Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan Amerika Serikat dilaporkan tidak dapat menemukan senjata-senjata yang pernah diberikan pada Ukraina senilai USD62 juta (Rp 1 triliun). Kesimpulan itu disampaikan divisi inspektur jenderal Pentagon pada Rabu, 26 Juni 2024, setelah diakukan evaluasi apakah Kementerian bisa memantau secara efektif barang-barang pertahanan yang diberikan pada Angkatan Bersenjata Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Divisi pengawasan di Kementerian Pertahanan Amerika Serikat menemukan pada akhir November 2023, hardware senilai USD62.2 juta (Rp1 triliun) yang ditujukan untuk peningkatan pemantauan penggunaan barang-barang (EEUM) dilaporkan hilang. Bukan hanya itu, peralatan khusus mempermudah pandangan di malam hari, hilang. Rudal-rudal anti-tank Javelin dan unit-unit peluncur rudal, juga lenyap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
US Office of Defense Cooperation (ODC) yang bertugas di Ukraina tidak bisa menjelaskan bagaimana barang-barang itu bisa lenyap dan mana yang rusak. Militer Ukraina tidak bisa menjelaskan perihal ini.
ODC bermitra dengan Kementerian Pertahanan Ukraina dan Angkatan Bersenjata Ukraina dalam memberikan peralatan dan pelatihan ke Kyev yang sedang menghadapi perang Ukraina. Tentara Ukraina melaporkan oada ODC penggunaan barang-barang pasokan dari Amerika Serikat.
Kantor Inspektur Jenderal Pentagon juga menemukan laporan kehilangan diajukan rata-rata 301 hari atau 10 kali lipat lebih lama dari waktu yang telah ditentukan.
Laporan tersebut mencatatkan pula hilangnya senjata-senjata pasokan Amerika Serikat itu diluar cakupan penyelidikan untuk menentukan apakah telah terjadi pengalihan terhadap bantuan militer yang diberikan Washington. Tuduhan tindak pidana terkait senjata yang dikirimkan Amerika Serikat sedang diselidiki.
Sebelumnya pada Januari 2024, dilaporkan Pentagon gagal melacak dengan baik pasokan militernya total senilai USD1 miliar (Rp16 triliun) yang disuplai ke Ukraina. Sebagian besar peralatan yang dikirim diduga telah diselewengkan.
Sumber : RT.com