Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -PBB diminta untuk menghukum Putra mahkota Arab Saud, Mohammed bin Salman, atas perannya menimbulkan bencana kemanusiaan di Yaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Permintaan itu datang dari lembaga pemantau HAM internasional, Human Rights Watch yang dimuat di Washington Post dan dikutip Al Jazeera, 21 Desember 2017.
Baca: Raja Salman Telepon Putin Bahas Perang Yaman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Wakil Direktur Human Rights Group untuk PBB, Akshaya Kumar, reformasi yang digulirkan Mohammed bin Salman di negaranya seperti mengizinkan perempuan mengendarai mobil sendiri, mencabut larangan menonton bioskop, dan memberikan pendidikan fisik kepada perempuan, jangan sampai melupakan rekornya di bidang lain.
Kumar mengatakan, pewaris tahta Kerajaan Saudi itu berperan penting dalam perang Yaman saat ia menjabat sebagai menteri pertahanan Saudi.
Baca: Saudi Cegat Serangan Misil Houthi ke Riyadh
Mohammed bin Salman dinilai sebagai arsitek intervensi Saudi di Yaman yang dimulai sejak Maret 2015. Tepatnya, setelah pemberontak Houthi menguasai sebagai besar wilayah selatan Saudi. Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi lalu melarikan diri jadi eksil di Riyadh.
"Pangeran seharusnya tidak boleh bebas karena larangan atas impor membuat jutaan penduduk Yaman jatuh dalam kelaparan parah dan larangan membagikan bantuan untuk mengobati penyakit yang mudah disembuhkan. Sebaliknya, dia dan pimpinan koalisi senior lainnya harus dikenai sanksi internasional," kata Kumar.
Penduduk Yaman sengsara setelah Saudi melakukan blokade, sehingga kebutuhan esensial tidak dapat masuk ke negara itu.
Baca: Pangeran Arab Saudi Tewas Kecelakaan Helikopter Dekat Yaman
PBB telah mengingatkan bahwa blokade akan menimbulkan kelaparan parah di Yaman. PBB telah memberikan bantuan pangan kepada lebih dari 7 juta orang di negara yang berkecamuk perang itu.
Perang di Yaman berlanjut setelah Mansour Hadi lari ke Riyadh. Sanaa, ibukota Yaman kemudian jatuh ke tangan aliansi pemberontak Houthi dan mendorong mantan presiden yang loyal Ali Abdullah Saleh bersekutu dengan Houthi. Dua pekan lalu, Saleh tewas ditembak milisi Houthi setelah ia berusaha membangun aliansi dengan Saudi untuk mengakhiri perang di Yaman.