Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah daerah di Jawa Barat kini memasuki musim kemarau. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau berlangsung sejak Juni hingga September 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pada saat ini wilayah Bandung Raya pada umumnya sudah memasuki musim kemarau,” kata Teguh Rahayu, Kepala Stasiun Geofisika BMKG di Bandung lewat keterangan tertulis, Selasa 5 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada musim kemarau ini, potensi bencana kekeringan di utara Bekasi dan Karawang, Pangandaran, Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya bagian selatan, dan Garut Selatan bagian timur. Wilayah hutan dan pegunungan di Jawa Barat juga berpotensi terjadi kebakaran hutan.
Selain itu, gelombang tinggi di pesisir selatan Jawa Barat, dan kemarau basah atau diiringi hujan berpotensi menimbulkan banjir genangan atau bandang, tanah longsor, serta angin kencang.
Menurut Rahayu, prediksi potensi hujan dasarian pertama atau sepuluh hari awal pada Juli 2022 berkisar 2-4 hari. Sementara pada dasarian kedua Juli, potensi hari hujan berkurang menjadi 2-3 hari dengan peluang 0-50 persen. “Kondisi demikian dapat meningkatkan peluang kejadian bencana seperti kekeringan,” ujarnya.
Sesuai kondisi topografi daerah juga, beberapa daerah seperti di wilayah Bandung Raya yang meliputi Kota dan Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Bandung Barat, berpeluang kemarau basah. Potensi bahayanya menurut BMKG, yaitu banjir dan tanah longsor, juga hujan es dan angin kencang atau puting beliung.
Dari hasil pantauan BMKG, terjadi anomali suhu muka laut di wilayah pengamatan yang menyebabkan pelemahan La Nina. Fenomena alam yang mendinginkan suhu normal permukaan laut dan mencurahkan hujan yang tinggi itu diprediksi BMKG akan mengalami kondisi netral pada Juli-September 2022.
Dampak La Nina yang meningkatkan curah hujan di wilayah Jawa Barat sekitar 20-40 persen, dirasakan sejak November 2021 dan puncaknya sudah terjadi pada Desember 2021 hingga Januari 2022.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai terjadinya bencana hidrometeorologi pada awal musim kemarau ini. “Karena musim kemarau 2022 ini bersifat kemarau basah,” ujar Rahayu.
Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbukitan, sekitar daerah aliran Sungai Citarum, dan perkotaan diminta mewaspadai potensi kekeringan, kebakaran hutan atau lahan, tanah longsor, dan angin kencang atau puting beliung.
Selain itu masyarakat diimbau untuk selalu menjaga kesehatan. “Karena perbedaan suhu pada saat pagi dan siang hari sangat besar,” katanya.