Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Hujan Lebat Bakal Rutin Guyur Indonesia Hingga 11 Maret, BMKG Jelaskan Alasannya

Hujan intensitas tinggi di berbagai wilayah di Indonesia disebabkan oleh beberapa fenomena atmosfer, serta konvergensi dan konfluensi.

4 Maret 2025 | 09.15 WIB

Hujan mengguyur Jakarta terlihat  dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) di Jakarta, 12 November 2024. Data BMKG menunjukkan adanya potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada sepekan ke depan. TEMPO/Ilham Balindra
Perbesar
Hujan mengguyur Jakarta terlihat dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) di Jakarta, 12 November 2024. Data BMKG menunjukkan adanya potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada sepekan ke depan. TEMPO/Ilham Balindra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan dengan intensitas tinggi masih akan mengguyur berbagai wilayah di Indonesia hingga 11 Maret 2025. Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyebut kondisi cuaca itu masih akan merundung Indonesia bagian barat dan wilayah Papua.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Perlu diwaspadai, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terdampak cuaca ekstrem," katanya melalui keterangan tertulis pada Selasa, 4 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Guswanto, gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin masih tetap aktif di sebagian besar Sumatera, Jawa, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi bagian utara, Maluku Utara, serta Kepulauan Papua. Fenomena atmosfer ini memicu pertumbuhan awan hujan dengan intensitas bervariasi di wilayah-wilayah tersebut. Tim BMKG juga mengawasi fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang masih aktif di Kepulauan Papua.

Analisis terbaru BMKG menunjukkan pembentukan sirkulasi siklonik di Samudra Hindia, tepatnya di barat Aceh dan di selatan Papua. Sirkulasi siklonik ini menyebabkan perlambatan kecepatan angin atau konvergensi di berbagai perairan, mulai dari Laut Natuna, Laut Banda, perairan selatan Sulawesi, Laut Arafuru, hingga Maluku.

“Daerah pertemuan angin (konfluensi) juga terdeteksi membentang di Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru, hingga Papua bagian selatan," ucap Guswanto.

Konvergensi lain memanjang juga dari Pesisir Timur Riau hingga Kepulauan Riau; dari Sumatera Barat hingga Sumatra Selatan; dari Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga Selatan Jawa Barat; dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan; serta dari Laut Sulawesi hingga Kalimantan Timur. Guswanto juga menyinggung soal labilitas lokal yang menunjukkan potensi perkembangan awan konvektif di berbagai daerah, mencakup Aceh hingga Sumatera Selatan, Banten hingga Jawa Timur, serta Nusa Tenggara Timur. Prediksi serupa juga berlaku di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Labilitas atmosfer ini menyebabkan pembentukan awan hujan, terutama pada siang hingga sore atau malam hari. “BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir,” tutur Guswanto.

 

 

 

 

 

 

Irsyan Hasyim

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus