporan-laporan yang muncul pada Kamis malam bahwa kapal terbalik setelah penjaga pantai berusaha menariknya.

"Tidak ada upaya untuk menarik kapal itu," kata juru bicara penjaga pantai Nikos Alexiou kepada stasiun televisi ERT.

Sembilan orang, kebanyakan dari Mesir, ditangkap atas kapal karam pada Kamis malam. Pihak berwenang mengatakan mereka menghadapi tuduhan pembunuhan karena kelalaian, membahayakan nyawa, menyebabkan kecelakaan kapal dan perdagangan manusia.

Para penyintas dipindahkan dengan bus ke kamp imigran di Malakasa, dekat Athena, pada Jumat.

Di bawah pemerintahan konservatif yang berkuasa hingga bulan lalu, Yunani mengambil sikap keras terhadap migrasi, membangun kamp-kamp bertembok, dan meningkatkan kontrol perbatasan.

Negara ini saat ini diperintah oleh pemerintahan sementara sambil menunggu pemilihan pada 25 Juni.

REUTERS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus