Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Dewan Keamanan PBB akhirnya mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza selama Ramadan pada Senin, 25 Maret 2024. Keputusan ini menjadi yang pertama kali diambil oleh forum tersebut selama hampir enam bulan serangan Israel ke Gaza, karena sebelumnya selalu mendapat veto dari Amerika Serikat (AS).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Resolusi gencatan senjata di Gaza berhasil disetujui berkat dukungan dari 14 negara anggota DK PBB. Sedangkan Amerika Serikat memilih abstain dalam pemungutan suara tersebut, sehingga membuka jalan bagi pengesahan undang-undang tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Resolusi ini secara resmi disahkan sejak hampir enam bulan perang antara Israel dan Hamas pecah di Gaza. DK PBB menyerukan agar gencatan senjata selama sisa bulan Ramadan dihormati oleh semua pihak. Meskipun banyak pemimpin dunia menyambut baik resolusi ini, Israel menolak keras kesepakatan tersebut.
Adapun isi dari resolusi gencatan senjata tersebut yakni menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat dan “kebutuhan mendesak untuk memperluas aliran” bantuan ke Gaza. Lantas, siapa saja anggota Dewan Keamanan PBB yang setuju gencatan senjata di Gaza?
Anggota DK PBB Yang Setuju Gencatan Senjata Di Gaza
Mengutip laman UN Security Council, Dewan Keamanan PBB terdiri dari 15 negara dengan rincian sepuluh anggota tidak tetap yang dipilih oleh Majelis Umum untuk masa jabatan dua tahun, dan lima anggota tetap yaitu Cina, Amerika Serikat, Prancis, Inggris, dan Federasi Rusia.
Seluruh negara anggota tidak tetap DK PBB menyetujui adanya resolusi gencatan senjata diantaranya, Aljazair, Swiss, Guyana, Slovenia, Korea Selatan, Malta, Jepang, Ekuador, Sierra Leone, dan Mozambik.
Kemudian empat negara anggota tetap yang menyetujui resolusi gencatan senjata adalah Cina, Perancis, Inggris dan Rusia.
Amerika Serikat memilih abstain dalam pemungutan resolusi gencatan senjata. Mengutip npr.org, AS mendukung seruan gencatan senjata hanya jika hal itu terkait langsung dengan pembebasan sekitar 130 sandera yang masih disandera berdasarkan kesepakatan yang dinegosiasikan oleh diplomat dari empat negara.
Resolusi ini sebelumnya disponsori oleh Aljazair - perwakilan blok Arab di Dewan Keamanan PBB saat ini. Duta Besar Aljazair Amar Benjama mengatakan rancangan tersebut akan mengakhiri pembantaian yang telah berlangsung selama lima bulan di Gaza.
“Pertumpahan darah sudah berlangsung terlalu lama,” katanya. “Akhirnya, Dewan Keamanan menanggapi seruan komunitas internasional dan Sekretaris Jenderal.”
Kemudian Duta Besar dan Perwakilan Tetap Guyana, Carolyn Rodrigues-Birkett, mengatakan bahwa gencatan senjata adalah penentu antara hidup dan mati bagi ratusan ribu warga Palestina dan lainnya setelah lebih dari lima bulan “perang teror dan kehancuran total”.
“Permintaan (oleh Dewan) ini muncul pada saat yang penting ketika warga Palestina sedang merayakan bulan suci Ramadan,” kata Carolyn.
Sebagai negara yang mendukung resolusi gencatan senjata di Gaza, Duta Besar Cina Zhang Jun berterima kasih kepada anggota Dewan E-10 atas upaya mereka dalam menyusun rancangan tersebut.
Menurut dia, resolusi saat ini juga mencerminkan harapan umum masyarakat internasional dan mendapatkan dukungan kolektif dari semua negara.
“Bagi mereka yang sudah meninggal, resolusi Dewan saat ini sudah terlambat,” katanya, namun bagi mereka yang masih tinggal di Jalur Gaza, resolusi tersebut mewakili “harapan yang telah lama ditunggu-tunggu”.
Sementara itu, Duta Besar dan Wakil Tetap Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia, mengatakan bahwa negaranya tetap mendukung resolusi tersebut meskipun hanya terbatas pada bulan Ramadan. Mereka pun mengusulkan agar gencatan senjata ditetapkan secara permanen.
“Meskipun demikian, kami percaya bahwa pada dasarnya penting untuk memberikan suara mendukung perdamaian,” katanya, sambil mendesak Dewan Keamanan untuk terus berupaya mencapai gencatan senjata permanen.
Pilihan Editor: Trump Minta Israel Akhiri Perang di Gaza, Ini Alasannya
RIZKI DEWI AYU | NPR | UN.ORG