Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Hashem Safieddine, Sepupu Hassan Nasrallah Calon Pemimpin Hizbullah

Seperti Hassan Nasrallah, Hashem Safieddine adalah seorang ulama yang mengenakan sorban hitam.

9 Oktober 2024 | 01.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Hashem Safieddine. REUTERS/Aziz Taher

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hashem Safieddine, yang dilaporkan oleh Israel telah terbunuh dalam konfrontasinya dengan Hizbullah, adalah sepupu mantan pemimpin Hizbullah yang terbunuh, Hassan Nasrallah, yang telah memegang jabatan senior dalam kelompok tersebut dan pernyataannya mencerminkan sikap militannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti Nasrallah, Safieddine adalah seorang ulama yang mengenakan sorban hitam yang menunjukkan keturunan Nabi Muhammad. Kemiripan fisiknya dengan Nasrallah, yang memimpin kelompok Syiah Lebanon yang didukung Iran selama lebih dari tiga dekade, juga menandai dirinya sebagai favorit untuk menjadi pemimpin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Safieddine tidak menghadiri pertemuan di pinggiran selatan Beirut pada malam hari tanggal 27 September ketika Israel menyerang dengan serangan udara, menewaskan Nasrallah.

Namun ia telah dibesarkan sebagai seorang pemimpin yang berpengaruh dan pewaris yang potensial. Sebagai kepala dewan eksekutif Hizbullah, ia telah mengawasi urusan politik kelompok tersebut, sementara juga duduk di Dewan Jihad, yang mengelola operasi militernya.

Safieddine mulai disebut-sebut sebagai penerus yang mungkin setelah perang Israel-Hizbullah 2006, semakin sering berpidato dan tampil di depan umum, karena kekhawatiran bahwa Israel dapat membunuh Nasrallah, kata Phillip Smyth, seorang ahli yang mempelajari milisi Syiah yang didukung Iran.

Pernyataan-pernyataan publiknya sering kali memproyeksikan sikap militan Hizbullah dan keberpihakannya pada perjuangan Palestina.

Dalam sebuah acara baru-baru ini di Dahiyeh, benteng pertahanan Hizbullah di selatan Beirut, ia menyatakan, "Sejarah kami, senjata dan roket kami ada bersama kalian," dalam sebuah pertunjukan solidaritas dengan para pejuang Palestina.

Dia juga vokal dalam mengkritik kebijakan AS. Menanggapi tekanan AS terhadap Hizbullah, ia menyatakan pada 2017: "Pemerintahan AS yang memiliki mental yang terhambat dan gila yang dipimpin oleh (mantan Presiden AS Donald) Trump ini tidak akan dapat membahayakan perlawanan," dan menegaskan bahwa tindakan seperti itu hanya akan memperkuat tekad Hizbullah.

Ditetapkan sebagai teroris oleh AS

Departemen Luar Negeri AS menetapkannya sebagai teroris pada 2017 dan pada Juni ia mengancam akan melakukan eskalasi besar-besaran terhadap Israel setelah pembunuhan seorang komandan Hizbullah lainnya. "Biarkan (musuh) mempersiapkan diri untuk menangis dan meratap," katanya di pemakaman.

Safieddine akan memimpin sebuah organisasi yang berkat dukungan jangka panjang dari Iran telah berkembang menjadi tentara non-konvensional yang tangguh, tetapi baru-baru ini mendapat pukulan telak dari kampanye serangan Israel yang semakin intensif.

Menurut perkiraan AS dan Israel, Hizbullah memiliki sekitar 40.000 pejuang sebelum eskalasi saat ini, bersama dengan persediaan senjata yang besar dan jaringan terowongan yang luas di dekat perbatasan Israel.

Ini bukan pertama kalinya Hizbullah harus mengganti pemimpinnya yang terbunuh. Israel membunuh pendahulu Nasrallah, Sayyed Abbas al-Musawi, dalam sebuah serangan helikopter pada tahun 1992.

Saat ini, ketika Hizbullah mencoba untuk membangun kembali, hubungan keluarga Safieddine dapat memperkuat posisinya. "Anda berurusan dengan jaringan keluarga Nasrallah," kata Smyth. "Anda berurusan dengan seseorang yang secara harfiah, berasal dari klan yang sama, mirip dengannya."

Namun Nasrallah juga bisa menjadi sosok yang sulit untuk diikuti: ia adalah pemimpin yang karismatik dan dikenal luas dari sebuah gerakan yang luas yang ia pimpin untuk menjadi ujung tombak jaringan kelompok-kelompok sekutu Teheran di dunia Arab.

"Mereka mengandalkan kemampuannya untuk meyakinkan basis pendukung, dan karisma serta daya tariknya di tingkat regional," ujar Mohanad Hage Ali dari Carnegie Middle East Center tentang Nasrallah. "Dia telah menjadi perekat yang menyatukan organisasi yang sedang berkembang." 

REUTERS

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus