Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Respons AS, Israel, dan Turki atas Penggulingan Presiden Suriah Bashar al Assad

Amichai Chikli, Menteri Urusan Diaspora Israel, mengatakan bahwa kemajuan oposisi di Suriah "jauh dari alasan untuk dirayakan" bagi negaranya.

9 Desember 2024 | 18.17 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bashar al Assad saat demonstrasi pro pemerintah di pusat kota Damaskus, Suriah, 9 Maret 2005. Bashar al-Assad adalah salah satu pemimpin paling kontroversial dalam sejarah modern Timur Tengah. Sebagai presiden ke-19 Suriah, Ia memimpin negara tersebut selama lebih dari dua dekade, sejak 2000 hingga 2024. Kepemimpinannya berakhir secara dramatis setelah pemberontak merebut ibu kota Damaskus dalam serangan kilat pada 8 Desember 2024, memaksa Assad melarikan diri ke lokasi yang hingga kini masih dirahasiakan. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Suriah Bashar al Assad dan keluarganya tiba di Moskow pada Ahad 8 Desember 2024. Rusia menawarkan suaka kepada mereka, demijuab kantor berita Rusia melaporkan seperti dilansir Anadolu pada Senin 9 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Assad dan anggota keluarganya tiba di Moskow. Dipandu oleh pertimbangan kemanusiaan, Rusia telah memberikan suaka bagi mereka,” kata TASS, mengutip sumber di Kremlin.

Tentara pemberontak dan warga merayakan jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad, di Qamishli, Suriah 8 Desember 2024. REUTERS/Orhan Qereman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kelompok pemberontak Suriah, Minggu, 8 Desember 2024, telah menyatakan bahwa negara tersebut telah "dibebaskan" setelah mereka menyerbu ibu kota dan mengumumkan bahwa Presiden Bashar al Assad telah melarikan diri dari ibu kota ke tempat yang tidak diketahui. Hal ini memicu reaksi dari beberapa negara seperti AS, Israel, Turki.

Presiden Terpilih AS Donald Trump

Dalam sebuah pernyataan yang diposting di platform Truth Social, Presiden terpilih Donald Trump mengatakan bahwa al Assad telah "meninggalkan negaranya" setelah kehilangan dukungan dari Rusia.

"Assad telah pergi. Dia telah melarikan diri dari negaranya. Pelindungnya, Rusia, Rusia, Rusia, yang dipimpin oleh Vladimir Putin, tidak tertarik untuk melindunginya lagi.

"Tidak ada alasan bagi Rusia untuk berada di sana sejak awal. Mereka kehilangan minat di Suriah karena Ukraina, di mana hampir 600.000 tentara Rusia tergeletak terluka atau tewas, dalam perang yang seharusnya tidak pernah dimulai, dan bisa berlangsung selamanya."

Menteri Urusan Diaspora Israel Amichai Chikli

Amichai Chikli, Menteri Urusan Diaspora Israel, mengatakan bahwa kemajuan oposisi di Suriah "jauh dari alasan untuk dirayakan" bagi negaranya, karena ia menyerukan pembaruan kontrol Israel di Gunung Hermon di Dataran Tinggi Golan yang diduduki dan pembentukan garis pertahanan baru berdasarkan gencatan senjata tahun 1974 dengan Suriah.

"Sebagian besar wilayah Suriah kini berada di bawah kendali organisasi-organisasi afiliasi al Qaeda dan ISIL (ISIS)," katanya seperti dikutip oleh surat kabar Israel Hayom.

Sebagian besar wilayah Dataran Tinggi Golan Suriah diduduki oleh Israel pada tahun 1967 dan kemudian dicaplok pada tahun 1981.

Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan

Dilansir dari Reuters, Hakan Fidan mengatakan bahwa sudah saatnya masyarakat Suriah menentukan masa depan mereka. “Suriah telah mencapai tahap di mana rakyat Suriah akan membentuk masa depan negara mereka sendiri, hari ini ada harapan,” kata Fidan dalam sebuah konferensi pers di Doha.

Ida Rosdalina berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan editor: Warga Suriah Serbu Istana dan Ambil Barang Mewah Keluarga Bashar al Assad

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus