Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meminta masyarakat tidak beraktivitas di sungai, pantai dan kolong bekas penambangan bijih timah pada sore dan malam hari di saat buaya agresif.
"Saat ini kasus masyarakat diserang buaya mengalami peningkatan, karena habitat hewan itu yang semakin menyempit," kata Kepala Resort BKSDA Provinsi Kepulauan Babel, Yusmono di Pangkalpinang, Rabu, 30 Oktober 2019.
Ia mengatakan konflik manusia dengan buaya yang mengalami peningkatan beberapa bulan terakhir, karena masyarakat tidak menyadari waktu buaya sedang agresif mencari makan di pantai, sungai, kolong dan rawa-rawa.
"Kita sebagai manusia harus menyadari, kapan waktu-waktu buaya sedang agresif. Kalau di situ ada buaya jangan didekati atau jangan beraktivitas di saat buaya sedang mencari makan," ujarnya.
Menurut dia buaya aktif mencari makan pada sore dan malam hari. Pada siang hari, mereka biasanya berjemur dan berdiam diri.
"Selama ini, kasus serangan buaya kepada manusia terjadi pada sore dan malam hari. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan tidak memancing, menjaring ikan dan beraktivitas di sungai, pantai dan kolong pada saat buaya beraktivitas," katanya.
Ia menambahkan populasi buaya di Bangka Belitung mencapai ribuan ekor dan mereka semakin terdesak karena habitat semakin berkurang akibat ulah manusia.
"Perlu kajian dan penelitian untuk menghitung jumlah buaya muara, sungai, kolong di daerah ini. Namun demikian, populasi hewan ini sudah mencapai ribuan," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Maret dan April lalu, buaya di Kabupaten Bangka menyerang warga. Salah satu korban seorang bocah SD berumur 8 tahun tewas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini