Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Parlemen Israel pada Senin, 28 Oktober 2024, meloloskan sebuah undang-undang yang akan melarang UNRWA beroperasi di dalam Negeri Bintang Daud itu. Keputusan ini menimbulkan waswas pada sejumlah sekutu-sekutu Israel dari negara-negara Barat yang khawatir ini akan memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Otoritas Israel meloloskan undang-undang itu dengan alasan ada sekelompok staf UNRWA yang diduga terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 di selatan Israel dan segelintir staf diduga menjadi anggota Hamas dan kelompok bersenjata lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sejumlah staf UNRWA terlibat dalam tindakan teroris melawan Israel sehingga kami harus menarik orang-orang yang harus bertanggung jawab,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan proses pemungutan suara yang dilakukan anggota parlemen Israel itu sama dengan menentang Piagam PBB dan melanggar hukum internasional. Pengesahan undang-undang yang melarang beroperasinya UNRWA adalah kampanye terbaru Tel Aviv untuk mendiskreditkan UNRWA dan mendelegitimasi perannya dalam memberikan bantuan serta layanan pada para pengungsi Palestina.
Pemungutan suara oleh parlemen Israel itu dilakukan pada hari yang sama saat tank-tank Israel masuk lebih jauh ke dalam utara Gaza hingga membuat sekitar 100 ribu warga sipil di sana terjebak. Israel berkeras yang mereka lakukan adalah operasi untuk menumpas anggota Hamas. Militer Israel mengatakan telah menahan sekitar 100 terduga anggota Hamas dalam sebuah penggeledahan di sebuah rumah sakit di kamp Jabalia. Hamas dan tim medis menyangkal adanya anggota Hamad yang bersembunyi di rumah sakit.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 19 orang tewas akibat sejumlah serangan oleh Israel dan pengeboman pada Senin, 28 Oktober 2024. Layanan Kedaruratan Palestina mengatakan sekitar 100 orang terkatung-katung tanpa obat-obatan dan suplai makanan di Jabalia, Beit Lahiya dan Beit Hanoun. Disebutkan Layanan Kedaruratan Palestina tak bisa melayani warga karena ada sejumlah operasi militer Israel selama tiga pekan yang masuk ke dalam wilayah Gaza utara, di mana Israel memusnahkan pasukan tempur Hamas sejak awal perang Gaza meletup.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Jepang Diselimuti Ketidakpastian Usai Pemilu
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini